Penetapan 1 Ramadhan pada 1 Maret oleh Muhammadiyah

Penetapan Awal Puasa

Pada setiap tahun, penentuan awal bulan Ramadhan menjadi salah satu momen penting bagi para umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Salah satu organisasi Islam terbesar di Tanah Air, Muhammadiyah pun telah menetapkan bahwa 1 Ramadhan 1446 H jatuh pada tanggal 1 Maret 2025.

Adanya keputusan ini didasarkan pada metode hisab yang telah menjadi pedoman Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan hijriyah.

Lalu, bagaimana proses penetapan ini bisa dilakukan? Apa perbedaannya dengan metode yang lain? Dan bagaimana implikasi dari keputusan ini? Berikut ini pun merupakan penjelasan lengkapnya:

Puasa 1446

Puasa Ramadhan 2025 yang Jatuh Pada 1 Maret

Metode Hisab yang Digunakan oleh Muhammadiyah

Muhammadiyah telah menggunakan metode hisab atau perhitungan astronomi dalam menetapkan awal bulan hijriyah, termasuk pada bulan Ramadhan.

Metode yang digunakan pun merupakan metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal, yang berarti penentuan bulan baru berdasarkan eksistensi hilal di atas ufuk saat melihat matahari terbenam, tanpa harus melihat langsung keberadaannya.

Dan menurut metode ini, awal bulan hijriyah akan dimulai jika telah memenuhi tiga syarat berikut:

  1. Konjungsi (Ijtimak) telah terjadi sebelum melihat matahari terbenam.
  2. Ijtimak terjadi sebelum pukul 00.00 WIB, yang menandakan bahwa perhitungan berlaku untuk wilayah Indonesia.
  3. Hilal sudah berada di atas ufuk pada saat matahari terbenam, tanpa memperhitungkan apakah hilal dapat terlihat secara kasat mata atau tidak.

Berdasarkan dengan adanya perhitungan ini, Muhammadiyah pun telah menetapkan bahwa 1 Ramadhan 1446 H jatuh pada hari Sabtu, 1 Maret 2025.

Perbedaan dengan Metode Rukyat

Sebagian besar ormas Islam di Indonesia, termasuk Nahdlatul Ulama (NU), menggunakan metode rukyat (pengamatan langsung) dalam menentukan awal bulan hijriyah.

Metode ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan: “Berpuasalah kalian jika telah melihat hilal, dan berbukalah kalian jika telah melihat hilal.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam metode rukyat, hilal pun harus benar-benar terlihat oleh mata atau alat bantu optik sebelum penetapan awal bulan bisa dilakukan.

Hal ini pun sering kali menyebabkan perbedaan dalam penetapan awal bulan Ramadhan karena faktor cuaca atau posisi hilal yang terlalu rendah di ufuk.

Dengan adanya perbedaan metode ini pun kerap kali mengakibatkan perbedaan dalam pelaksanaan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha antara Muhammadiyah dan pemerintah yang biasanya mengacu pada keputusan sidang isbat Kementerian Agama RI.

Namun, perbedaan ini tetap dihormati dalam semangat persatuan dan juga toleransi yang terdapat di antara umat Islam di Indonesia.

Dampak dan Implikasi dari Keputusan Muhammadiyah

Persiapan Umat Islam dalam Menyambut Ramadhan

Dengan diumumkannya tanggal 1 Ramadhan lebih awal oleh Muhammadiyah, para anggotanya dan juga masyarakat yang mengikuti metode hisab bisa lebih cepat mempersiapkan diri dalam menyambut bulan suci ini.

Umat Islam yang mengikuti keputusan Muhammadiyah bisa mulai mengatur jadwal ibadah, persiapan sahur, serta kegiatan lainnya.

Potensi Perbedaan Awal Puasa di Indonesia

Meskipun Muhammadiyah telah menetapkan 1 Maret 2025 sebagai awal Ramadhan, pemerintah dan organisasi lain mungkin menetapkan tanggal berbeda, terutama jika hilal tidak terlihat pada saat rukyat dilakukan.

Ini bisa menyebabkan adanya perbedaan pada hari pertama puasa antara umat Islam di Indonesia, meskipun secara umum tetap dihormati sebagai bagian dari perbedaan ijtihad.

Konsistensi dalam Penggunaan Hisab

Adapun salah satu keunggulan dari metode hisab yang digunakan Muhammadiyah adalah dengan konsistensinya.

Dengan melakukan perhitungan astronomi, umat Islam yang telah mengikuti Muhammadiyah tidak perlu menunggu sidang isbat untuk mengetahui awal Ramadhan, sehingga lebih mudah untuk bisa melakukan perencanaan ibadah.

Harmoni dan Toleransi dalam Beribadah

Dengan adanya perbedaan penentuan awal bulan hijriyah bukanlah suatu hal yang baru di Indonesia.

Oleh karena itu, penting bagi seluruh umat Islam untuk tetap saling menjaga harmoni dan juga saling menghormati adanya perbedaan metode yang telah digunakan dalam menentukan awal Ramadhan 1446 H ini.

Baik yang mengikuti hisab Muhammadiyah maupun rukyat yang nantinya akan dilakukan oleh pemerintah, semua tetap dalam koridor ajaran Islam yang benar.

Muhammadiyah telah menetapkan bahwa 1 Ramadhan 1446 H jatuh pada 1 Maret 2025 berdasarkan metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal yang telah menjadi pedoman organisasi ini dalam menentukan awal bulan hijriyah.

Metode ini berbeda dengan metode rukyat yang digunakan oleh pemerintah dan beberapa ormas Islam lainnya.

Meskipun perbedaan dalam penentuan awal Ramadhan bisa saja terjadi, hal ini pun bukanlah sesuatu yang harus diperdebatkan dengan cara yang berlebihan.

Pada saat ini, yang lebih penting adalah terdapat semangat kebersamaan dalam menjalankan ibadah puasa dengan penuh keikhlasan dan juga ketakwaan pada saat nanti menjalankannya.

Dan semoga pada bulan Ramadhan 1446 H yang jatuh pada tahun 2025 ini bisa untuk membawa banyak berkah dan juga kelancaran bagi seluruh umat Islam yang terdapat di Indonesia dan di dunia. (ctr)