Categories: Berita

Tak Sesuai Harapan, Bonus Hari Raya 2025 Picu Gelombang Protes Driver Ojol

Pengemudi transportasi online yang tergabung dalam Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) mengaku menerima laporan bahwa sejumlah driver ojek online (ojol) hanya mendapatkan Bonus Hari Raya (BHR) sebesar Rp50.000.

Ketua SPAI, Lily Pujiati, menilai bahwa nominal tersebut tidak manusiawi mengingat pendapatan driver selama 12 bulan bisa mencapai Rp33 juta.

Lebih dari itu, besaran BHR yang diberikan perusahaan transportasi online tidak sesuai dengan pernyataan Presiden Prabowo Subianto.

Sebelumnya, Prabowo sempat mengungkap bahwa setiap pengemudi online akan menerima Rp1 juta sebagai BHR. Ketidaksesuaian ini pun memicu gelombang protes dari para driver ojol.

SPAI Bergerak ke Kemnaker untuk Mengajukan Protes

Menindaklanjuti laporan yang masuk, SPAI berencana mendatangi Kantor Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) di Jakarta Selatan pada Selasa, 25 Maret 2025.

Aksi ini bertujuan untuk menolak besaran BHR yang dianggap tidak layak serta mengajukan pengaduan massal ke Posko THR 2025.

“Kami menyerukan kepada seluruh pengemudi ojol, taksol (taksi online), dan kurir untuk bersama-sama mendatangi Kemnaker karena kami menolak THR ojol yang tidak manusiawi,” ujar Lily dalam keterangannya pada Minggu, 23 Maret 2025.

Lily juga menyebut bahwa pengemudi transportasi online yang akan ikut dalam aksi ini berasal dari berbagai daerah, termasuk luar Jabodetabek.

Ia pun mengimbau para pengemudi di luar Jakarta untuk mendatangi kantor dinas ketenagakerjaan di daerah masing-masing guna mengajukan pengaduan serupa.

Ketimpangan Besaran Bonus Hari Raya

Bonus Hari Raya 2025 Picu Gelombang Protes Driver Ojol

Salah satu pemicu utama kekecewaan para driver ojol adalah ketimpangan besaran BHR yang mereka terima.

Berdasarkan informasi yang diterima, berikut adalah daftar besaran BHR yang diberikan kepada mitra Gojek berdasarkan kategorisasi mereka:

Mitra Juara Utama

Roda dua: Rp900.000
Roda empat: Rp1,6 juta

Mitra Juara

Roda dua: Rp450.000
Roda empat: Rp800.000

Mitra Unggulan

Roda dua: Rp250.000
Roda empat: Rp500.000

Mitra Andalan

Roda dua: Rp100.000
Roda empat: Rp100.000

Mitra Harapan

Roda dua: Rp50.000
Roda empat: Rp50.000

Driver ojol yang masuk kategori Mitra Harapan menjadi pihak yang paling terdampak, karena hanya menerima Rp50.000 untuk BHR.

Angka ini dianggap jauh dari kata layak untuk pengemudi yang telah bekerja sepanjang tahun.

Kekecewaan Driver Ojol terhadap Kebijakan Perusahaan

Selain nominal yang rendah, banyak pengemudi transportasi online juga mengkritik sistem kategorisasi mitra yang diterapkan oleh perusahaan transportasi online.

Menurut mereka, sistem ini tidak sepenuhnya transparan dan cenderung tidak adil karena menempatkan sebagian besar pengemudi dalam kategori dengan bonus yang sangat kecil.

Banyak driver juga menyayangkan bahwa perusahaan tidak memberikan BHR secara merata, meskipun kontribusi mereka terhadap perusahaan tetap besar.

Beberapa driver menyatakan bahwa mereka telah bekerja keras dan memenuhi berbagai target, namun tetap masuk dalam kategori mitra yang hanya mendapatkan bonus kecil.

“Padahal kami yang bekerja setiap hari, mengambil banyak orderan, dan tetap berusaha memenuhi target perusahaan.

Tapi ketika BHR keluar, kami cuma dapat Rp50.000, sangat tidak masuk akal,” keluh salah satu driver ojol yang enggan disebutkan namanya.

Dukungan dari Berbagai Pihak

Aksi protes ini mendapat dukungan dari berbagai elemen masyarakat, termasuk komunitas pekerja dan organisasi buruh.

Beberapa pengamat ketenagakerjaan juga mengkritik kebijakan perusahaan yang dianggap tidak berpihak pada kesejahteraan pengemudi.

Sejumlah organisasi buruh bahkan menilai bahwa perusahaan transportasi online harus lebih transparan dalam menentukan besaran BHR serta mempertimbangkan aspek kesejahteraan pekerja yang menjadi mitranya.

Mereka juga mendesak pemerintah untuk segera turun tangan dalam menyelesaikan persoalan ini.

Apa Langkah Selanjutnya?

Dengan adanya protes ini, SPAI berharap perusahaan transportasi online dapat memberikan penjelasan dan mempertimbangkan revisi terhadap kebijakan BHR mereka.

Para pengemudi yang tergabung dalam aksi juga menuntut adanya standar yang lebih adil dalam pemberian BHR, sehingga semua pengemudi bisa mendapatkan bonus yang layak.

Lily menegaskan bahwa jika tidak ada tanggapan positif dari pihak perusahaan dan pemerintah, aksi protes bisa berlanjut dengan skala yang lebih besar.

Ia pun mengajak lebih banyak driver ojol dan pekerja transportasi online lainnya untuk ikut bersuara dan memperjuangkan hak mereka.

“Kami tidak akan diam jika hak kami terus-menerus diabaikan,” ujar Lily dengan tegas.

Gelombang protes driver ojol terhadap besaran BHR yang tidak manusiawi mencerminkan ketidakpuasan mereka terhadap kebijakan perusahaan transportasi online.

Besaran BHR yang bervariasi, dengan sebagian pengemudi hanya mendapatkan Rp50.000, menjadi pemicu utama aksi ini.

SPAI bersama para pengemudi ojol, taksol, dan kurir akan mengajukan pengaduan massal ke Kemnaker untuk menuntut hak mereka.

Dukungan dari berbagai pihak menunjukkan bahwa isu ini menjadi perhatian besar dalam sektor ketenagakerjaan.

Ke depan, langkah yang diambil oleh pemerintah dan perusahaan transportasi online akan menjadi faktor penentu dalam penyelesaian masalah ini.

Apakah tuntutan para driver akan dipenuhi? Ataukah mereka harus terus berjuang untuk mendapatkan hak yang lebih layak? Kita tunggu perkembangan selanjutnya.(Taa)