
Kronologi lengkap pemecetan Irfan Setiaputra sebagai Dirut Garuda Indonesia
Garuda Indonesia, maskapai penerbangan nasional, sempat berada di ambang kebangkrutan dengan utang mencapai Rp140 triliun. Krisis keuangan ini menjadi tantangan besar yang harus diselesaikan oleh Irfan Setiaputra, yang menjabat sebagai Direktur Utama sejak 2020.
Berkat berbagai langkah strategisnya, Garuda berhasil bangkit dengan merestrukturisasi utangnya. Namun, menjelang Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 2024, kabar mengejutkan datang: Irfan Setiaputra dicopot dari jabatannya.
Keputusan ini menimbulkan tanda tanya besar, mengingat peran krusialnya dalam menyelamatkan Garuda dari krisis finansial. Apa alasan di balik pemecatannya? Bagaimana perjalanan Garuda hingga sampai pada titik ini? Berikut ulasan lengkapnya.
Utang Garuda Indonesia Mencapai Rp140 Triliun
Garuda Indonesia mengalami kesulitan keuangan yang serius dalam beberapa tahun terakhir. Pada kuartal III 2021, total utang perusahaan tercatat mencapai Rp140 triliun. Mayoritas utang tersebut berasal dari biaya sewa pesawat, utang kepada kreditur non-lessor, serta berbagai kewajiban finansial lainnya.
Sebagai maskapai penerbangan nasional, Garuda memiliki tanggung jawab besar untuk tetap beroperasi. Namun, beban keuangan yang terlalu besar membuat perusahaan kesulitan membayar utang dan biaya operasional.
Jika tidak segera diatasi, kondisi ini dapat menyebabkan kebangkrutan. Dalam upaya penyelamatan, Garuda Indonesia melakukan negosiasi ulang dengan lebih dari 800 kreditur. Restrukturisasi utang menjadi satu-satunya solusi agar perusahaan tetap bertahan.
Irfan Setiaputra Ditunjuk Sebagai Direktur Utama

Mantan Dirut Garuda Indonesia Irfan Setiaputra
Pada Januari 2020, Irfan Setiaputra resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia, menggantikan Ari Askhara yang terlibat dalam skandal penyelundupan barang mewah.
Sejak awal kepemimpinannya, Irfan langsung dihadapkan pada berbagai tantangan besar. Beberapa strategi yang diterapkannya untuk menyelamatkan Garuda Indonesia antara lain:
- Negosiasi Ulang dengan Lessor Pesawat: Irfan berusaha mengurangi biaya sewa pesawat dengan bernegosiasi ulang dengan lessor internasional. Hal ini penting untuk menekan pengeluaran maskapai.
- Pengurangan Jumlah Pesawat: Untuk mengurangi beban finansial, Irfan memutuskan mengurangi jumlah pesawat yang disewa dan hanya mempertahankan armada yang benar-benar dibutuhkan.
- Efisiensi Operasional: Beberapa rute penerbangan yang kurang menguntungkan dihentikan, dan perusahaan mulai fokus pada rute yang lebih potensial serta efisiensi biaya bahan bakar.
- Fokus pada Bisnis Kargo: Irfan mulai mengembangkan bisnis kargo dan layanan non-penerbangan untuk menambah sumber pendapatan Garuda.
Berkat langkah-langkah tersebut, Garuda Indonesia berhasil mendapatkan persetujuan restrukturisasi utang sebesar $9 miliar pada 2022. Hal ini membantu menstabilkan keuangan perusahaan dan memungkinkan maskapai untuk tetap beroperasi.
Pemecatan Irfan Setiaputra Menjelang RUPS 2024
Meski berhasil menyelamatkan Garuda dari kebangkrutan, Irfan Setiaputra tiba-tiba dicopot dari jabatannya menjelang RUPS 2024. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, terutama karena Garuda mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Beberapa alasan yang beredar terkait pemecatan Irfan antara lain:
- Strategi Transformasi Perusahaan: Pemegang saham ingin mempercepat transformasi Garuda dengan kepemimpinan baru yang lebih segar.
- Perubahan Kebijakan Manajemen: Ada spekulasi bahwa pemecatan Irfan terkait dengan arah baru yang ingin diambil oleh pemegang saham dan pemerintah.
- Dinamika Internal Perusahaan: Beberapa sumber menyebutkan bahwa ada perbedaan pandangan dalam strategi bisnis antara Irfan dan beberapa pemegang saham utama.
Meskipun belum ada penjelasan resmi yang lebih rinci, keputusan ini tetap menjadi perdebatan publik, mengingat peran besar Irfan dalam menyelamatkan maskapai dari krisis finansial.
Pengganti Irfan Setiaputra: Wamildan Tsani Panjaitan
Setelah pemecatan Irfan Setiaputra, Garuda Indonesia menunjuk Wamildan Tsani Panjaitan sebagai Direktur Utama yang baru.
Profil singkat Wamildan Tsani Panjaitan:
- Berpengalaman di industri penerbangan dan pernah menjabat sebagai eksekutif di Lion Air.
- Memiliki latar belakang sebagai pilot militer, sehingga dianggap memahami operasional penerbangan dengan baik.
- Diharapkan dapat membawa stabilitas dan inovasi baru bagi Garuda Indonesia.
Penunjukan Wamildan diharapkan dapat membawa perubahan baru, terutama dalam melanjutkan program restrukturisasi keuangan dan meningkatkan daya saing Garuda di pasar global.
Tantangan yang Harus Dihadapi Garuda Indonesia
Meskipun telah melakukan restrukturisasi, Garuda Indonesia masih memiliki berbagai tantangan yang harus diatasi. Beberapa di antaranya adalah:
- Menjaga Stabilitas Keuangan: Garuda harus memastikan bahwa kesepakatan restrukturisasi utang dapat berjalan lancar dan tidak kembali mengalami krisis keuangan.
- Efisiensi Biaya Operasional: Manajemen baru harus tetap fokus pada pengurangan pengeluaran operasional agar perusahaan tetap sehat secara finansial.
- Meningkatkan Pendapatan dari Bisnis Kargo: Pengembangan bisnis kargo harus terus dilakukan untuk menambah sumber pendapatan selain dari penerbangan komersial.
- Menjaga Kepercayaan Investor dan Konsumen: Dengan adanya pergantian kepemimpinan, Garuda harus membangun kembali kepercayaan investor, kreditur, dan konsumen.
Garuda Indonesia telah menghadapi berbagai tantangan berat dalam beberapa tahun terakhir, terutama terkait utang yang mencapai Rp140 triliun. Irfan Setiaputra, sebagai Direktur Utama sejak 2020, berperan besar dalam menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan melalui berbagai strategi restrukturisasi.
Namun, di tengah keberhasilannya, Irfan justru dicopot menjelang RUPS 2024. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, terutama karena Garuda mulai menunjukkan pemulihan. Kini, di bawah kepemimpinan Wamildan Tsani Panjaitan, maskapai nasional ini harus menghadapi tantangan baru untuk kembali menjadi pemimpin di industri penerbangan. (dda)