Tren Teknologi 2025: Gen Z Pilih HP Jadul, Smartphone Mahal Kian Ditinggalkan

Tren hp jadul di kalangan gen z

KLIKBERITA24.COM - Fenomena unik mulai terlihat di kalangan anak muda, khususnya Gen Z, di Amerika Serikat. Mereka secara perlahan meninggalkan smartphone dan beralih ke ponsel jadul atau feature phone yang minim fitur dan tanpa layar sentuh.

Dorongan utama dari tren ini adalah rasa jenuh terhadap teknologi layar sentuh yang selama ini mendominasi kehidupan sehari-hari. Bagi sebagian besar Gen Z, layar smartphone yang terus-menerus menyala sudah bukan lagi sumber hiburan, melainkan beban perhatian yang melelahkan.

” Sebagian dari generasi Gen Z tampak bosan dengan layar (smartphone),” kata Briones, dikutip dari CNBC International pada Minggu, 1 Juni 2025.”

Menurut Jose, tren ini bukanlah sesuatu yang tiba-tiba muncul. Para Gen Z sudah mulai tertarik pada ponsel jadul sejak beberapa tahun lalu, dan kini minat tersebut berkembang menjadi gaya hidup yang lebih luas.

Salah satu perusahaan yang diuntungkan dari perubahan perilaku ini adalah HMD Global, yang dikenal sebagai pemilik lisensi merek ponsel Nokia. Dengan lini produk yang kuat pada feature phone bergaya klasik, perusahaan ini mengalami peningkatan permintaan signifikan.

Penjualan feature phone di Amerika Serikat dilaporkan melonjak hingga puluhan ribu unit setiap bulannya pada 2022. Lonjakan ini terjadi justru ketika pasar ponsel pintar global sedang mengalami penurunan penjualan.

Di sisi lain, secara global, pasar Smartphone fitur masih dikuasai oleh kawasan Timur Tengah, Afrika, dan India. Berdasarkan laporan dari Counterpoint Research, ketiga wilayah tersebut menyumbang sekitar 80% dari total penjualan ponsel fitur sepanjang tahun lalu.

Namun di Indonesia, ceritanya sedikit berbeda. Pasar smartphone di tanah air sempat mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, terutama karena daya beli masyarakat yang ikut terdampak situasi ekonomi global.

Menurut laporan IDC berjudul Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker, pasar smartphone di Indonesia mengalami penurunan sebesar 14,3% sepanjang tahun 2023. Pengiriman perangkat hanya mencapai 35 juta unit, mencatatkan angka terendah dalam beberapa tahun terakhir.

Walaupun begitu, pasar smartphone Indonesia memperlihatkan indikasi pemulihan pada tahun berikutnya. Sepanjang 2024, pasar nasional tumbuh sebesar 15,5% secara tahunan, dengan total pengiriman hampir mencapai 40 juta unit.

Menurut IDC, pemulihan ini terjadi karena vendor-vendor besar berhasil meningkatkan penjualan secara agresif, terutama pada paruh pertama 2024. Performa kuat ini menjadi penanda berakhirnya masa suram industri smartphone lokal yang sempat melambat sejak masa pandemi.

Hp jadul

HP Jadul

Pada kuartal keempat 2024 (Q4), pasar smartphone Indonesia mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 9,6%. Namun dari sisi pertumbuhan kuartalan (quarter-on-quarter), pasar cenderung stagnan dengan hanya -0,2%.

Selama 2024, pertumbuhan pasar terutama berasal dari segmen ultra low-end, yaitu ponsel dengan harga di bawah Rp 1,6 juta. Segmen ini dipimpin oleh Transsion yang sukses menarik konsumen dari kalangan entry-level yang mencari perangkat murah namun fungsional.

Di sisi lain, segmen kelas menengah dengan harga antara Rp 3,2 juta sampai Rp 9,8 juta juga mencatat pertumbuhan signifikan sebesar 24,9% secara tahunan. Oppo menjadi brand yang mendominasi pangsa pasar di kelas ini, berkat strategi produk yang menyasar pengguna aktif dan mobile.

Di sisi lain, segmen smartphone mahal mengalami tekanan besar. Penjualan smartphone dengan harga di atas Rp 10 juta menurun sebesar 9,2% selama 2024.

Salah satu faktor utama penyebabnya adalah larangan penjualan iPhone 16 yang diterapkan pada kuartal keempat tahun tersebut. Namun, adopsi jaringan 5G justru mencatatkan peningkatan yang signifikan.

Pangsa pasar Smartphone 5G meningkat dari 17,1% di tahun 2023 menjadi 25,8% pada 2024. Kenaikan ini didorong oleh peluncuran model 5G baru dan penawaran harga yang semakin terjangkau bagi masyarakat luas.

Tren peralihan teknologi komunikasi ini, baik dari Amerika Serikat maupun Indonesia, menunjukkan bahwa perilaku konsumen terus berkembang. Di satu sisi, Gen Z di AS mulai memilih kesederhanaan dengan ponsel tanpa internet. Di sisi lain, pengguna di Indonesia mulai realistis, fokus pada fungsi dan harga terjangkau ketimbang gengsi. (Okt)