Categories: Berita

Profil Band Sukatani: Band Punk Asal Purbalingga

Sukatani merupakan band punk asal Purbalingga, Jawa Tengah, yang dikenal dengan gaya musik yang unik dan penuh kritik sosial.

Band ini hanya terdiri dari dua personel, yaitu Ovi alias Twister Angel sebagai vokalis dan Al alias Alectroguy sebagai gitaris.

Mereka sering tampil dengan mengenakan topeng, menciptakan citra misterius yang membedakan mereka dari band lain.

Selain dikenal karena lirik-liriknya yang tajam, Sukatani juga sering menyisipkan unsur budaya lokal, termasuk penggunaan bahasa ngapak khas Banyumasan dalam beberapa lagunya.

Band Rock Sukatani yang Berasal dari Purbalingga

Ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya membawa pesan sosial, tetapi juga ingin mempertahankan identitas daerah mereka.

Awal Terbentuknya Sukatani

Band ini dibentuk pada Oktober 2022 oleh Ovi dan Al. Awalnya, Ovi merupakan anggota band di Purwokerto sejak 2013.

Namun, setelah keluar dari band sebelumnya, ia ingin menyalurkan kreativitasnya dalam bentuk yang lebih eksperimental.

Ovi mulai menulis lirik-lirik yang terinspirasi dari kegelisahan sosial di sekitarnya, termasuk tentang ketimpangan ekonomi dan berbagai kebijakan pemerintah yang dianggapnya tidak berpihak kepada rakyat kecil.

Ia kemudian menggandeng Al, yang memiliki keahlian dalam produksi musik digital, untuk mengisi instrumen gitar serta menambahkan unsur drum dan bass secara digital.

Gaya Musik dan Pengaruh

Sukatani menggabungkan berbagai genre dalam musik mereka, termasuk punk rock, post-punk, gothic rock, new wave, dan synth-pop.

Mereka banyak terinspirasi dari band anarcho-punk era 80-an seperti Crass dan Dead Kennedys, serta unsur eksperimental dari Joy Division dan The Cure.

Penggunaan elemen synthesizer dalam beberapa lagu mereka juga memberikan warna yang lebih kaya dibandingkan punk tradisional.

Lirik-lirik mereka tidak hanya sekadar kritik sosial, tetapi juga mengandung pesan satire yang menggambarkan kehidupan rakyat kecil dengan cara yang ironis dan menyentil.

Salah satu contoh lagu mereka yang menggunakan bahasa ngapak adalah “Alas Wirasaba”, yang menceritakan tentang eksploitasi lahan hutan untuk pembangunan bandara.

Melalui lagu ini, mereka ingin menyuarakan dampak pembangunan terhadap lingkungan dan masyarakat lokal yang sering kali terpinggirkan.

Album “Gelap Gempita” dan Kontroversi Lagu “Bayar Bayar Bayar”

Pada 24 Juli 2023, Sukatani merilis album debut mereka yang berjudul “Gelap Gempita”. Album ini berisi delapan lagu yang sebagian besar membahas kritik sosial, mulai dari isu ketidakadilan hingga eksploitasi rakyat kecil.

Salah satu lagu mereka yang paling viral adalah “Bayar Bayar Bayar”. Lagu ini menyoroti banyaknya pungutan dan biaya-biaya yang harus ditanggung masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, termasuk biaya administrasi, pajak, hingga pungli yang sering ditemukan di berbagai sektor.

Namun, lagu ini juga menuai kontroversi karena dianggap menyindir institusi kepolisian.

Pada 20 Februari 2025, setelah viral di media sosial, Sukatani menarik lagu tersebut dari semua platform musik dan menyampaikan permohonan maaf secara resmi kepada institusi kepolisian melalui akun Instagram mereka.

Meski demikian, lagu ini telah meninggalkan dampak besar, terutama dalam membangun kesadaran masyarakat tentang masalah yang mereka hadapi sehari-hari.

Bahkan, beberapa aksi demonstrasi sempat menggunakan lagu ini sebagai bentuk protes terhadap kebijakan tertentu.

Identitas Personel dan Penampilan Panggung

Sebelum kontroversi lagu “Bayar Bayar Bayar”, identitas personel Sukatani tidak diketahui publik karena mereka selalu tampil dengan topeng.

Ini bukan hanya sekadar estetika, tetapi juga sebagai simbol bahwa musik mereka lebih penting daripada individualitas mereka.

Namun, setelah kontroversi tersebut, identitas mereka akhirnya terungkap. Ovi memiliki nama asli Novi Citra Indriyati, sementara Al adalah Muhammad Syifa Al Lutfi.

Selain memakai topeng, Sukatani juga memiliki kebiasaan unik dalam konser mereka, yaitu membagikan sayuran kepada penonton.

Aksi ini dilakukan untuk menggambarkan kepedulian mereka terhadap isu ketahanan pangan dan lingkungan, sekaligus sebagai bentuk kritik terhadap harga bahan pokok yang terus naik.

Respon Publik dan Dampak Sosial

Reaksi publik terhadap Sukatani cukup beragam. Banyak yang mendukung mereka karena dianggap berani menyuarakan kritik sosial secara jujur dan apa adanya.

Namun, tidak sedikit juga yang menganggap bahwa mereka terlalu vokal dan menyinggung pihak tertentu.

Terlepas dari pro dan kontra yang ada, Sukatani berhasil membuktikan bahwa musik bisa menjadi alat perubahan sosial.

Lirik-lirik mereka yang lugas dan kritis mengajak pendengar untuk lebih sadar terhadap kondisi sosial yang terjadi di sekitar mereka.

Band Sukatani ini pun menjadi bukti bahwa musik punk masih relevan di Indonesia, terutama dalam menyuarakan kritik sosial.

Dengan gaya musik yang khas, lirik yang kuat, serta aksi panggung yang unik, mereka berhasil menarik perhatian publik dan memicu diskusi tentang berbagai isu penting.

Meskipun menghadapi kontroversi, Sukatani tidak kehilangan semangat mereka dalam bermusik.

Mereka terus berusaha untuk menyampaikan pesan-pesan sosial melalui lagu-lagu mereka, sembari tetap mempertahankan ciri khas mereka sebagai band punk yang membela rakyat kecil.

Keberanian mereka dalam menyuarakan kebenaran melalui musik membuat mereka menjadi salah satu band punk paling menarik di Indonesia saat ini. (ctr)