Oversharing dan Sharenting: Memahami Batasan Berbagi Informasi di Era Digital

Apa Itu Sharenting

Di era digital seperti pada saat ini, adanya berbagi informasi di media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Namun, tidak semua bentuk berbagi informasi yang bersifat positif. Ada dua istilah yang sering muncul dalam konteks ini, yaitu “oversharing” dan “sharenting.”

Meskipun keduanya melibatkan tindakan berbagi informasi secara berlebihan, terdapat perbedaan mendasar yang harus dipahami agar tidak menimbulkan adanya dampak negatif bagi diri sendiri maupun orang lain.

Pengertian Oversharing

Oversharing adalah tindakan membagikan informasi pribadi secara berlebihan di akun media sosial atau platform digital yang lainnya.

Sharenting

Pentingnya untuk Selalu Memperhatikan Segala Hal yang Akan Diposting pada Media Sosial

Informasi yang dibagikan bisa berupa detail kehidupan pribadi, pengalaman emosional yang mendalam, atau bahkan data sensitif yang seharusnya tetap bersifat privat.

Contoh Oversharing:

Membagikan status atau unggahan yang terlalu mendetail mengenai adanya masalah pribadi, seperti konflik keluarga atau pun sebuah hubungan.

Mengunggah foto atau video yang bersifat sangat pribadi tanpa mempertimbangkan tentang dampaknya terlebih deahulu.

Memberikan informasi lokasi secara real-time yang bisa mengundang risiko tentang keamanan.

Dampak Negatif Oversharing:

  • Kehilangan Privasi

Informasi yang dibagikan secara berlebihan bisa dimanfaatkan oleh berbagai macam pihak yang tidak bertanggung jawab, termasuk pencurian identitas atau kejahatan cyber.

  • Risiko Keamanan

Memberikan informasi secara real-time, seperti lokasi saat ini, adanya hal ini pun dapat meningkatkan risiko kejahatan seperti pencurian atau penguntitan.

  • Dampak Sosial dan Profesional

Unggahan yang terlalu terbuka mengenai perasaan atau konflik pribadi dapat menimbulkan adanya kesan negatif di lingkungan sosial dan juga profesional.

Pengertian Sharenting

Sharenting adalah gabungan dari kata “sharing” dan “parenting,” yang merujuk pada kebiasaan orang tua membagikan foto, video, atau informasi mengenai anak-anak mereka di media sosial.

Fenomena ini pun semakin marak dengan adanya platform digital yang bisa memungkinkan para orang tua untuk mendokumentasikan kehidupan anak mereka sejak dini.

Contoh Sharenting:

  • Mengunggah foto bayi sejak lahir hingga tahap pertumbuhan berikutnya.
  • Membagikan cerita tentang kebiasaan atau pencapaian anak secara berlebihan.
  • Mengunggah video yang menunjukkan anak dalam situasi yang mungkin akan memalukan mereka di masa depan.

Dampak Negatif Sharenting:

Masalah Privasi Anak

Informasi yang telah dibagikan dapat bertahan di internet dalam jangka waktu lama, bahkan ketika anak tumbuh dewasa dan tidak menginginkan jejak digital tersebut.

Risiko Keamanan

Foto atau informasi mengenai anak dapat dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan, seperti penculikan atau eksploitasi anak.

Dampak Psikologis pada Anak

Anak yang tumbuh dengan dokumentasi berlebihan di media sosial mungkin merasa tidak memiliki kendali atas privasi mereka sendiri, yang dapat berdampak pada adanya perkembangan psikologis mereka nantinya.

Perbedaan Utama Antara Oversharing dan Sharenting

Oversharing berfokus pada berbagi informasi pribadi seseorang secara berlebihan, sedangkan sharenting adalah kebiasaan orang tua yang membagikan informasi mengenai anak-anak mereka.

Informasi yang dibagikan dalam oversharing biasanya mencakup detail pribadi yang terlalu terbuka, sementara sharenting melibatkan foto, video, atau cerita tentang anak.

Dari segi risiko, oversharing dapat menyebabkan kehilangan privasi dan masalah sosial, sedangkan sharenting lebih berisiko terhadap keamanan anak, privasi mereka, serta jejak digital yang bisa bertahan dalam jangka panjang.

Dalam jangka panjang, oversharing dapat mempengaruhi karier dan hubungan sosial seseorang, sementara sharenting berpotensi memengaruhi perkembangan psikologis anak dan bagaimana mereka melihat privasi mereka sendiri di masa depan.

Cara Menghindari Oversharing dan Sharenting Berlebihan

  • Pikirkan Sebelum Membagikan

Sebelum mengunggah sesuatu di media sosial, tanyakan pada diri sendiri apakah informasi tersebut aman untuk dibagikan dan apakah dapat berdampak buruk di masa depan.

  • Batasi Informasi yang Dibagikan

Hindari membagikan detail yang terlalu pribadi atau sensitif, terutama mengenai anak-anak. Gunakan pengaturan privasi untuk membatasi siapa yang dapat melihat unggahan Anda.

  • Minta Persetujuan Anak

Jika anak sudah cukup besar untuk memahami, tanyakan apakah mereka setuju jika foto atau informasi mereka dibagikan di media sosial.

  • Gunakan Alternatif Berbagi

Jika ingin berbagi perkembangan anak tanpa risiko, pertimbangkan untuk menggunakan platform pribadi atau grup keluarga yang lebih tertutup.

  • Sadari Konsekuensi Jangka Panjang

Informasi yang sudah diunggah ke internet sulit untuk dihapus sepenuhnya. Selalu pertimbangkan konsekuensi jangka panjang sebelum membagikan sesuatu secara publik.

Oversharing dan sharenting pun menjadi dua fenomena yang berkaitan dengan kebiasaan berbagi informasi di media sosial.

Oversharing berfokus pada pembagian informasi pribadi secara berlebihan, sedangkan sharenting berkaitan dengan kebiasaan orang tua membagikan informasi tentang anak-anak mereka.

Dari kedua tindakan ini pun memiliki potensi dampak negatif, baik bagi individu yang bersangkutan maupun bagi anak-anak yang menjadi objek sharenting.

Oleh karena itu, penting untuk selalu menjadi lebih berhati-hati pada saat berbagi informasi di dunia digital agar tetap menjaga privasi dan keamanan semua pihak yang terlibat. (ctr)