Makin Banyak Turis Asing ke Bali, Tapi Hotel Kosong? Ini Penyebabnya

Makin Banyak Turis Asing ke Bali, Tapi Hotel Kosong? Ini Penyebabnya
Makin banyak turis asing ke Bali, tapi hotel-hotel justru banyak yang kosong. Fenomena ini bikin bingung banyak pihak, padahal jumlah pengunjung tetap tinggi.
Data dari Bandara Ngurah Rai menunjukkan jumlah turis asing yang datang ke Bali terus meningkat. Bahkan, dalam dua bulan pertama 2025, sudah ada lebih dari 3,6 juta penumpang yang datang. Namun, tingkat hunian hotel malah menurun drastis.
Kenapa bisa begitu? Salah satu penyebab utama adalah perubahan kebiasaan wisatawan. Kini, banyak turis lebih memilih menginap di vila, homestay, atau guest house. Mereka cari tempat yang lebih murah dan suasana yang lebih privat.
Selain itu, vila ilegal alias vila bodong juga jadi masalah besar. Sekitar 30 persen vila di Bali beroperasi tanpa izin resmi. Vila-vila ini tidak membayar pajak hotel sehingga bisa menawarkan harga lebih murah dan menarik banyak wisatawan.
Vila bodong ini banyak ditemukan di daerah Badung, Gianyar, dan Denpasar. Mereka tumbuh cepat seperti jamur saat musim hujan. Hal ini membuat hotel resmi jadi sepi karena turis beralih ke vila ilegal yang lebih murah.
Persaingan ini tentu tidak sehat. Hotel yang sudah bayar pajak dan mengikuti aturan merasa dirugikan. Mereka harus bersaing dengan vila ilegal yang tidak punya beban biaya sama. Ini juga menyebabkan kebocoran pajak bagi pemerintah Bali.

Makin Banyak Turis Asing ke Bali, Tapi Hotel Kosong? Ini Penyebabnya
Kerugian pajak ini berdampak besar bagi pembangunan daerah. Pemerintah kehilangan pendapatan penting dari sektor pariwisata yang seharusnya bisa dipakai untuk memperbaiki fasilitas dan infrastruktur.
Selain itu, harga tiket pesawat yang tinggi juga memengaruhi. Wisatawan domestik jadi lebih memilih liburan singkat dan akomodasi murah. Ini menurunkan pendapatan hotel yang biasanya mengandalkan wisatawan lokal dan internasional.
Dampak dari kondisi ini juga dirasakan oleh pelaku pariwisata lain seperti sopir wisata dan agen perjalanan. Banyak yang mengaku sepi tamu dan bahkan berhenti beroperasi karena kurangnya permintaan.
Fenomena ini menunjukkan bahwa Bali sebenarnya belum mengalami overtourism. Sebaliknya, ada ketidakmerataan wisatawan yang membuat beberapa area ramai, tapi hotel-hotel tetap banyak yang kosong.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan penertiban vila ilegal dan pengawasan ketat terhadap akomodasi yang beroperasi tanpa izin. Pemerintah dan pelaku pariwisata harus bekerja sama agar pariwisata Bali tetap sehat dan berkelanjutan.
Selain itu, edukasi kepada wisatawan agar memilih akomodasi resmi juga penting. Ini demi menjaga kualitas pariwisata dan mendukung ekonomi lokal secara adil.
Kesimpulannya, meskipun jumlah turis asing yang datang ke Bali terus meningkat, hotel-hotel resmi justru mengalami penurunan tingkat hunian yang cukup signifikan.
Hal ini terjadi karena banyak wisatawan kini lebih memilih menginap di vila ilegal atau akomodasi alternatif seperti homestay, guest house, dan kos-kosan yang menawarkan harga lebih murah dan suasana lebih privat.
Vila-vila ilegal ini tumbuh pesat di beberapa wilayah Bali seperti Badung, Gianyar, dan Denpasar, dan sebagian besar tidak memiliki izin resmi serta tidak membayar pajak hotel dan restoran.
Kondisi ini menyebabkan persaingan tidak sehat bagi hotel berizin yang harus mematuhi regulasi dan membayar pajak, sehingga mereka kehilangan banyak tamu dan pendapatan.
Kebocoran pajak akibat vila bodong ini juga berdampak pada pendapatan pemerintah daerah yang seharusnya digunakan untuk pembangunan dan pengembangan infrastruktur pariwisata Bali.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah tegas dari pemerintah dan aparat terkait dalam menertibkan vila ilegal dan memperketat pengawasan akomodasi yang beroperasi tanpa izin.
Edukasi kepada wisatawan agar memilih akomodasi resmi juga penting untuk menjaga kualitas pariwisata dan mendukung ekonomi lokal secara adil. Sinergi antara pemerintah, pelaku industri pariwisata, dan masyarakat sangat dibutuhkan agar Bali tetap menjadi destinasi wisata favorit dunia dengan pengelolaan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Dengan langkah tepat, sektor pariwisata Bali dapat bangkit kembali dan terus menjadi tulang punggung perekonomian daerah. Semua pihak harus bersatu agar Bali tetap menarik, aman, dan memberikan manfaat ekonomi yang merata bagi masyarakat lokal.(amp)