Informasi mengenai penyebab serta gejala dari penyakit diabetes lengkap dengan cara pengobatannya.
Diabetes melitus, atau yang lebih umum dikenal dengan istilah diabetes, merupakan salah satu penyakit yang familiar di kalangan masyarakat.
Sebagian orang berpendapat bahwa konsumsi gula berlebihan adalah penyebab utama diabetes. Namun, apakah anggapan ini benar?
Untuk menemukan jawabannya, mari kita telaah informasi yang lebih mendalam dalam artikel berikut.
Diabetes merupakan suatu kondisi metabolik yang terjadi ketika kadar gula dalam tubuh meningkat, tetapi tubuh tidak dapat memanfaatkan gula tersebut secara optimal.
Penyakit ini tergolong dalam kategori penyakit kronis yang berbahaya, terutama jika komplikasi telah muncul.
Asupan gula yang berlebihan menjadi salah satu penyebab diabetes.
Kadar glukosa dalam darah berperan penting sebagai sumber energi agar tubuh dapat berfungsi secara optimal saat beraktivitas.
Oleh karena itu, asupan gula harus disesuaikan dengan tingkat aktivitas sehari-hari. Masalah muncul ketika kita mengonsumsi gula dalam jumlah banyak tetapi aktivitas fisik yang dilakukan sangat sedikit.
Kondisi ini dapat menyebabkan akumulasi gula darah, yang dalam jangka panjang meningkatkan risiko terjadinya diabetes. Beberapa faktor yang mengakibatkan tubuh tidak dapat memproses gula secara efisien, antara lain:
1. Kurangnya aktivitas fisik
2. Asupan gula yang berlebihan
3. Respons tubuh terhadap insulin yang terganggu
4. Produksi insulin yang menurun oleh pankreas
5. Gangguan pada fungsi insulin akibat hormon lain
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Introduction to Diabetes Mellitus mengkategorikan diabetes ke dalam tiga tipe, sebagai berikut:
Diabetes tipe 1 pada dasarnya merupakan gangguan autoimun, yaitu ketika antibodi yang seharusnya melindungi tubuh dari infeksi justru menyerang sel-sel tubuh yang sehat.
Dalam hal ini, sel beta di pankreas yang menjadi target serangan. Akibatnya, sel-sel beta yang bertanggung jawab untuk memproduksi insulin mengalami kerusakan.
Penyebab mengapa antibodi menyerang sel beta pankreas ini masih belum diketahui. Akan tetapi, banyak ahli berpendapat bahwa faktor genetik dan infeksi virus tertentu berkontribusi terhadap kondisi ini.
Berbeda dari tipe 1 yang disebabkan oleh penurunan produksi insulin, diabetes tipe 2 menunjukkan produksi insulin yang normal.
Permasalahan timbul dari berkurangnya sensitivitas tubuh dalam merespons kadar gula darah, sehingga pemanfaatannya menjadi kurang efektif.
Kondisi ini biasanya lebih umum dijumpai pada orang dewasa, terutama mereka yang berusia di atas 30 tahun. Faktor gaya hidup, seperti minimnya aktivitas fisik, stres, dan konsumsi makanan tinggi gula, memiliki peranan signifikan dalam perkembangan penyakit ini.
Selain itu, faktor genetik serta obesitas yang tidak ditangani dengan baik juga dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes tipe 2.
Diabetes gestasional adalah suatu bentuk diabetes yang biasanya bersifat sementara. Penyakit ini terjadi pada wanita hamil dan umumnya akan sembuh setelah proses persalinan.
Meskipun dapat terjadi pada berbagai tahap kehamilan, penyakit ini biasanya mulai muncul pada minggu ke-24 kehamilan. Walau dapat sembuh dengan sendirinya, diabetes gestasional tetap memiliki risiko yang serius.
