Sidang Emosional Nikita Mirzani: Air Mata di Tengah Pledoi Pembelaan

Nikita mirzani menangis

KLIKBERITA24.COM - Jakarta Selatan menjadi saksi bisu transformasi emosional seorang Nikita Mirzani pada Selasa, 5 Agustus 2025.

Sosok yang selama ini dikenal garang dan blak-blakan di depan publik, menunjukkan sisi paling rapuhnya dalam sidang terakhir kasus hukum yang membelitnya.

Ruang sidang Pengadilan Negeri Jakarta Selatan hening saat Nikita menangis saat menyampaikan pledoi atau nota pembelaan secara pribadi.

Momen itu menyentuh banyak pihak. Bukan hanya karena tangisnya, tapi karena keberaniannya menyingkap perasaan yang selama ini mungkin tak pernah dia tunjukkan secara terbuka.

Dia berdiri, memotong pembacaan pledoi oleh tim kuasa hukum, lalu meminta izin bicara langsung di hadapan majelis hakim.

“Aku lelah… bukan karena takut dihukum, tapi karena selama ini aku merasa tidak didengar. Aku hanya ingin keadilan, bukan belas kasihan,” ucapnya, dengan suara bergetar.

Tangis itu pecah. Kalimatnya terhenti, dan suasana ruang sidang berubah haru. Kamera para jurnalis yang sedari tadi fokus, perlahan diturunkan. Saat itu, “Nyai” bukan seorang selebritas. Ia hanyalah perempuan yang merasa tersudut.

Dalam isi pledoinya, Nikita menyatakan bahwa dirinya adalah korban dalam kasus ini, bukan pelaku seperti yang dituduhkan jaksa.

Ia dengan tegas membantah telah melakukan pengancaman maupun pencucian uang terhadap dokter Reza Gladys, yang menjadi pokok perkara dalam dakwaan.

Nikita mirzani

Suasana haru menyelimuti ruang sidang saat Nikita Mirzani menyampaikan pembelaan pribadi penuh emosi.

Menurutnya, akar dari masalah ini adalah urusan bisnis yang gagal, bukan tindak kriminal.

“Aku hanya ingin menjalankan usaha dengan orang yang aku percaya. Tapi malah dijebak dan dijadikan tersangka. Aku merasa seperti dikeroyok sistem,” katanya penuh emosi.

Tim kuasa hukumnya menambahkan bahwa dakwaan jaksa seharusnya tidak bisa diteruskan karena sejak awal dianggap cacat prosedural. Mereka menilai tidak ada bukti kuat yang bisa menjerat klien mereka secara sah.

Pernyataan ini memperkuat narasi pembelaan bahwa proses hukum yang berjalan selama ini terlalu berat sebelah.

Tak butuh waktu lama, media sosial langsung memanas. Tagar seperti #NyaiMenangis, #NyaiTetapKuat, dan #NikitaMirzani jadi trending.

Netizen pun terpecah antara mereka yang bersimpati dan mereka yang masih menyimpan keraguan terhadap kisah yang disampaikan.

“Sekuat-kuatnya Nyai, ternyata dia juga manusia. Respect!” tulis seorang netizen dengan akun @cinthia_fansnyai.

Namun tidak semua komentar bernada dukungan. Ada pula yang menanggapi dengan skeptis. “Gak nyangka Nikita bisa nangis juga. Tapi semoga bukan bagian dari drama,” kata akun @akunrecehbanget.

Ada pula dukungan tulus seperti dari akun @nyailovers_2025 yang menulis, “Kalau kamu yakin nggak salah, terusin berjuang Nyai! Kami dukung dari jauh.”

Di akhir persidangan, majelis hakim menyampaikan bahwa putusan akan dibacakan Selasa depan, 12 Agustus 2025.

Hakim ketua juga memberikan apresiasi atas keberanian Nikita menyampaikan pembelaan langsung. Namun, ia mengingatkan bahwa putusan akan didasarkan pada hukum dan fakta persidangan, bukan emosi atau simpati publik.

“Semua argumen telah kami dengar. Kami akan menilai secara objektif,” ucapnya singkat tapi tegas.

Di balik sensasi yang selama ini lekat pada namanya, hari itu Nikita memperlihatkan luka yang tak bisa disembunyikan.

Perjuangan hukumnya bukan lagi soal membela nama baik di hadapan media, tapi tentang menyuarakan keadilan yang diyakininya hilang.

Apakah ini menjadi penutup dari perjalanan panjang Nikita Mirzani di ruang pengadilan? Atau justru awal dari babak baru perjuangan seorang ibu yang merasa difitnah dan ingin membela harga dirinya?

Satu hal yang pasti, hari itu bukan tentang menang atau kalah, tapi tentang keberanian untuk mengungkap luka di hadapan publik.

Bagi Nikita, air mata itu bukan tanda kelemahan—tapi bentuk keteguhan untuk tetap berdiri, walau terasa lelah dan sendiri. (vip)