Categories: Berita Hiburan

Review Film BELIEVE: Kisah Heroik Jenderal Agus Subiyanto di Tengah Perang

KLIKBERITA24.COM - Film BELIEVE: Mimpi, Takdir, dan Keberanian dari rumah produksi Bahagia Tanpa Drama menjadi angin segar bagi industri perfilman Indonesia yang sarat akan tema-tema emosional dan inspiratif.

Bukan sekadar fiksi, film ini diangkat dari kisah nyata yang tertuang dalam buku biografi Believe – Based on a True Story of Faith, Dream, and Courage, mengisahkan perjalanan hidup Jenderal TNI Agus Subiyanto. Dengan latar belakang perang, film ini menghadirkan nilai keberanian, kesetiaan, dan perjuangan hidup yang begitu kuat.

Disutradarai oleh Rahabi Mandra dan Arwin Tri Wardhana, film ini tampil menonjol melalui narasi emosional yang berlapis. Penonton akan dibawa menyelami konflik batin dan kisah keluarga yang penuh makna, dibalut dalam latar era perang tahun 1970-an yang penuh gejolak.

Ajil Ditto tampil memukau sebagai pemeran utama, memerankan karakter Agus dengan penuh penghayatan dan emosi mendalam.

Pemeran lain seperti Adinda Thomas, Wafda Saifan, Maudy Koesnaedi, Marthino Lio, dan jajaran pendukung lainnya juga menunjukkan kemampuan akting yang solid dan mendalam. Kehadiran mereka memberi kekuatan pada narasi yang ingin disampaikan.

Film ini menceritakan perjalanan Agus, seorang anak prajurit bernama Dedi yang ikut serta dalam Operasi Seroja tahun 1975

Film ini menceritakan perjalanan Agus, seorang anak prajurit bernama Dedi yang ikut serta dalam Operasi Seroja tahun 1975.

Saat sang ayah gugur dalam tugas, Agus yang kala itu masih kecil merasakan kehilangan yang dalam. Rasa kehilangan itu kemudian menjadi inspirasi sekaligus dorongan besar bagi dirinya untuk mengikuti jejak sang ayah sebagai prajurit.

Di medan tugas, Agus bertemu dengan Miro (Marthino Lio), seorang pemimpin separatis yang memiliki keterkaitan sejarah kelam dengan ayahnya.

Konflik batin mulai muncul. Agus harus memilih antara dendam masa lalu atau tanggung jawab sebagai prajurit. Ia pun bertarung melindungi keluarga, anak buah, dan masyarakat sipil tak berdosa.

Dari proses tersebut, Agus menemukan makna keberanian yang sesungguhnya—bukan hanya tentang bertarung, tapi juga tentang pengorbanan demi orang lain.

Latar waktu yang diambil sekitar dekade 1970-an menuntut penggarapan yang detail. Warna, pencahayaan, hingga kostum dan properti dirancang sedemikian rupa untuk menghadirkan nuansa zaman tersebut.

Elemen visual berhasil menampilkan atmosfer medan perang yang tegang. Ditambah dengan efek suara ledakan dan tembakan, film ini mampu membawa penonton larut dalam ketegangan tiap adegan.

Setiap scene terasa hidup, seolah penonton ikut berada di tengah konflik. Hal ini membuktikan keseriusan tim produksi dalam menggarap film dengan latar sejarah.

Celerina Judisari selaku produser memiliki ikatan emosional terhadap cerita film ini. Ia mengungkapkan bahwa ayahnya termasuk dalam pasukan yang diberangkatkan ke Seroja.

“Pada dasarnya semua perang kita merasa semua perang itu dirugikan ya,” ujar Celerina Judisari.

Bagi Celerina, film ini bukan hanya tentang keberanian di medan perang, tapi juga tentang keberanian mengambil keputusan besar dalam hidup dan bertahan menghadapi luka kehilangan

Film BELIEVE bukan hanya drama perang, namun juga menyajikan perjalanan batin yang kompleks. Penonton akan menyaksikan perubahan karakter Agus dari seorang anak yang kehilangan hingga menjadi prajurit penuh keyakinan.

Film ini cocok ditonton oleh semua kalangan, terutama generasi muda, untuk memahami makna perjuangan, mimpi, dan dedikasi pada bangsa.

Dari sisi narasi, film ini mengalir kuat tanpa membosankan. Dialog yang mengena dan adegan-adegan yang menyentuh membuat film ini patut masuk daftar tontonan wajib tahun ini.

BELIEVE: Mimpi, Takdir, dan Keberanian adalah film yang menyentuh hati, menggugah semangat nasionalisme, dan menghadirkan gambaran nyata tentang pengorbanan seorang prajurit. (WAN)