Saham Antam Melonjak Usai Gag Nikel Tetap Beroperasi di Raja Ampat

Harga saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) kembali menunjukkan penguatan yang signifikan, setelah sebelumnya sempat mengalami tekanan akibat kontroversi lingkungan terkait anak usahanya, PT Gag Nikel
KLIKBERITA24.COM - Harga saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) kembali menunjukkan penguatan yang signifikan, setelah sebelumnya sempat mengalami tekanan akibat kontroversi lingkungan terkait anak usahanya, PT Gag Nikel, yang beroperasi di wilayah Raja Ampat. Aktivitas tambang ini sempat menjadi sorotan hingga izin usahanya dibekukan sementara.
Mengacu pada data RTI Business yang dirilis Rabu, 11 Juni 2025, saham Antam dibuka di zona hijau dan langsung mencatatkan kenaikan. Hingga pukul 10.46 WIB, harga saham ANTM naik 50 poin atau sekitar 1,53% menjadi Rp 3.310 per saham.
Penguatan ini menunjukkan adanya sentimen positif dari pelaku pasar terhadap kelanjutan operasi tambang nikel yang sempat terhenti.
Volume perdagangan saham Antam tercatat mencapai 88,09 juta lembar dengan nilai transaksi mencapai Rp 292,78 miliar sejak sesi pembukaan. Sedangkan jumlah frekuensi transaksi saham ANTM tercatat sebanyak 15.766 kali, menandakan adanya minat tinggi dari investor terhadap saham perusahaan tambang pelat merah tersebut.
Dalam rentang waktu sepekan terakhir, saham Antam memang sempat mengalami koreksi tipis sebesar 0,30%. Namun jika dilihat dalam satu bulan terakhir, tren pergerakan saham menunjukkan kinerja positif dengan kenaikan signifikan sebesar 30,31%. Kenaikan ini turut ditopang oleh arus masuk dana asing yang terus mengalir ke saham Antam.
Tercatat pada perdagangan Selasa, 10 Juni 2025, Antam membukukan net foreign buy senilai Rp 87,08 miliar.
Jika ditarik lebih panjang, sepanjang tahun 2025 hingga saat ini, investor asing telah mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp 4,94 triliun terhadap saham Antam, mengindikasikan kepercayaan kuat terhadap prospek bisnis perusahaan.

sepanjang tahun 2025 hingga saat ini, investor asing telah mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp 4,94 triliun terhadap saham Antam
Kontroversi tambang di Raja Ampat sebelumnya mencuat setelah munculnya tuduhan kerusakan lingkungan yang diduga berkaitan dengan aktivitas PT Gag Nikel. Situasi ini mendorong Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengambil langkah tegas dengan membekukan sementara Izin Usaha Pertambangan (IUP) perusahaan tersebut.
Namun setelah dilakukan tinjauan langsung oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, ditemukan bahwa kegiatan tambang PT Gag Nikel tidak berdampak langsung pada kawasan wisata utama Raja Ampat. Lokasi tambang diketahui berada sekitar 30 hingga 40 kilometer dari destinasi ikonik Pulau Piaynemo, yang menjadi daya tarik utama wisatawan domestik dan mancanegara.
“Berdasarkan hasil tinjauan, kegiatan pertambangan PT Gag Nikel tidak berada di wilayah yang berdekatan langsung dengan kawasan wisata Raja Ampat. Jaraknya cukup jauh, sekitar 30 sampai 40 kilometer dari Pulau Piaynemo,” ujar Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.
Sebagai tindak lanjut dari tinjauan tersebut, pemerintah memutuskan untuk tetap mengizinkan PT Gag Nikel melanjutkan operasionalnya.
Dari total lima perusahaan tambang yang memiliki izin di wilayah Raja Ampat, hanya PT Gag Nikel yang dipertahankan izinnya. Sementara itu, empat perusahaan lainnya harus menerima keputusan pencabutan izin akibat pelanggaran lingkungan yang mereka lakukan.
Adapun keempat perusahaan yang dicabut izin operasinya adalah PT Anugerah Surya Pratama, PT Kawei Sejahtera Mining, PT Mulia Raymond Perkasa, dan PT Nurham.
Berdasarkan hasil evaluasi bersama dari Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup, keempat perusahaan ini terbukti melakukan pelanggaran lingkungan yang cukup serius, sehingga tindakan pencabutan izin dianggap sebagai langkah tepat demi menjaga ekosistem alam Raja Ampat.
Langkah pemerintah mempertahankan izin PT Gag Nikel serta mencabut izin perusahaan lain mendapat sorotan positif dari pelaku pasar. Hal ini memperkuat persepsi bahwa pemerintah tetap menjaga keseimbangan antara keberlanjutan lingkungan dan stabilitas investasi, terutama di sektor pertambangan yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional. (WAN)