Tarif Impor AS: Negara yang Dikecualikan dan Alasannya

Pengecualian tarif impor

Kebijakan perdagangan Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump sempat menjadi sorotan dunia.

Salah satu kebijakan yang paling kontroversial adalah pengenaan tarif impor terhadap berbagai produk asing, khususnya baja dan aluminium, yang dimulai pada 2018.

Meski kebijakan ini bersifat luas dan menyasar banyak negara, ternyata ada beberapa negara yang justru tidak dikenai tarif impor atau mendapatkan pengecualian khusus. Siapa saja mereka? Dan apa alasannya?

Artikel ini akan membahas negara-negara yang dibebaskan dari tarif impor era Trump, berikut dengan faktor ekonomi dan politik yang melatarbelakangi keputusan tersebut.

Latar Belakang Kebijakan Tarif Impor

Pada Maret 2018, Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa AS akan mengenakan tarif sebesar 25% untuk impor baja dan 10% untuk impor aluminium.

Keputusan ini diambil berdasarkan Undang-Undang Perluasan Perdagangan tahun 1962, yang memungkinkan Presiden menetapkan kebijakan perdagangan berdasarkan alasan keamanan nasional.

Pemerintah berpendapat bahwa ketergantungan pada logam asing dapat melemahkan industri dalam negeri dan berisiko terhadap kesiapan militer AS.

Langkah ini memicu reaksi global. Banyak negara, termasuk sekutu dekat AS, langsung mengajukan permohonan pengecualian.

Setelah negosiasi, beberapa negara berhasil mendapatkan status bebas tarif, baik melalui pengecualian penuh maupun pengaturan kuota.

Daftar Negara yang Tidak Kena Tarif Impor

Berikut adalah beberapa negara yang mendapat pengecualian tarif impor secara penuh atau sebagian dari kebijakan era Trump:

1. Kanada

Sebagai mitra dagang utama Amerika dalam perjanjian NAFTA (dan kemudian USMCA), Kanada sempat dikenai tarif pada awal kebijakan diberlakukan.

Namun, pada Mei 2019, tarif tersebut dicabut. AS menyadari bahwa Kanada merupakan pemasok penting bahan mentah berkualitas tinggi dan sekutu strategis dalam keamanan regional.

Kanada juga memainkan peran kunci dalam rantai pasok industri otomotif dan pertahanan AS.

2. Meksiko

Sama halnya seperti Kanada, Meksiko juga merupakan bagian dari perjanjian perdagangan regional. Ketika AS mengubah NAFTA menjadi USMCA, salah satu kesepakatannya adalah pencabutan tarif baja dan aluminium terhadap Meksiko.

Hubungan ekonomi dan geografis yang erat membuat Meksiko dianggap sebagai mitra penting dalam produksi barang-barang manufaktur yang diekspor kembali ke AS.

3. Australia

Australia merupakan salah satu dari sedikit negara yang langsung mendapat pengecualian permanen dari kebijakan tarif baja dan aluminium.

Alasannya adalah hubungan pertahanan yang erat antara kedua negara serta volume ekspor baja dan aluminium Australia ke AS yang relatif kecil.

Australia adalah bagian dari aliansi pertahanan seperti ANZUS dan sering berpartisipasi dalam latihan militer bersama dengan AS.

4. Argentina dan Brasil

Kedua negara Amerika Selatan ini mendapat pengecualian bersyarat, yakni dalam bentuk kuota ekspor. Artinya, selama ekspor baja dan aluminium mereka tidak melebihi batas tertentu, maka tidak dikenai tarif tambahan.

Argentina dan Brasil berperan sebagai pemasok logam penting bagi industri AS, terutama di sektor manufaktur dan otomotif.

5. Korea Selatan

Korea Selatan juga memperoleh pengecualian dalam bentuk kuota, bukan tarif penuh. Hal ini didapat sebagai bagian dari negosiasi ulang perjanjian dagang bilateral (KORUS FTA).

AS memanfaatkan tarif sebagai alat tawar untuk mendapatkan kesepakatan dagang baru yang lebih menguntungkan.

Korea Selatan juga merupakan sekutu utama AS di kawasan Asia Timur, terutama dalam menghadapi ancaman dari Korea Utara.

Alasan Pengecualian: Strategis dan Ekonomi

Tarif impor trump

Tarif Impor Trump

Pemberian pengecualian ini bukan tanpa alasan. Beberapa faktor yang memengaruhi keputusan tersebut meliputi:

1. Keamanan Nasional dan Aliansi Pertahanan

Negara-negara seperti Kanada, Australia, dan Korea Selatan adalah sekutu militer utama AS. Memberikan tarif pada mereka dapat merusak kerja sama pertahanan dan menciptakan ketegangan diplomatik yang tidak diinginkan.

2. Kebutuhan Industri Domestik

Beberapa industri AS, seperti otomotif, sangat bergantung pada impor bahan mentah dari Kanada dan Meksiko. Tarif tinggi justru akan menaikkan biaya produksi dan menurunkan daya saing industri dalam negeri.

3. Volume Ekspor yang Kecil

Negara seperti Australia tidak dianggap ancaman karena volume ekspornya ke AS rendah. Sehingga, pengaruhnya terhadap pasar domestik AS sangat minim dan tidak membahayakan industri lokal.

4. Kompensasi Lewat Perjanjian Dagang

Dalam kasus Korea Selatan dan Brasil, AS menggunakan tarif sebagai alat negosiasi. Pengecualian diberikan sebagai imbalan atas revisi perjanjian dagang atau pembatasan kuota ekspor.

5. Tekanan Politik dan Ekonomi

Beberapa negara melakukan pendekatan diplomatik aktif dan melobi secara intensif untuk mendapatkan pengecualian. Hubungan bilateral yang kuat turut memengaruhi hasil akhir.

Respon Internasional dan Dampaknya

Banyak negara yang tidak mendapatkan pengecualian memilih untuk membalas dengan tarif balasan terhadap produk AS.

Uni Eropa, Tiongkok, dan India adalah beberapa negara yang melakukan hal tersebut, sehingga memicu perang dagang global.

Ketegangan ini berdampak pada turunnya ekspor-impor, meningkatnya harga barang, dan ketidakpastian di pasar global.

Namun, negara-negara yang berhasil lolos dari tarif justru menikmati akses pasar AS yang lebih stabil.

Ini menciptakan dinamika dagang baru yang menguntungkan bagi sebagian pihak, namun menantang bagi yang lainnya.

Meski kebijakan tarif impor era Trump tampak menyeluruh, pengecualian terhadap beberapa negara menunjukkan adanya strategi selektif yang mempertimbangkan faktor keamanan, ekonomi, dan diplomasi.

Kanada, Meksiko, Australia, Brasil, Argentina, dan Korea Selatan adalah contoh negara yang mampu menjaga hubungan baik dan bernegosiasi cerdas.

Pengecualian ini juga menggambarkan bagaimana perdagangan internasional tidak hanya soal angka dan ekonomi, tetapi juga tentang hubungan diplomatik, aliansi strategis, dan kepentingan nasional.

Bagi negara-negara berkembang, memahami dinamika semacam ini penting dalam menyusun kebijakan ekspor dan menjalin hubungan bilateral yang lebih kuat dengan mitra global seperti Amerika Serikat. (ctr)