Jika tidak dikelola dengan baik, kondisi ini dapat meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan berlebih, mengalami kelahiran prematur, atau terlahir dengan kadar gula darah yang rendah, yakni hipoglikemia.
Bagi ibu hamil, diabetes gestasional dapat menyebabkan komplikasi seperti preeklamsia dan tekanan darah tinggi. Selain itu, ibu yang pernah mengalami kondisi ini berisiko lebih tinggi mengalaminya di kehamilan selanjutnya, yang dapat meningkatkan kemungkinan terkena diabetes tipe 2 setelah melahirkan.
Diabetes merupakan suatu kondisi kesehatan yang ditandai dengan berbagai gejala. Meskipun seringkali baru terdeteksi melalui pemeriksaan kadar gula darah, Anda dapat mengenali tanda-tanda kelebihan gula dalam darah dengan memperhatikan beberapa kondisi berikut ini.
1. Kelelahan yang sering dirasakan meskipun tidak melakukan kegiatan fisik.
2. Rasa haus yang tak kunjung hilang meskipun telah cukup minum.
3. Penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas.
4. Rasa lapar yang muncul secara berlebihan.
5. Luka yang lambat sembuh atau sulit pulih.
6. Pemburaman pada penglihatan.
7. Frekuensi buang air kecil yang meningkat.
8. Sering mengalami infeksi, termasuk di area kulit, gusi, dan area genital.
Bagi para pasien, gejala diabetes cenderung berkembang dengan cepat, sehingga Anda dapat merasakan perubahan signifikan dalam tubuh.
Apabila Anda melihat gejala-gejala tersebut, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter agar dilakukan pemeriksaan serta mendapatkan penanganan yang sesuai.
Dokter biasanya akan melakukan sejumlah pemeriksaan, termasuk tes kadar gula darah. Anda dapat dinyatakan mengidap diabetes jika:
– Kadar gula darah Anda melebihi 200 mg/dL dan disertai dengan gejala seperti rasa haus berlebihan, frekuensi buang air kecil yang tinggi, sering merasa lapar, serta luka yang sulit sembuh dan keluhan lainnya.
– Kadar gula darah puasa Anda melebihi 126 mg/dL, yang diukur setelah tidak mengonsumsi kalori selama minimal 8 jam.
– Kadar gula darah lebih dari 200 mg/dL setelah menjalani Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO), di mana Anda mengonsumsi sekitar 75 gram gula.
Walaupun sudah tersedia banyak alat untuk tes gula darah secara mandiri, kunjungan ke dokter untuk memastikan apakah Anda menderita diabetes adalah langkah yang paling tepat.
Hal ini karena alat tes mandiri hanya berguna untuk memantau kadar gula darah, bukan untuk diagnosis yang akurat.
Mengatasi diabetes biasanya memerlukan waktu yang panjang serta kesabaran. Anda diharuskan untuk disiplin dalam menerapkan lima pilar pengobatan diabetes yang meliputi pendidikan, pengaturan pola makan, aktivitas fisik, penggunaan obat-obatan, dan pemantauan gula darah secara mandiri.
Jika menggunakan obat herbal untuk meningkatkan produksi insulin dan menurunkan kadar gula darah, sebaiknya dilakukan dengan izin serta di bawah pengawasan dokter.
Hal ini disebabkan karena mengkombinasikan obat-obatan medis dengan herbal bisa menimbulkan risiko hipoglikemia, yaitu penurunan kadar gula darah yang drastis.
Selain itu, ada beberapa jenis obat herbal yang jika dikonsumsi dalam durasi lama dan dalam jumlah banyak dapat memberikan efek negatif bagi kesehatan, termasuk berpotensi merusak hati dan ginjal.
Diabetes merupakan penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi ketika tubuh tidak dapat memanfaatkan gula dengan baik.
Pengidap diabetes sangat dianjurkan untuk rutin melakukan pemeriksaan gula darah guna memantau kondisi kadar gula dari waktu ke waktu. (fah)