Categories: Kesehatan

Sering Dianggap GERD, Nyeri Dada Ternyata Bisa Jadi Tanda Sakit Jantung Koroner

Nyeri dada adalah keluhan umum yang sering dirasakan banyak orang dan kerap kali langsung diasosiasikan dengan penyakit lambung, seperti GERD.

Namun, di balik gejala yang mirip, ternyata nyeri dada bisa menjadi pertanda kondisi yang jauh lebih serius, salah satunya adalah jantung koroner.

Salah mengira atau menunda pemeriksaan bisa berakibat fatal, karena penyakit jantung merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, termasuk Indonesia.

Banyak orang menganggap nyeri dada sebagai hal biasa, terutama jika disertai rasa panas di ulu hati atau sendawa berlebihan.

Padahal, gejala seperti ini tidak selalu berarti masalah pencernaan. Justru, pada banyak kasus, serangan jantung dan penyakit jantung koroner menunjukkan gejala samar yang kerap disalahartikan sebagai gangguan lambung.

Oleh karena itu, penting untuk memahami perbedaan dan menyadari tanda-tanda awal dari kondisi yang berkaitan dengan jantung koroner.

Mengenal Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner terjadi ketika pembuluh darah utama yang memasok darah ke otot jantung mengalami penyempitan akibat penumpukan plak kolesterol.

Kondisi ini membuat suplai oksigen dan nutrisi ke jantung menjadi terbatas, sehingga jantung tidak bisa bekerja optimal.

Jika penyumbatan semakin parah atau terjadi secara mendadak, bisa terjadi serangan jantung yang berujung pada kematian.

Menurut data dari World Health Organization (WHO), jantung koroner menjadi salah satu penyebab utama kematian global dengan jutaan kasus setiap tahunnya.

Di Indonesia sendiri, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan peningkatan kasus penyakit jantung, termasuk jantung koroner, seiring dengan pola hidup yang tidak sehat dan minimnya kesadaran deteksi dini.

Gejala Jantung Koroner yang Sering Disalahartikan

Salah satu tantangan terbesar dalam mengenali jantung koroner adalah gejalanya yang sering menyerupai gangguan lambung atau pencernaan.

Nyeri dada yang terasa seperti ditekan atau ditimpa beban berat sering kali diartikan sebagai heartburn atau asam lambung naik.

Selain itu, gejala seperti mual, sesak napas, kelelahan ekstrem, keringat dingin, dan nyeri menjalar ke lengan kiri atau rahang juga bisa muncul.

Tak jarang, penderita hanya mengandalkan antasida atau obat lambung untuk mengatasi keluhan hingga akhirnya kondisi memburuk.

Padahal, jika dicermati, nyeri dada akibat jantung koroner biasanya muncul setelah aktivitas fisik atau stres emosional, dan mereda saat istirahat.

Hal ini berbeda dengan nyeri lambung yang lebih berkaitan dengan waktu makan atau posisi tubuh.

Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

Ada banyak faktor risiko yang dapat memicu jantung koroner, baik yang bisa dikendalikan maupun tidak.

Faktor yang tidak bisa dikendalikan antara lain usia, jenis kelamin (pria cenderung lebih berisiko), dan riwayat keluarga dengan penyakit jantung.

Sementara itu, faktor yang bisa dikendalikan mencakup gaya hidup, seperti merokok, diet tinggi lemak jenuh, kurang olahraga, stres, dan tekanan darah tinggi.

Memahami perbedaan nyeri dada akibat GERD dan jantung koroner.

Kolesterol tinggi dan diabetes juga memainkan peran penting dalam memperburuk kondisi pembuluh darah.

Oleh karena itu, menerapkan gaya hidup sehat sejak dini sangat dianjurkan untuk mencegah penyakit jantung koroner.

Pada dasarnya, memastikan apakah nyeri dada yang dirasakan merupakan gejala jantung koroner atau bukan memang tidak bisa hanya berdasarkan perasaan atau tebakan.

Jika mengalami nyeri dada yang menetap lebih dari lima menit, terlebih disertai sesak napas, pusing, atau keringat dingin, sebaiknya segera periksa ke fasilitas kesehatan terdekat.

Pemeriksaan EKG (elektrokardiogram), tes darah, treadmill test, dan CT-scan koroner adalah beberapa metode yang dapat digunakan untuk memastikan kondisi jantung.

Deteksi dini akan sangat membantu dalam menentukan penanganan yang tepat dan mencegah risiko komplikasi lebih lanjut.

Sayangnya, banyak orang hanya memeriksakan kesehatan jantung ketika sudah merasakan gejala berat.

Padahal, deteksi dini sangat penting untuk mencegah penyakit jantung koroner berkembang menjadi kondisi yang lebih parah.

Tips Pencegahan Penyakit Jantung

Dalam dunia medis, pepatah “mencegah lebih baik daripada mengobati” selalu relevan, terutama berkaitan dengan penyakit jantung.

Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat bisa secara signifikan mengurangi risiko terkena jantung koroner.

Berhenti merokok, menghindari makanan berlemak tinggi, dan menjaga berat badan ideal adalah langkah sederhana namun sangat berdampak.

Mengatur jadwal tidur, menghindari stres berlebihan, dan aktif bergerak setiap hari juga memiliki manfaat besar bagi kesehatan jantung.

Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa berjalan kaki 30 menit sehari dapat menurunkan risiko penyakit jantung hingga 30%.

Kombinasi pola makan sehat, olahraga rutin, dan pemeriksaan kesehatan berkala adalah kunci untuk mencegah jantung koroner.

Demikian, penjelasan terkait nyeri dada yang sering disalahartikan sebagai gejala GERD atau masalah lambung.

Padahal, dalam banyak kasus, nyeri dada menjadi sinyal awal dari penyakit lebih serius, seperti jantung koroner. (fam)