Proyek Baterai Rp 164 T Dapat Restu Prabowo, Huayou China Gantikan LG Korea

Presiden terpilih prabowo subianto resmi memberikan restu kepada perusahaan asal tiongkok, huayou untuk proyek pengembangan baterai kendaraan listrik

KLIKBERITA24.COM, Presiden terpilih Prabowo Subianto resmi memberikan restu kepada perusahaan asal Tiongkok, Huayou, untuk mengambil alih peran perusahaan Korea Selatan, LG, dalam proyek strategis pengembangan baterai kendaraan listrik di Indonesia. Nilai investasi proyek ini mencapai US$ 9,8 miliar atau setara Rp 164 triliun dengan asumsi kurs Rp 16.800 per dolar AS.

Proyek ambisius ini akan menciptakan rantai pasok industri baterai kendaraan listrik secara menyeluruh di dalam negeri.

Mulai dari proses awal berupa pertambangan bahan baku, pembangunan fasilitas smelter, pengolahan prekursor, pembuatan katoda, produksi sel baterai, hingga proses daur ulang baterai akan terintegrasi secara nasional.

Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, menjelaskan bahwa sebelumnya LG sudah merealisasikan investasi senilai US$ 1,2 miliar. Namun, sisa nilai investasi sebesar US$ 8,6 miliar akan digantikan oleh Huayou melalui kerja sama baru yang telah mendapatkan persetujuan dari Presiden Prabowo.

“Nah sekarang tinggal kurang lebih sekitar US$ 8 miliaran mulai juga sebagian dari hulu hilir sampai dengan battery cell, 20 gigawatt. Itu alhamdulillah sudah diputuskan sudah disetujui oleh pak presiden. Atas arahan pak presiden sekarang sudah dilakukan oleh konsorsium Huayou dan ini tidak ada masalah lagi dan ini sudah siap untuk dilakukan groundbreaking,” beber Bahlil usai rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Kamis (22/5/2025).

Bahlil menambahkan bahwa proyek ini menandai era baru pembangunan industri baterai kendaraan listrik indonesia

Bahlil menambahkan bahwa proyek ini menandai era baru pembangunan industri baterai kendaraan listrik Indonesia

Bahlil menambahkan bahwa proyek ini menandai era baru pembangunan industri baterai kendaraan listrik Indonesia dengan kapasitas besar. Ia menyebutkan bahwa groundbreaking proyek akan dilakukan sebelum bulan Agustus 2025 sebagai bagian dari percepatan implementasi investasi di sektor energi baru dan terbarukan.

“Kita rencanakan grounbreaking-nya sebelum Agustus,” bebernya.

Adapun struktur kepemilikan saham dalam proyek ini turut dijelaskan oleh Bahlil. Pemerintah Indonesia melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia Battery Corporation (IBC) menguasai porsi saham mayoritas sebesar 51% di proyek utama. Namun, dalam pembentukan joint venture (JV) atau perusahaan patungan di bawah proyek tersebut, porsi saham BUMN saat ini hanya 30%.

“Di JV berikutnya itu sekarang 30% tapi kita lagi mengupayakan untuk ada kenaikan karena Danantara juga akan ikut berpartisipasi. Nah ini arahan pak presiden kita akan memaksimalkan untuk di atas 40% bahkan sampai dengan 50%, tapi semua itu dalam proses negosiasi,” pungkas Bahlil.

Keterlibatan Danantara sebagai mitra lokal juga menjadi bagian dari upaya strategis pemerintah untuk meningkatkan kepemilikan nasional di proyek energi strategis ini. Langkah ini diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi berkelanjutan bagi industri otomotif dan energi Indonesia dalam jangka panjang.

Dengan digantikannya LG oleh Huayou, proyek ini tak hanya menunjukkan dinamika geopolitik dalam investasi strategis, tetapi juga menggambarkan fokus pemerintah Indonesia dalam menjaga kontinuitas proyek nasional, meski melibatkan pengalihan mitra asing.

Huayou sendiri dikenal sebagai pemain utama dalam industri baterai global, khususnya pada segmen hilir seperti prekursor dan katoda.

Keterlibatan perusahaan ini diharapkan mampu mempercepat pembangunan ekosistem kendaraan listrik dalam negeri. Selain itu keterlibatan perusahaan ini juga dapat meningkatkan daya saing Indonesia sebagai basis produksi baterai dunia.

Peralihan kepemimpinan proyek ini juga menjadi sinyal kuat bahwa pemerintahan Prabowo serius dalam mendukung hilirisasi industri strategis yang bernilai tambah tinggi. Dengan dukungan penuh dari Presiden, proyek yang menyerap ribuan tenaga kerja dan mendukung transisi energi hijau ini diproyeksikan dapat berjalan sesuai rencana.

Langkah konsorsium Huayou dalam mengambil alih sisa investasi dari LG juga mempertegas pentingnya kolaborasi lintas negara dalam pembangunan energi bersih. Pemerintah menargetkan agar seluruh proses investasi berjalan efisien dan berdampak luas bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Dengan proyek ini, Indonesia semakin menegaskan peran strategisnya dalam rantai pasok kendaraan listrik dunia, terutama melalui penguasaan sumber daya nikel dan teknologi hilirisasi. (WAN)