Menko Airlangga Ungkap Isi Pertemuan Prabowo-Manturov

Menko Airlangga
Hubungan bilateral antara Indonesia dan Rusia kembali menjadi sorotan penting dalam dunia diplomasi setelah kunjungan Wakil Perdana Menteri Pertama Rusia, Denis Manturov, ke Indonesia pada April 2025 lalu.
Kunjungan ini menjadi tonggak awal dari kerja sama yang lebih erat antara dua negara besar yang memiliki kepentingan ekonomi, pertahanan, dan geopolitik yang strategis.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menerima langsung kedatangan Manturov di Istana Merdeka, Jakarta.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang turut hadir, mengungkap sejumlah poin penting hasil pembicaraan keduanya yang membuka peluang besar bagi masa depan kerja sama Indonesia-Rusia.
Diplomasi Ekonomi Jadi Fokus Utama
Menurut Airlangga, salah satu topik utama yang dibahas dalam pertemuan itu adalah percepatan finalisasi Indonesia-Eurasian Economic Union Free Trade Agreement (I-EAEU FTA).
Perjanjian ini akan memperluas akses pasar Indonesia ke lima negara anggota Uni Ekonomi Eurasia: Rusia, Belarus, Kazakhstan, Armenia, dan Kyrgyzstan.
Dalam kerangka perjanjian ini, kedua pihak menargetkan penghapusan berbagai hambatan tarif maupun non-tarif yang selama ini menghambat perdagangan bebas.
“Presiden akan berkunjung ke Rusia pada bulan Juni 2025, dan diharapkan perjanjian perdagangan bebas ini dapat diteken secara resmi di sana,” ujar Airlangga.
Dengan disahkannya I-EAEU FTA, Indonesia akan mendapatkan keuntungan signifikan, terutama dalam sektor ekspor seperti minyak sawit, produk pertanian, perikanan, dan tekstil.
Di sisi lain, Rusia dan negara anggota EAEU dapat memperluas ekspor mereka ke Indonesia dalam bentuk teknologi, produk pertahanan, dan energi.
Dorongan Kerja Sama Investasi dan Teknologi
Isu strategis lain yang juga tak luput dari perhatian adalah potensi investasi dari Rusia ke Indonesia.
Pemerintah Rusia melalui delegasi yang dipimpin Denis Manturov menyampaikan ketertarikan mereka untuk memperluas investasi, terutama di bidang energi, infrastruktur transportasi, dan manufaktur.
Proyek energi terbarukan menjadi salah satu sektor yang disebut memiliki prospek cerah. Rusia, sebagai negara yang memiliki kemampuan teknologi energi nuklir dan pembangkit listrik yang mumpuni, melihat Indonesia sebagai mitra potensial untuk mengembangkan pembangkit listrik bersih dan ramah lingkungan.
Selain itu, Airlangga menyebut bahwa Indonesia juga terbuka terhadap transfer teknologi dari Rusia.
“Teknologi pertahanan, industri berat, dan otomasi menjadi beberapa sektor yang kami bidik agar bisa diadopsi ke dalam ekosistem industri nasional kita,” jelasnya.
Pertahanan dan Keamanan: Pilar Baru Kemitraan
Tak hanya soal perdagangan dan investasi, topik pertahanan juga turut menjadi bagian dari pembahasan yang dilakukan antara Presiden Prabowo dan Wakil PM Denis Manturov.
Sebagai mantan Panglima TNI dan Menteri Pertahanan, Prabowo memiliki perhatian khusus terhadap modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) dan pengembangan industri pertahanan dalam negeri.
Menurut Airlangga, Rusia dan Indonesia sepakat untuk menjajaki lebih jauh kerja sama di bidang pertahanan, termasuk pelatihan militer bersama, pertukaran teknologi militer, serta dukungan terhadap industri pertahanan nasional.
Rusia sendiri dikenal sebagai salah satu pemasok alutsista terbesar di dunia dan memiliki sejarah panjang dalam kerja sama pertahanan dengan Indonesia, seperti pengadaan pesawat Sukhoi dan helikopter tempur.
“Pertemuan ini memperkuat sinyal bahwa kerja sama militer bukan hanya sebatas jual beli alutsista, tapi juga membangun basis teknologi bersama yang bermanfaat bagi kedua negara,” ucap Airlangga.
Persiapan Kunjungan Kenegaraan

Rusia-Indonesia
Kunjungan Denis Manturov ke Jakarta juga menjadi bagian dari persiapan menyambut lawatan kenegaraan Presiden Prabowo ke Moskow yang dijadwalkan pada Juni 2025 mendatang.
Kunjungan tersebut menjadi simbol penting dalam mempererat hubungan bilateral di tengah dinamika global yang penuh tantangan.
Rangkaian perjanjian strategis yang akan diteken mencakup bidang perdagangan bebas, nota kesepahaman pertahanan, kerja sama riset teknologi, hingga pembentukan forum bisnis bilateral.
Kunjungan ini juga menjadi kesempatan untuk mempertemukan para pelaku usaha dari kedua negara dalam format Business Matching yang lebih terstruktur.
Memperkuat Peran Indonesia dalam Kancah Global
Secara keseluruhan, hasil pertemuan ini memperlihatkan komitmen kuat dari kedua belah pihak untuk membangun kemitraan yang berlandaskan saling menghormati dan kepentingan bersama.
Indonesia, di bawah kepemimpinan Prabowo, ingin menegaskan perannya sebagai mitra strategis yang tidak hanya berpihak pada satu kutub kekuatan dunia, tetapi justru memposisikan diri sebagai jembatan diplomasi antara Barat dan Timur.
Di sisi lain, Rusia pun menunjukkan keinginan untuk memperluas pengaruhnya di kawasan Asia Tenggara melalui pendekatan ekonomi dan kerja sama teknologi, tanpa meninggalkan pendekatan strategis yang telah menjadi ciri khas diplomasi mereka.
Melalui pertemuan antara Presiden Prabowo dan Wakil PM Rusia Denis Manturov yang diungkap secara lengkap oleh Menko Airlangga Hartarto, kita bisa melihat arah baru dari hubungan Indonesia-Rusia yang kini mulai menjangkau berbagai aspek penting: ekonomi, pertahanan, teknologi, dan investasi.
Kunjungan lanjutan ke Moskow pada Juni 2025 mendatang akan menjadi panggung bagi Indonesia untuk menunjukkan bahwa diplomasi ekonomi dan politik luar negeri yang aktif dan seimbang bisa menjadi jalan menuju kemajuan nasional.
Dengan landasan yang kuat dan niat yang jelas, kemitraan Indonesia-Rusia berpotensi tumbuh menjadi salah satu hubungan bilateral paling strategis di Asia pada dekade ini. (ctr)