Kapolsek Lusiyanto Tolak Setoran Judi Sabung Ayam, Ini Kesaksian Sang Istri

Isu seputar setoran uang dari judi sabung ayam kembali mencuat dan menyita perhatian publik. Peristiwa tragis di Negara Batin, Way Kanan, Lampung, yang merenggut nyawa tiga anggota polisi, termasuk Kapolsek Negara Batin, AKP Anumerta Lusiyanto, menimbulkan banyak spekulasi.
Kini, sang istri, Nia, hadir memberikan kesaksian yang mengejutkan dan memberikan klarifikasi terkait isu yang berkembang liar tersebut.
Latar Belakang Kejadian
Pada Senin, 17 Maret 2025, tragedi terjadi di Negara Batin, Way Kanan, Lampung. Dalam sebuah penggerebekan yang bertujuan memberantas praktik judi sabung ayam ilegal, terjadi baku tembak yang berujung pada penembakan tiga anggota polisi. Salah satu korban adalah AKP Anumerta Lusiyanto, yang dikenal tegas dalam upaya memberantas praktik perjudian di daerahnya.
Dugaan menyebutkan bahwa oknum dari TNI, yang kini dikenal dengan nama Peltu Lubis, terlibat dalam insiden tersebut. Kejadian ini memicu perdebatan di kalangan masyarakat, karena isu setoran uang yang menjadi pemicu dugaan adanya hubungan antara uang suap dan tindak penembakan.
Isu Setoran Uang Judi Sabung Ayam
Seiring dengan penyebaran informasi, muncul kabar bahwa sang Kapolsek pernah menerima tawaran setoran uang sebesar Rp1 juta dalam bentuk amplop dari seorang oknum TNI yang diduga terlibat dalam penembakan tersebut. Kabar inilah yang kemudian menyulut kontroversi dan kecurigaan di masyarakat. Menurut pemberitaan, amplop uang tersebut dimaksudkan agar praktik judi sabung ayam bisa berjalan lancar di daerah tersebut. Namun, fakta yang diungkapkan oleh istri dari almarhum, Nia, justru menunjukkan sisi lain dari sosok AKP Anumerta Lusiyanto.
Kesaksian Mengejutkan Sang Istri
Dalam sebuah wawancara yang ditayangkan di Youtube Metro TV pada Sabtu, 22 Maret 2025, Nia secara tegas membantah isu setoran uang judi sabung ayam yang selama ini mencuat. Ia mengungkapkan bahwa suaminya, yang dikenal tegas dan berani, justru selalu berusaha memberantas segala bentuk perjudian di daerahnya. “Banyak yang tidak suka dia pemberantas judi, waktu itu oknum yang menembak itu mau kasih uang ke bapak,” ujar Nia dengan nada tegas dan emosional.
Nia melanjutkan, “Saya lihat sendiri dengan mata saya sendiri, melihat amplopnya dikasih Rp1 juta, tapi bapak gak mau.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa meski sempat ditawari uang tersebut, almarhum memilih untuk menolak demi prinsipnya. Menurut Nia, hal itu bukan hanya soal integritas pribadi, melainkan juga sebagai bukti komitmen beliau dalam menjaga moral dan kejujuran di lingkungan kepolisian.
Penolakan Setoran dan Sikap Tegas Terhadap Judi
Kesaksian Nia menegaskan bahwa penolakan setoran uang tersebut merupakan langkah konsisten dari almarhum dalam memberantas praktik judi sabung ayam. Di tengah berbagai tekanan dan bujukan yang datang dari pihak-pihak tertentu, terutama dari oknum yang diduga berasal dari TNI, AKP Anumerta Lusiyanto tetap teguh pada prinsipnya. Ia menolak setiap bentuk intervensi yang mencoba mengaitkan uang setoran dengan kelancaran praktik judi, sebuah tindakan yang bisa merusak integritas lembaga kepolisian.
Sikap tegas tersebut menjadi simbol perjuangan melawan korupsi dan praktik ilegal. Dalam konteks ini, keberanian almarhum untuk menolak tawaran uang suap sekaligus memberantas perjudian ilegal telah menginspirasi banyak pihak, khususnya rekan-rekan sejawat dan masyarakat yang menginginkan perubahan di lingkungan hukum dan ketertiban. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa integritas dan dedikasi seorang aparat sangat penting dalam menjaga kepercayaan publik.
