Memed Potensio, Kisah Operator Sound System yang Viral dengan Sound Horeg

Edi sound horeg yang sedang viral

KLIKBERITA24.COM - Nama Memed Potensio kini menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat, terutama setelah fenomena “sound horeg” yang viral di Indonesia.

Pria berusia 29 tahun ini dikenal sebagai penemu sound horeg, dan dijuluki sebagai “Thomas Alva EdiSound” oleh netizen, sebuah julukan yang merujuk pada penemu lampu pijar terkenal, Thomas Alva Edison.

Namun, nama aslinya adalah Ahmad Abdul Aziz, seorang operator sound system yang tergabung dalam kelompok Brewog Audio, asal Kabupaten Blitar.

Memed pun mengungkapkan asal usul namanya dalam sebuah wawancara pada Selasa (29/7). “Dari pertama ikut Brewog dulu sudah dipanggil Memed gitu sama teman-teman. Terus saya tambahin, ‘Memed Potensio’, gitu.

Potensio kan itu fader-nya di mixer untuk mengatur volume,” ujarnya, menjelaskan penamaan dirinya yang kini menjadi viral.

Ahmad abdul aziz

Ahmad Abdul Aziz yang Dijuluki Thomas Alva EdiSound

Mengenai julukan “Thomas Alva EdiSound”, Memed mengungkapkan rasa santainya terhadap fenomena tersebut.

“Tanggapannya ya enggak apa-apa, kan ini bisa untuk hiburan. Tapi saya akui netizen Indonesia itu kreatif-kreatif.

Jadi malah seru, buat hiburan aja gitu. Enggak ditanggapi buat seriuslah, kan semua juga cuma meme aja gitu,” tambahnya, sambil tersenyum.

Selain mendapat perhatian karena sound horeg, Memed juga sempat menjadi sasaran komentar negatif terkait kondisi fisiknya, terutama mata merah dan kantung mata tebal yang sering terlihat pada dirinya.

Mengakui bahwa pekerjaan sebagai operator sound system sering membuatnya begadang, ia menjelaskan, “Iya, kalau acara di sound system kan kita jarang tidur.

Biasanya acara karnaval itu mulainya jam 9 malam, jam 10 malam, gitu. Terus selesainya sampai jam 5 pagi, jam 6 pagi.”

Meskipun ia memiliki kondisi fisik seperti itu, Memed menegaskan bahwa hal tersebut tidak ada kaitannya dengan konsumsi obat-obatan terlarang.

“Setelah acara yang satu selesai, pindah ke tempat yang lain, pindah lagi ke tempat yang lain, gitu. Jadi jam tidurnya berantakan dan saya kan punya ini, keturunannya seperti ini, kantong matanya seperti ini. Jadi tambah kelihatan parah gitu,” ujarnya lebih lanjut.

Sejak pertama kali terjun dalam dunia sound system pada tahun 2007, Memed menjalani profesinya dengan cara otodidak, belajar langsung dari teman-temannya di Brewog Audio.

“Ya alhamdulillahnya teman-teman saya di sini itu enak diajak ngobrol. Jadi enggak ada saya sekolah di elektronik, itu enggak ada,” jelasnya dengan rendah hati.

Mengenai tren “sound horeg”, Memed mengungkapkan bahwa tidak ada filosofi khusus di balik nama tersebut. Menurutnya, masyarakat-lah yang menciptakan istilah “sound horeg” untuk menggambarkan suara keras dengan getaran subwoofer yang mengguncang.

“Itu kalau mereka mendengar suara yang kencang, subwoofer-nya kencang itu, ‘Waduh, ini suaranya mantap, horeg gitu.’ Getar semua, gitu,” katanya dengan antusias.

Dalam setiap penampilannya, Memed selalu melakukan riset terlebih dahulu tentang perangkat apa yang akan dibawa.

“Prosesnya kalau saya biasanya ini, riset. Saya kan semua disediain sama Mas Bre, sama Brewog Audio. Jadi semua yang riset boks, yang riset barang-barang komponen yang dibawa, itu semuanya dari Mas Bre, dari Brewog Audio. Saya tinggal mengolah. Jadi kalau ibarat kata itu saya kokinya. Semua bahannya, masakannya disediain sama Mas Bre,” jelasnya.

Soal genre musik, Memed mengikuti permintaan dari penyewa. “Kalau genre musik sih, saya biasanya ini, Mas, mengikuti penyewa. Biasanya kan penyewa juga request, pengin lagu apa, gitu. Cuma kebanyakan sih kalau di daerah Jawa Timur lagu-lagu remix slow bass, gitu. Remix-remix Jawa Timur sini yang dipakai,” ujarnya.

Meski dikenal luas berkat fenomena sound horeg, Memed mengungkapkan bahwa penghasilannya sebagai operator sound system di Brewog Audio cukup menggiurkan, mencapai sekitar Rp 7 hingga Rp 10 juta per acara.

“Untuk kebutuhan keluarga saya, untuk cicilan-cicilan saya, alhamdulillah selama ini masih cukup. Tergantung acaranya kan. Kalau seperti saya, kan gajinya per acara, gitu. Kalau acaranya banyak, ya gajinya banyak,” katanya.

Memed pun berbicara tentang mimpinya berkolaborasi dengan salah satu legenda musik dangdut, Rhoma Irama.

“Saya kan dulu musisi dangdut. Saya itu pengin kolaborasi sama Bung Haji Rhoma Irama, karena saya ngefans sekali sama beliau. Lagunya ini, lagunya ‘Gala Gala’,” ujarnya dengan penuh semangat.

Meskipun fenomena sound horeg menuai pro dan kontra, Memed berpendapat bahwa hal ini bisa berkembang lebih baik dengan adanya regulasi yang jelas.

Mengenai fatwa haram yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Memed mengungkapkan keinginannya agar ada pengaturan yang lebih terperinci terkait kegiatan sound horeg.

“Kita ditata itu juga mau. Maksudnya, alangkah baiknya itu sound horeg seperti apa gitu. Seperti apa biar tidak menimbulkan fatwa haram, harus gimana, harus mengecilkan volume atau gimana, atau menurunkan jumlah yang di bawah, gitu. Saya malah setuju, malah senang saya. Jadi ada yang mengarahkan saya dan teman-teman,” jelasnya dengan bijak.

Dengan sikap yang bijaksana, Memed berharap fenomena sound horeg tidak hanya dilihat dari sisi negatifnya saja.

“Harapannya sih seperti yang saya sampaikan tadi. Jangan ditiadakan, jangan dibuat nggak boleh, tapi dibina saja kalau bisa. Terus, jangan melihat dari sisi negatifnya saja. Semua hal yang negatif itu pasti ada positifnya,” tutup Memed dengan harapan besar. (ctr)