Padel Jadi Tren Olahraga, Inilah Alasan Semua Kalangan Tertarik Bergabung

Olahraga Padel yang Digemari Berbagai Macam Kalangan
KLIKBERITA24.COM - Padel, olahraga raket yang menggabungkan elemen tenis dan squash, semakin populer di berbagai kota besar seperti Jakarta dan Bandung.
Dikenal dengan lapangan yang lebih kecil dibandingkan tenis dan dikelilingi dinding kaca atau kawat, olahraga ini dapat dimainkan oleh siapa saja, tanpa memandang usia.
Olahraga padel sendiri pertama kali ditemukan pada tahun 1969 di Meksiko oleh Enrique Corcuera yang memodifikasi lapangan squash miliknya untuk menambahkan elemen tenis.
Kini, padel berkembang pesat dan menjadi fenomena, terutama di kalangan Generasi Z yang tidak ingin ketinggalan dengan tren yang sedang booming.
Istilah “Fomo” (Fear of Missing Out) banyak digunakan untuk menggambarkan fenomena sosial yang terkait dengan padel.
Fomo merujuk pada rasa cemas yang timbul ketika seseorang merasa tidak mengikuti tren atau aktivitas yang sedang viral di media sosial.

Olahraga Padel Menjadi Salah Satu Olahraga yang Memiliki Berbagai Macam Manfaat Baik untuk Tubuh
Olahraga padel masuk dalam kategori ini, di mana banyak orang ingin terlibat agar tidak merasa tertinggal dalam arus perkembangan sosial yang tengah berlangsung.
Hartono Soekwanto, seorang penggiat olahraga padel di Bandung, menjelaskan alasan mengapa olahraga ini begitu digemari oleh berbagai kalangan, dari anak muda hingga orang lanjut usia. Menurut Hartono, salah satu daya tarik utama dari padel adalah kemudahannya untuk dimainkan.
“Perkembangan padel ini memang luar biasa karena memang mudah untuk dimainkan siapa pun. Mulai dari anak-anak hingga orang tua,” ujar Hartono yang ditemui di Lapangan PadelPlush di Jalan Cihampelas, Bandung.
Namun, bukan hanya soal kemudahan bermain, padel juga menawarkan manfaat kesehatan yang signifikan. Olahraga ini dapat membantu membakar kalori, meningkatkan kebugaran kardiovaskular, dan memperbaiki kondisi jantung.
“Tak hanya keluar keringat saja dan bikin badan lebih bugar, main padel ini bisa stabilkan gula darah saya. Jadi, olahraga ini bagus buat penderita diabetes,” tambah Hartono.
Keuntungan lainnya adalah ukuran lapangannya yang relatif kecil, sekitar 20 meter panjang dan 10 meter lebar, membuat pemain tidak merasa terlalu kelelahan, berbeda dengan tenis yang lapangannya lebih luas.
Ukuran lapangan yang lebih kecil ini juga membuat padel lebih aman untuk dimainkan oleh semua kalangan usia.
“Lantai lapangan padel lebih aman karena tidak sekeras lapangan tenis, apalagi sol untuk sepatu khusus padel lebih empuk dan ini lebih aman bagi mereka yang sudah berusia di atas 40 tahun karena biasanya suka bermasalah di persendian,” jelas Hartono.
Namun, meskipun olahraga ini mudah dimainkan, Hartono menekankan pentingnya pemanasan yang baik sebelum bermain.
Salah satu bagian tubuh yang perlu diperhatikan adalah persendian tangan dan siku. Raket yang digunakan dalam padel lebih berat dibandingkan raket tenis.
“Terutama di persendian tangan, siku, hingga bahu karena raket yang digunakan lebih berat dibanding raket tenis,” lanjut Hartono.
Ia menjelaskan bahwa raket padel memiliki berat sekitar 335 hingga 355 gram, yang hampir sama dengan raket yang digunakan oleh atlet tenis profesional seperti Novak Djokovic.
Selain manfaat fisik yang ditawarkan, perkembangan olahraga padel di kota-kota besar juga didorong oleh bertambahnya jumlah lapangan yang tersedia untuk umum.
Di Bandung, salah satunya adalah PadelPlush di Jalan Cihampelas. Pemilik lapangan harus memastikan bahwa selain menguntungkan, lapangan yang disediakan juga harus aman dan berkualitas tinggi.
“Jangan sampai karena sedang booming, pemilik lapangan padel hanya mengejar keuntungan tanpa memikirkan safety dari pemain,” tegas Hartono.
Hartono, yang sebelumnya aktif bermain tenis, kini lebih memilih padel karena olahraga ini dirasa lebih cocok dengan usianya yang sudah 53 tahun.
“Padel ini sudah diakui sebagai olahraga prestasi dan menjadi anggota KONI. Meski saat ini masih menjadi olahraga tren musiman, tapi saya yakin ke depan akan terjadi seleksi alam,” ungkapnya.
Dalam pandangannya, meskipun padel sedang menjadi olahraga yang digemari banyak orang karena tren, pada akhirnya hanya mereka yang serius akan bertahan.
“Mana yang memang benar-benar serius menggeluti olahraga ini, mana yang hanya untuk ikut tren saja,” lanjutnya.
Perkembangan padel ini juga memunculkan potensi munculnya atlet-atlet padel profesional di masa depan.
“Padel ini akan terus berkembang, dan seleksi alam akan memastikan bahwa hanya yang benar-benar berdedikasi yang akan menjadi atlet sejati,” tambah Hartono dengan penuh keyakinan.
Sebagai kesimpulan, olahraga padel di kota-kota besar Indonesia, seperti Jakarta dan Bandung, telah menjadi tren yang tak hanya menawarkan kesenangan dan kebugaran, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup.
Dengan fasilitas lapangan yang semakin banyak tersedia dan semakin mudah diakses oleh berbagai kalangan, olahraga padel diprediksi akan semakin berkembang dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat urban, baik untuk mereka yang hanya ingin mengikuti tren maupun yang serius berkompetisi. (ctr)