Ratusan ribu buruh di Jakarta dan sekitarnya padati Monas untuk peringati May Day 2025
Lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, mulai dipadati ribuan buruh sejak Kamis pagi, 1 Mei 2025. Peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day menjadi momen solidaritas besar bagi para pekerja dari berbagai penjuru negeri.
Sejak pagi, suasana Monas sudah dipenuhi warna-warni bendera dari berbagai organisasi buruh. Beberapa di antaranya terlihat bendera milik Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), SPSI, SBSI ‘92, KSBSI, serta Serikat Pekerja Nasional (SPN) yang berkibar penuh semangat.
Sebelum memasuki area utama, setiap peserta wajib melewati pemeriksaan keamanan. Petugas berjaga di sejumlah titik untuk memeriksa barang bawaan dan memastikan tidak ada benda berbahaya seperti korek api yang dibawa masuk.
Setelah melewati pemeriksaan, terlihat kerumunan massa yang membentuk lautan manusia di sekitar panggung utama Monas. Di tengah kerumunan itu berdiri podium tempat orasi dan sambutan para tokoh penting digelar.
Aksi damai ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional dan pejabat tinggi negara. Menteri Hukum Supratman Andi Agtas, selebritas Raffi Ahmad, hingga Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad turut menyemarakkan peringatan May Day kali ini.
Berdasarkan informasi dari panitia acara, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dijadwalkan akan hadir. Ia direncanakan memberikan pidato di hadapan ribuan buruh dan masyarakat yang berkumpul.
Tak hanya pejabat nasional, tokoh serikat pekerja dari luar negeri juga ikut meramaikan May Day 2025. Perwakilan dari International Trade Union Confederation (ITUC) disebut akan hadir bersama sejumlah menteri dan pimpinan DPR.
Presiden KSPI yang juga menjabat sebagai Ketua Partai Buruh, Said Iqbal, sebelumnya menyatakan bahwa perayaan Hari Buruh tahun ini difokuskan di Monas. Ia menegaskan bahwa 1 Mei menjadi momentum penting bagi buruh untuk menyuarakan aspirasi mereka.
Dalam pernyataannya, Said Iqbal memprediksi lebih dari 200.000 buruh akan hadir bersama keluarga mereka. Ia menyebut May Day sebagai hari penuh semangat untuk memperjuangkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Menurutnya, May Day bukan sekadar seremoni tahunan. Ia menjadi ruang penting bagi kaum buruh untuk mengangkat isu-isu mendesak yang selama ini belum mendapat perhatian serius.
Pada peringatan tahun ini, para buruh membawa enam tuntutan utama. Isu-isu ini dianggap sebagai kebutuhan mendesak demi kesejahteraan kelas pekerja di Indonesia.
Tuntutan pertama adalah penghapusan sistem outsourcing yang dianggap merugikan pekerja. Kedua, pembentukan Satuan Tugas Pemutusan Hubungan Kerja (Satgas PHK) untuk melindungi buruh dari pemecatan sepihak.
Ketiga, para buruh mendesak adanya penetapan upah layak yang sesuai dengan kebutuhan hidup layak. Keempat, mereka meminta pengesahan RUU Ketenagakerjaan baru sebagai bentuk perlindungan hukum yang lebih adil.
Kelima, para buruh menyuarakan dukungan terhadap percepatan pengesahan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT). Dan keenam, mereka menyerukan pemberantasan korupsi melalui pengesahan RUU Perampasan Aset.
Said Iqbal menegaskan bahwa keenam poin ini bukanlah permintaan berlebihan. Sebaliknya, itu adalah gambaran nyata dari kondisi buruh di lapangan yang membutuhkan perubahan sistemik.
“May Day adalah simbol perjuangan kolektif. Enam tuntutan ini lahir dari kebutuhan dan pengalaman nyata para pekerja,” ujar Said dalam keterangannya sehari sebelum acara, Rabu, 30 April 2025.
Aksi May Day tidak hanya berlangsung di Jakarta, namun digelar serentak di berbagai wilayah Indonesia. Ribuan buruh di daerah juga turut turun ke jalan menyuarakan tuntutan yang sama.
Tercatat, lebih dari 1 juta buruh ikut serta dalam aksi nasional ini. Kota-kota besar seperti Surabaya, Semarang, Medan, Palembang, dan Makassar menjadi titik konsentrasi unjuk rasa.
Selain itu, daerah lain seperti Batam, Cirebon, Bekasi, Tangerang, Gresik, Banjarmasin, Pontianak, hingga Balikpapan juga menyelenggarakan aksi peringatan May Day. Semua berlangsung damai dan terorganisir.
Aksi serentak ini menunjukkan bahwa isu perburuhan menjadi perhatian luas di berbagai lapisan masyarakat. May Day menjadi ajang bersatu bagi pekerja formal, informal, hingga buruh harian.
Dengan ribuan spanduk, poster, dan orasi lantang, suasana Monas dan berbagai daerah hari ini terasa penuh semangat perjuangan. Teriakan solidaritas dan harapan untuk keadilan sosial menggema di udara.
Peringatan May Day 2025 menjadi simbol kebangkitan baru bagi gerakan buruh di Indonesia. Mereka tak hanya menyampaikan protes, tapi juga menyuguhkan solusi demi Indonesia yang lebih adil bagi pekerja. (dda)