Kuliner Tradisional Jogja di Pasar Ngasem, Surga Jenang hingga Wingko Jadul

Pasar Ngasem Jogja
KLIKBERITA24.COM - Yogyakarta tidak pernah kehilangan pesonanya sebagai destinasi wisata unggulan di Indonesia. Selain dikenal karena kekayaan budaya dan sejarahnya, kota ini juga menjadi surga kuliner tradisional yang menggoda selera.
Salah satu tempat yang menyajikan pengalaman kuliner tempo dulu adalah Pasar Ngasem, yang berlokasi tak jauh dari kompleks Keraton Yogyakarta.
Pasar Ngasem dulunya merupakan pasar unggas yang ramai. Namun kini, kawasan ini telah bertransformasi menjadi pusat kuliner jadul yang menyimpan kenangan dan cita rasa khas dari masa lalu.
Wisatawan yang datang bukan hanya dimanjakan oleh aneka makanan tradisional, tapi juga bisa menikmati atmosfer khas Jogja yang lekat dengan nilai-nilai budaya Jawa.
Waktu terbaik untuk menikmati suasana khas pasar ini adalah antara pukul 07.00 hingga 10.00 WIB. Terutama saat akhir pekan atau musim liburan, keramaian pasar begitu terasa.
Banyak wisatawan yang berbondong-bondong datang untuk menikmati sajian kuliner khas, hingga para penjual pun harus menerapkan sistem nomor antrian agar tetap tertib.
Salah satu sajian yang menjadi primadona di Pasar Ngasem adalah wingko. Kue tradisional yang berbahan dasar kelapa dan tepung ketan ini memiliki tekstur legit dan rasa manis gurih yang khas.
Selain wingko, aneka jenang juga menjadi buruan utama para penikmat kuliner tempo dulu. Jenang adalah sebutan untuk bubur manis khas Jawa yang terbuat dari berbagai bahan lokal, seperti tepung beras, ketan, hingga ubi.
Fajar Suryati, salah satu penjual jenang yang sudah lama berjualan di kawasan ini, mengungkapkan bahwa semua bahan untuk membuat jenang dipilih secara teliti agar menghasilkan rasa yang autentik.
“Kami menggunakan bahan lokal seperti ketan, ubi, dan tepung beras. Variannya juga banyak, ada jenang sumsum, candil, lobe-lobe, jenang ketan hitam, dan tepung ketan,” ujarnya.

Jenang Jadul Jogja
Keberagaman rasa dari berbagai jenis jenang ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Rasa manis yang berpadu dengan gurih santan serta tekstur kenyal dari candil membuat pengunjung tak ragu untuk mencicipi semua jenis yang tersedia.
Lukman, seorang wisatawan asal Jawa Timur, mengaku datang jauh-jauh ke Yogyakarta hanya untuk merasakan langsung kenikmatan kuliner tradisional yang disajikan di Pasar Ngasem.
“Saya memang sengaja ke sini karena ingin mencoba kuliner khas Jogja yang jarang bisa saya temukan di tempat lain,” tuturnya.
Tak hanya Lukman, Titik, wisatawan asal Jakarta, juga terkesan dengan suasana yang ditawarkan oleh kawasan ini.
Menurutnya, menikmati kuliner tradisional sambil meresapi suasana khas pasar tradisional Jogja memberikan pengalaman wisata yang berbeda.
“Bukan cuma makanannya yang enak, tapi juga suasananya bikin kangen. Ada nuansa budaya yang kuat,” ungkapnya.
Selain kuliner, kawasan Pasar Ngasem juga menarik untuk dikunjungi karena berada di lingkungan yang kaya akan nilai sejarah.
Pengunjung dapat menikmati pemandangan bangunan-bangunan kuno yang masih terawat dan menjadi bagian dari peninggalan kerajaan Mataram.
Salah satu spot favorit adalah Pulo Cemeti yang berada tak jauh dari pasar. Pulo Cemeti, yang dikenal juga sebagai Taman Sari, dulunya merupakan bagian dari kompleks istana air yang kini menjadi daya tarik wisata sejarah.
Kombinasi antara wisata kuliner dan wisata budaya inilah yang menjadikan Pasar Ngasem sebagai destinasi yang tidak boleh dilewatkan ketika berkunjung ke Yogyakarta.
Pengalaman menyantap jenang hangat di pagi hari, di tengah deretan pedagang yang ramah, dan suasana khas kota lama menjadikan momen berwisata semakin lengkap dan berkesan.
Pasar Ngasem membuktikan bahwa kelezatan kuliner tradisional dan kekayaan budaya lokal bisa berjalan beriringan untuk memberikan pengalaman wisata yang autentik.
Tempat ini menjadi saksi hidup dari betapa eratnya hubungan masyarakat Yogyakarta dengan warisan kuliner yang terus dijaga hingga kini.
Dengan segala keunikan yang ditawarkannya, tak heran jika Pasar Ngasem semakin dikenal luas, bukan hanya oleh masyarakat lokal, tapi juga wisatawan dari luar kota hingga mancanegara. Sebuah destinasi wisata kuliner yang sederhana namun penuh makna dan nilai historis. (ctr)