Dampak Peristiwa Terhadap Masyarakat dan Institusi
Kejadian tragis yang menimpa tiga anggota polisi, termasuk Kapolsek Lusiyanto, memiliki dampak yang mendalam bagi masyarakat dan institusi kepolisian di Lampung. Selain meninggalkan duka yang mendalam, peristiwa ini juga memicu evaluasi internal mengenai sistem pengawasan dan penegakan hukum, terutama terkait praktik perjudian ilegal yang selama ini mencuat di daerah tersebut. Masyarakat pun mulai menuntut agar aparat kepolisian dapat bekerja secara profesional tanpa adanya campur tangan pihak-pihak yang berkepentingan.
Dalam konteks ini, keberanian Nia untuk menyuarakan kebenaran menjadi langkah positif. Kesaksiannya memberikan perspektif baru dan membantah narasi yang beredar bahwa almarhum terlibat dalam praktik setoran uang judi sabung ayam. Dengan begitu, publik mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai integritas dan dedikasi beliau dalam menjalankan tugas sebagai aparat negara.
Reaksi Pihak Berwenang dan Tanggapan Masyarakat
Pihak kepolisian dan institusi terkait masih terus melakukan investigasi mendalam terkait insiden tersebut. Sementara itu, reaksi masyarakat semakin bervariasi. Banyak yang mengapresiasi keberanian sang almarhum dalam menolak segala bentuk uang suap, meskipun harus menghadapi risiko yang sangat besar. Di sisi lain, sejumlah pihak mempertanyakan mekanisme pengawasan internal yang memungkinkan terjadinya intervensi seperti ini.
Media massa dan berbagai kanal informasi juga turut memberikan ruang bagi publik untuk menyuarakan pendapatnya. Kesaksian Nia menjadi salah satu titik terang yang memicu dialog kritis mengenai pentingnya integritas dalam penegakan hukum. Masyarakat mengharapkan agar kejadian serupa tidak terulang lagi dan agar aparat penegak hukum dapat bekerja tanpa tekanan dari kelompok-kelompok yang memiliki agenda tertentu.
Harapan dan Pesan Moral dari Insiden Ini
Tragedi yang menimpa Kapolsek Lusiyanto dan rekan-rekannya seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi seluruh elemen bangsa, terutama dalam upaya pemberantasan praktik ilegal seperti judi sabung ayam. Integritas, keberanian, dan dedikasi tinggi yang ditunjukkan oleh almarhum harus menjadi teladan bagi generasi penerus. Penolakan terhadap setoran uang yang ditawarkan sebagai imbalan atas kelancaran praktik perjudian adalah bukti nyata bahwa moral dan etika harus selalu dijunjung tinggi, meskipun menghadapi tekanan dan bujukan dari berbagai pihak.
Pesan moral yang dapat diambil dari insiden ini adalah pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam setiap lini pemerintahan dan lembaga penegak hukum. Korupsi dan praktik ilegal tidak memiliki tempat dalam sistem pemerintahan yang bersih dan adil. Kesaksian Nia menyampaikan pesan bahwa integritas harus dijaga, meskipun dalam kondisi yang sangat sulit sekalipun.
Kasus setoran uang dari judi sabung ayam di Negara Batin, Way Kanan, Lampung, yang menewaskan tiga anggota polisi, termasuk Kapolsek Lusiyanto, telah membuka mata publik akan pentingnya integritas di lingkungan kepolisian. Kesaksian mengejutkan dari istri almarhum, Nia, yang membantah adanya uang setoran tersebut, memberikan gambaran bahwa suaminya selalu konsisten dalam menolak segala bentuk penyimpangan. Ia menolak amplop uang Rp1 juta yang ditawarkan oleh oknum TNI demi menjaga prinsip kejujuran dan memberantas praktik perjudian ilegal.
Kisah tragis ini bukan hanya menjadi catatan sejarah kelam, tetapi juga sebagai inspirasi dan motivasi bagi seluruh aparat penegak hukum untuk terus menjaga integritas dan profesionalisme. Dengan keberanian dan dedikasi yang ditunjukkan oleh AKP Anumerta Lusiyanto, diharapkan semangat pemberantasan korupsi dan praktik ilegal semakin mengakar kuat di setiap lini pemerintahan. Masyarakat kini menantikan langkah tegas dan transparan dari institusi terkait guna mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.
Dalam semangat mengenang jasa dan pengorbanan beliau, mari kita jadikan kisah ini sebagai pengingat bahwa kebenaran dan kejujuran harus selalu menjadi landasan dalam setiap langkah kehidupan. Integritas adalah kunci untuk membangun negeri yang lebih baik dan memastikan keadilan bagi seluruh rakyat. Semoga pengorbanan para pahlawan yang gugur dapat menginspirasi perubahan positif, dan semangatnya terus hidup dalam setiap upaya membangun masa depan yang lebih cerah bagi bangsa dan negara.