Categories: Bisnis & Ekonomi

Tips Investasi dari Consumer Banking Director UOB Indonesia Cristina Teh Tan

Bagi Cristina Teh Tan, investasi bukanlah ajang balapan cepat, melainkan perjalanan panjang yang memerlukan kesabaran, ketekunan, dan konsistensi.

Filosofi ini yang terus ia pegang sejak mulai terjun ke dunia investasi di usia muda hingga kini menjabat sebagai Consumer Banking Director UOB Indonesia.

Cristina mengenang perjalanannya dimulai pada era 1990-an, ketika dirinya masih berusia pertengahan 20-an.

Saat itu, kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan mulai tumbuh dalam dirinya.

Walau latar belakang pendidikannya tidak secara langsung berhubungan dengan pasar modal, ia memiliki dua gelar sarjana di bidang Ekonomi Terapan dan Perdagangan yang membantunya memahami dasar-dasar keuangan dan pengambilan keputusan secara rasional.

“Saya tertarik dengan cara orang-orang membangun kekayaan jangka panjang. Saya lihat, banyak dari mereka yang mulai lebih dulu dalam berinvestasi akhirnya jauh lebih mapan secara finansial,” jelas Cristina.

Cristina Teh Tan memulai investasi sejak usia 20-an, membuktikan bahwa waktu adalah kunci utama membangun kekayaan.

Langkah Awal: Investasi Konservatif yang Cerdas

Cristina tidak langsung terjun ke instrumen yang berisiko tinggi. Seperti kebanyakan investor pemula, ia memulai langkah pertamanya dengan instrumen yang aman, yakni deposito dan obligasi.

Ia mengaku memilih dua instrumen tersebut karena lebih mudah dipahami dan relatif rendah risiko.

“Waktu itu saya berpikir, bagaimana caranya agar uang saya bisa berkembang tanpa saya harus menghabiskan banyak waktu menganalisis,” kenangnya.

Media massa, penasihat keuangan, serta iklan perbankan saat itu juga banyak mengedukasi masyarakat tentang keuntungan menyimpan uang dalam bentuk deposito atau membeli obligasi.

Bagi Cristina yang masih belajar memahami seluk-beluk investasi, pendekatan ini sangat membantu.

Selain itu, profil pribadinya yang cenderung konservatif turut memengaruhi keputusan untuk memilih instrumen yang stabil.

Ia mengaku tidak ingin terlalu ambil risiko, apalagi di awal perjalanan investasinya. Ia lebih memilih pendekatan bertahap sambil terus menambah wawasan dan pengalaman.

Evolusi Strategi Investasi: Dari Deposito ke Reksadana dan Saham

Seiring waktu dan kariernya di dunia perbankan yang semakin matang, Cristina mulai memperluas portofolionya.

Ia mulai memahami bahwa untuk mencapai pertumbuhan kekayaan jangka panjang yang optimal, diperlukan diversifikasi dan penyesuaian strategi.

Memasuki pertengahan 2000-an, Cristina mulai masuk ke instrumen reksadana—terutama jenis pendapatan tetap dan campuran.

Sementara itu, alokasi di saham masih relatif kecil karena ia tetap mempertahankan pendekatan konservatif.

Menurutnya, investasi di saham menuntut pemahaman dan mental yang lebih kuat terhadap fluktuasi harga.

Kini, portofolio investasinya mencakup tiga instrumen utama: obligasi pemerintah sebesar 60%, deposito 25%, dan reksadana saham 15%.

Namun, ia menekankan bahwa komposisi tersebut tidak kaku. Ia rutin melakukan review portofolio setidaknya satu hingga dua kali dalam setahun, tergantung pada pergerakan pasar maupun kebutuhan pribadi.

“Ketika ada perubahan besar dalam kondisi ekonomi atau pasar keuangan, saya akan evaluasi ulang portofolio saya. Kadang saya geser alokasi, kadang tetap, tergantung urgensinya,” ujarnya.

Manajemen Risiko dan Diversifikasi: Pilar Penting Investasi

Cristina menekankan bahwa penting bagi setiap investor untuk memahami profil risikonya sendiri sebelum mulai berinvestasi.

Dengan begitu, keputusan investasi yang diambil tidak menimbulkan tekanan mental berlebihan, terutama saat pasar tidak stabil.

“Kalau portofolio kita sesuai dengan profil risiko, kita bisa tidur lebih nyenyak. Tidak perlu panik tiap kali pasar bergerak,” katanya sambil tersenyum.

Ia juga membagikan pelajaran penting yang ia dapat dari dua krisis keuangan besar yang pernah ia hadapi.

Menurutnya, memiliki portofolio yang terdiversifikasi menjadi penyelamat utama saat kondisi pasar memburuk.

Ketika saham mengalami koreksi tajam, biasanya obligasi bisa menahan penurunan karena harganya cenderung naik saat imbal hasil turun.

“Inilah mengapa diversifikasi itu penting. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di pasar. Kita hanya bisa meminimalkan risiko dengan menyebar investasi ke berbagai instrumen,” tegas Cristina.

Tips Investasi untuk Generasi Muda

Sebagai seorang profesional perbankan dan investor berpengalaman, Cristina mendorong generasi muda untuk mulai berinvestasi sesegera mungkin.

Menurutnya, tidak perlu menunggu sampai memiliki penghasilan besar, karena waktu adalah faktor kunci dalam membangun kekayaan.

“Kita tidak perlu langsung mengalokasikan banyak uang. Yang penting mulai dulu. Investasi itu bukan soal besar kecilnya nominal, tapi soal waktu dan konsistensi,” pesannya.

Cristina juga menekankan pentingnya tidak mudah tergoda untuk menjual aset saat baru memperoleh keuntungan kecil.

Biarkan investasi tumbuh dengan waktu dan bekerja untuk menghasilkan return yang maksimal.

“Kesalahan banyak investor pemula adalah terlalu cepat puas dan menjual asetnya. Padahal, seringkali keuntungan besar datang dari kesabaran,” tambahnya.

Cristina Teh Tan membuktikan bahwa perjalanan investasi tidak harus dimulai dari instrumen yang kompleks.

Dengan prinsip kehati-hatian, disiplin, dan pemahaman mendalam tentang risiko, ia berhasil membangun portofolio yang sehat dan berkelanjutan.

“Investasi bukan lomba cepat-cepat kaya. Ini adalah proses panjang. Yang penting bukan siapa yang tercepat, tapi siapa yang paling bertahan sampai tujuan tercapai,” tutup Cristina penuh keyakinan.(vip)