Categories: Bisnis & Ekonomi

Kenali Profil Risiko Investasi: Kunci Pemula Raup Cuan Secara Konsisten

KLIKBERITA24.COM - Jumlah investor pasar modal Indonesia terus menunjukkan tren meningkat signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), tercatat ada 1,85 juta investor baru sepanjang 2023. Angka ini melonjak tajam menjadi 2,7 juta pada 2024. Tren positif ini berlanjut hingga awal 2025, di mana sebanyak 1,6 juta investor baru kembali tercatat hingga Mei 2025.

Meski terlihat menjanjikan, para investor—terutama pemula—dihimbau untuk tidak terburu-buru terjun ke dunia investasi tanpa memahami satu hal yang sangat krusial: profil risiko.

Menurut praktisi keuangan Yusuf, investasi tidak bisa dilepaskan dari dua sisi mata uang, yakni peluang meraih keuntungan dan potensi menghadapi risiko. Ia menekankan bahwa jika ada tawaran investasi yang terdengar terlalu indah, misalnya menjanjikan cuan besar tanpa risiko, maka sudah sewajarnya masyarakat patut mencurigainya sebagai investasi bodong.

“Keuntungan dan risiko itu saling berkaitan erat, bahkan bisa dibilang berjalan seiring. Artinya, semakin besar potensi keuntungannya, maka semakin besar pula risikonya. Prinsipnya adalah high risk high return,” jelas Yusuf.

Mengenal Profil Risiko Jadi Langkah Awal Wajib Investor Pemula

Kenali profil risikomu sebelum memilih produk investasi agar terhindar dari kerugian dan penipuan.

Sebelum menentukan akan menanamkan modal di instrumen apa, Yusuf menyarankan masyarakat untuk mengenali terlebih dahulu profil risiko masing-masing. Profil risiko ini akan membantu investor memilih jenis investasi yang sesuai dengan kepribadian, kebutuhan, dan target waktu investasinya.

Yusuf menjelaskan bahwa secara umum, ada empat jenis profil risiko investor:

  1. Sangat Konservatif
    Investor dengan profil ini cenderung sangat berhati-hati dan menghindari risiko tinggi. Mereka lebih cocok berinvestasi di instrumen yang aman seperti pasar uang atau obligasi jangka pendek yang fluktuasinya rendah.
  2. Konservatif
    Karakter investor ini masih berhati-hati, tapi sedikit lebih terbuka terhadap risiko dibanding yang sangat konservatif. Instrumen yang disarankan adalah reksa dana pendapatan tetap, terutama obligasi dengan tenor kurang dari dua tahun.
  3. Moderat
    Investor dengan profil ini berani mengambil risiko yang lebih tinggi demi potensi imbal hasil yang lebih besar. Reksa dana campuran dengan investasi jangka menengah (minimal 2 tahun) bisa menjadi pilihan tepat.
  4. Agresif
    Profil ini cocok untuk mereka yang siap menghadapi fluktuasi nilai investasi tinggi dan tidak keberatan dengan risiko besar. Pilihan terbaik untuk investor agresif adalah reksa dana saham, yang memang berpotensi memberikan return besar dalam jangka panjang.

“Intinya, investor harus paham bahwa pemilihan produk investasi harus sesuai dengan profil risikonya dan jangka waktu yang diinginkan,” tegas Yusuf.

Waspadai Investasi Bodong, Jangan Sampai Terjebak

Di tengah meningkatnya minat masyarakat terhadap dunia investasi, berbagai modus investasi ilegal atau bodong pun bermunculan dengan kedok yang kian beragam. Yusuf mengingatkan agar investor selalu waspada dan tidak mudah tergiur dengan janji manis.

Setidaknya, ada empat ciri khas yang dapat dikenali dari investasi bodong:

  1. Janji Keuntungan Fantastis dalam Waktu Singkat
    Tawaran seperti ini sering kali menjadi indikator utama investasi palsu. Jika terdengar “terlalu bagus untuk jadi kenyataan”, maka perlu dipertanyakan logikanya.
  2. Sistem Rekrutmen Berantai
    Beberapa skema investasi bodong mewajibkan calon investor untuk membawa anggota atau kolega lain agar bisa ikut serta. Ini mirip dengan skema ponzi atau piramida.
  3. Dana Dikelola Sepihak oleh Perusahaan
    Pihak yang menawarkan investasi mengklaim akan mengelola semua dana tanpa transparansi atau pelaporan yang jelas. Ini bisa jadi indikasi pencucian uang.
  4. Tidak Memiliki Izin Resmi dari Otoritas
    Penting bagi calon investor untuk mengecek legalitas perusahaan penyedia layanan investasi. Yusuf menyarankan agar masyarakat aktif mengakses situs resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memastikan status izin suatu entitas.

“Profil risiko harus diselaraskan dengan jangka waktu investasi dan jenis produknya. Jika ada tawaran yang tak sesuai dengan logika keuntungan yang realistis, kita harus curiga—bisa jadi itu investasi bodong,” ujar Yusuf menegaskan.

Sebagai penutup, Yusuf menekankan bahwa menjadi investor bukan sekadar menaruh uang dan menunggu untung. Butuh pemahaman, perencanaan matang, dan tentu saja kehati-hatian. Dengan memahami profil risiko pribadi, investor pemula bisa lebih konsisten dan aman dalam meraih cuan dari dunia investasi.(vip)