Posisi Dubes RI di AS Kosong Hampir 2 Tahun, Indef Ungkap Indonesia Bisa Kehilangan Negosiasi Dagang

Posisi Dubes RI di AS kosong hampir dua tahun sejak Juli 2023.
Posisi Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Amerika Serikat (AS) telah mengalami kekosongan selama hampir dua tahun terakhir.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran mengenai potensi kehilangan peluang dalam negosiasi perdagangan antara Indonesia dan AS.
Di tengah perbincangan panas terhadap kebijakan tarif impor terbaru yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump, Indonesia dinilai kehilangan momentum diplomasi di hadapan AS.
Rotasi Cepat dan Kekosongan Posisi Dubes RI di AS
Sejak 2019, posisi Dubes RI untuk AS mengalami rotasi yang cukup cepat. Berikut penjelasan detailnya.
- Mahendra Siregar menjabat dari 7 Januari 2019 hingga 25 Oktober 2019 sebelum ditarik kembali ke Indonesia untuk menjabat sebagai Wakil Menteri Luar Negeri.
- Muhammad Lutfi mengisi posisi tersebut dari 14 September 2020 hingga 23 Desember 2020, kemudian ditunjuk sebagai Menteri Perdagangan.
- Rosan Roeslani menjabat mulai 25 Oktober 2021 hingga 17 Juli 2023 sebelum kembali ke Indonesia untuk menjabat sebagai Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Setelah penarikan Rosan Roeslani pada Juli 2023, posisi Dubes RI untuk AS kembali kosong, menambah periode tanpa perwakilan tetap di Washington D.C.
Bahkan, setelah peresmian Presiden RI Prabowo Subianto pada 20 Oktober 2024 lalu, masih belum ada pengganti resmi yang ditunjuk untuk mengisi posisi tersebut.
Posisi Dubes RI di AS Sangat Krusial
Amerika Serikat merupakan mitra dagang kedua terbesar Indonesia.
Dalam situasi pasar dagang global yang penuh ketidakpastian, kehadiran Dubes sejatinya sangat krusial.
Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Andry Satrio Nugroho, menilai bahwa kekosongan Dubes RI di AS bukan hanya sekadar kekeliruan administrasi.
Menurutnya, kekosongan posisi strategis tersebut dinilai sebagai bentuk pengabaian terhadap kepentingan nasional.
Selain itu, posisi Dubes RI di AS yang kosong dapat mengakibatkan Indonesia kehilangan kesempatan untuk melakukan negosiasi dagang, terutama setelah kebijakan tarif 32 persen oleh Donald Trump terhadap produk-produk Indonesia.
“Setiap hari tanpa perwakilan di Amerika Serikat adalah hari di mana posisi tawar kita melemah. Kita kehilangan momentum, kehilangan peluang, dan kehilangan kendali,” ujar Andry Satrio.

Kekosongan posisi Dubes RI di AS dapat membuat Indonesia kehilangan kesempatan untuk negosiasi dagang dengan AS.
Buruknya, bila kekosongan posisi Dubes RI di AS terus berlanjut, produk dari industrasi padat karya (seperti tekstil, pakaian, dan alas kaki) yang selama ini menyumbang 27,5% dari total ekspor Indonesia ke AS terancam kehilangan pasar.
Jika terjadi hal demikian, Indonesia dapat mengalami badai PHK secara besar-besaran.
“Jika pemerintah terus diam, kita bukan hanya kehilangan pasar utama, tapi juga akan muncul badai PHK lanjutan yang jauh lebih besar,” tutur Andry.
Andry berpendapat bahwa posisi Dubes RI untuk AS bukan hanya jabatan simbolik, tetapi justru sebagai garda depan pertahanan ekonomi nasional.
Oleh sebab itu, penunjukan Dubes RI di AS yang baru dianggap sangat darurat untuk dilakukan demi menyikapi kebijakan ekonomi proteksionis AS khususnya.
Respons DPR Terhadap Kekosongan Dubes RI di AS
Wakil Ketua Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Dave Laksono, turut menyoroti kondisi ini.
Dave Laksono mendesak pemerintah untuk segera menunjuk tokoh yang layak menempati kursi Dubes RI di AS.
“Ada sejumlah posisi Dubes yang harus diisi atau diganti. Jadi semua itu telah berproses. Nanti pemerintah yang akan mengirim ke DPR untuk kita lakukan fit and proper test,” ujarnya.
Di sisi lain, anggota komisi I DPR RI dari Fraksi Partai PDIP, TB Hasanuddin, juga menyayangkan langkah pemerintah yang gegabah dalam menarik Rosan Roeslani tanpa menunjuk pengganti.
“Iya, jangan sampai begini ya. Atau kalau mau, dulu jangan ditarik dulu di masa peralihan (transisi pemerintahan dari Presiden Jokowi ke Prabowo), ya kan? Kalau seperti ini kan jadi ngambang, tidak bagus. Dan image terhadap negeri kita jadi tidak bagus, kan?” ucap Hasanuddin.
TB Hasanuddin mengungkap sempat ada 11 usulan calon Dubes pada akhir masa jabatan DPR 2019 sampai 2024.
Akan tetapi, karena adanya arahan dari Istana, proses fit dan proper test ditunda.
“Mungkin ada pembicaraan antara presiden yang lama dan presiden yang baru. Pembicaraannya seperti apa sampai kemudian dicancel, saya tidak tahu,” ungkap Hasanuddin.
Pentingnya Pengisian Posisi Dubes RI di AS
Kehadiran Dubes RI yang definitif di AS sangat penting untuk memastikan kelangsungan dan peningkatan hubungan bilateral, terutama dalam bidang perdagangan dan investasi.
Dubes berperan krusial dalam membangun jaringan, memfasilitasi negosiasi, dan mewakili kepentingan Indonesia di AS.
Oleh karena itu, pengisian posisi ini sebaiknya menjadi prioritas untuk memaksimalkan potensi kerja sama antara kedua negara.
Dalam konteks ini, pemerintah Indonesia diharapkan dapat segera menunjuk Dubes RI untuk AS yang baru, dengan mempertimbangkan stabilitas dan kontinuitas dalam diplomasi ekonomi.
Langkah ini penting untuk memastikan bahwa Indonesia tidak kehilangan momentum dalam negosiasi perdagangan dan investasi dengan AS, terlebih adanya kebijakan tarif impor baru di tahun 2025. (fam)