Investor asing mulai membidik saham tambang seperti ANTM dan INCO seiring melonjaknya harga emas dan nikel global.
Pergerakan investor asing di pasar modal domestik tengah mengalami perubahan signifikan.
Dalam sepekan terakhir, saham-saham dari sektor tambang dan energi mencuri perhatian pelaku pasar internasional, bersanding dengan saham perbankan yang selama ini menjadi andalan.
Berdasarkan data dari RTI Finance periode 14 hingga 17 April 2025, tercatat saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), serta PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi jajaran saham yang paling banyak diakumulasi oleh investor asing.
Menurut Ivan Rosanova, Technical Analyst dari Binaartha Sekuritas, tren ini disebabkan oleh lonjakan harga komoditas global yang menjadi katalis utama bagi sektor tambang dan energi.
“Kenaikan signifikan pada harga nikel dan emas global membuka peluang besar bagi emiten tambang untuk meningkatkan pendapatan dan margin. Ini jelas menjadi daya tarik tersendiri bagi investor asing yang mulai mencari sektor dengan prospek tinggi,” jelas Ivan, seperti dikutip dari Kontan.co.id.
Pergerakan investor asing di pasar modal domestik tengah mengalami perubahan signifikan.
Sektor perbankan selama ini dikenal sebagai pilar kuat dalam portofolio investor asing berkat fundamental yang stabil.
Namun, Ivan melihat adanya pergeseran arah investasi asing ke sektor-sektor yang dinilai memiliki valuasi menarik dan potensi pertumbuhan jangka menengah yang lebih menjanjikan.
“Investor asing kini tidak hanya terpaku pada sektor defensif seperti perbankan. Mereka mulai mengakumulasi saham di sektor tambang dan telekomunikasi karena melihat ada potensi pertumbuhan yang lebih besar dalam 1-2 tahun ke depan,” tambahnya.
Menariknya, saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) juga masuk dalam daftar akumulasi asing.
Emiten pelat merah ini baru saja merilis laporan keuangan tahun buku 2024 dan dijadwalkan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Mei mendatang.
Analis dari Kiwoom Sekuritas, Miftahul Khaer, menjelaskan bahwa TLKM tetap dilirik karena sifatnya yang defensif namun tetap menjanjikan dari sisi pertumbuhan digital.
“TLKM tetap menjadi primadona karena selain stabil, mereka agresif mengembangkan lini bisnis digital melalui anak-anak usaha seperti Mitratel dan IndiHome. Ini menciptakan kombinasi menarik antara stabilitas dan inovasi,” jelas Khaer.
Lebih lanjut, Khaer menyebut bahwa akumulasi investor asing terhadap saham tambang seperti ANTM, INCO, dan AMMN bukan sekadar strategi jangka pendek, melainkan langkah taktis menghadapi dinamika global.
Ia menilai bahwa faktor eksternal seperti rekor tertinggi harga emas dan nikel, serta ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS pada paruh kedua 2025 turut menjadi pemicu kuat minat asing terhadap sektor ini.
“Ini bukan sekadar spekulasi jangka pendek. Banyak investor institusional memanfaatkan momentum penguatan harga komoditas saat ini sebagai peluang masuk, terlebih karena ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter AS di semester mendatang,” paparnya.
Khaer juga menyinggung kondisi geopolitik global yang mulai menunjukkan tanda-tanda pelonggaran, terutama dalam konteks perang tarif antara negara-negara besar.
Ia menilai, stabilisasi ini turut mendongkrak sentimen positif di pasar komoditas.
“Tarif war yang mulai mereda dalam beberapa hari terakhir menjadi sentimen tambahan yang menguatkan minat investor terhadap saham tambang dan energi,” katanya.
Namun, ia tetap mengingatkan bahwa dalam jangka panjang, investor besar tetap akan kembali ke sektor defensif.
Meski demikian, momentum kenaikan harga komoditas saat ini sangat dimanfaatkan oleh investor asing.
“Ke depannya mungkin mereka akan balik ke saham defensif. Tapi sekarang, sektor tambang dan energi jadi ladang cuan sementara yang sangat menarik,” pungkas Khaer.(vip)