Kalimat Cinta Paling Menyentuh di Film Sore: Istri dari Masa Depan

Film sore 2025

KLIKBERITA24.COM - Film Sore: Istri dari Masa Depan, karya sutradara sekaligus penulis Yandy Laurens, resmi tayang di bioskop sejak 10 Juli 2025.

Film bergenre romantis dan fantasi ini berhasil mencuri perhatian publik berkat ceritanya yang menyentuh hati dan penuh nilai emosional.

Adaptasi dari web series viral tahun 2017, versi layar lebarnya kini hadir dengan narasi yang lebih mendalam.

Cerita berfokus pada Sore, sosok istri dari masa depan yang datang ke masa kini untuk menyelamatkan suaminya, Jonathan, dari nasib tragis akibat gaya hidupnya yang tidak sehat.

Karakter Sore diperankan oleh Sheila Dara Aisha, sementara Dion Wiyoko membawakan peran Jonathan. Chemistry keduanya menghidupkan dinamika kisah cinta lintas waktu yang tidak hanya dramatis, tetapi juga sarat makna.

Film ini menampilkan konsep time loop yang dipadukan dengan dialog-dialog puitis. Alur cerita berputar antara harapan dan kehilangan, menyampaikan pesan bahwa cinta sejati kerap kali hadir dalam bentuk pengorbanan dan penerimaan.

Di sepanjang film, terdapat sejumlah kutipan yang begitu menggugah perasaan, menjadikan penonton larut dalam emosi karakter.

Kutipan cinta film sore

Sheila Dara sebagai Sore tampil memukau dengan dialog penuh makna tentang cinta dan waktu.

Kalimat pertama yang diucapkan Sore saat memperkenalkan dirinya kepada Jonathan, “Hai, aku Sore. Istri kamu dari masa depan,” langsung membangkitkan rasa penasaran. Kutipan itu bukan hanya pembuka cerita, tapi juga penanda dari sebuah kisah cinta antardimensi yang akan bergulir penuh drama dan kehangatan.

Salah satu kalimat penuh makna yang dilontarkan Sore adalah, “Ada tiga hal yang tidak dapat dibatalkan oleh waktu: masa lalu, rasa sakit, dan kematian.”

Kalimat ini mengingatkan bahwa meskipun ia datang dari masa depan, tidak semua takdir bisa diubah.

Cinta yang tidak terpengaruh oleh ruang dan waktu juga digambarkan dalam kutipan, “Jika aku harus menjalani sepuluh ribu kehidupan, aku akan selalu memilihmu.”

Ucapan ini mencerminkan keteguhan hati Sore yang tetap memilih Jonathan meski harus mengulang takdir berkali-kali.

Perumpamaan puitis lain hadir saat Sore mengatakan, “Tahu nggak kenapa senja itu menyenangkan? Kadang dia merah merekah bahagia, kadang dia hitam gelap berduka, tapi langit selalu menerima senja apa adanya.”

Senja dan langit menjadi metafora dari cinta yang menerima apa adanya—baik dalam kebahagiaan maupun kesedihan.

Kalimat lain yang memperkuat tema film ini adalah, “Orang berubah bukan karena rasa takut, tapi karena dicintai.” Dialog ini menyentuh sisi emosional tentang bagaimana cinta yang tulus mampu mengubah seseorang dari dalam.

Namun cinta juga bisa membawa luka. Dalam satu adegan penuh haru, Sore mengatakan, “Harusnya kamu tahu persis rasanya ditinggal … ujung-ujungnya kamu meninggal duluan.”

Kalimat itu adalah luapan rasa kehilangan yang mengiris, memperlihatkan sisi pahit dalam hubungan.

Salah satu adegan juga membawa suasana dingin dan beku, dengan kalimat puitis, “Dalam senyap, beku bumi mengajak mereka datang untuk seolah bisa menghentikan waktu.”

Ungkapan ini menggambarkan kerinduan mendalam dan usaha Sore untuk menghentikan takdir yang menyakitkan.

Tak kalah menyentuh, percakapan antara Sore dan Marco menyuarakan tentang harapan akan perubahan, “Marco, kau percaya manusia akan berubah?” “Tentu saja, hanya saja mereka dapat berubah jika dari dalam.” Kalimat ini mempertegas bahwa perubahan sejati lahir dari kesadaran diri, bukan tekanan luar.

Kutipan-kutipan ini tidak hanya menyampaikan cinta dalam bentuk kata-kata manis, tapi juga merefleksikan makna cinta yang lebih luas.

Film ini mengajarkan bahwa mencintai bukan hanya soal bertahan di masa indah, tetapi juga tentang menerima kekurangan, memeluk duka, dan berjuang menjaga yang dicintai.

Melalui Sore: Istri dari Masa Depan, Yandy Laurens berhasil menyampaikan bahwa cinta sejati tidak selalu datang dengan tawa.

Ada kalanya cinta hadir dalam bentuk air mata dan pengorbanan. Namun justru di situlah kekuatannya: dalam kesediaan untuk tetap bertahan walau terluka, dan dalam harapan untuk perubahan meski harus melewati waktu.

Film ini bukan sekadar kisah cinta biasa. Ia menyajikan refleksi mendalam tentang hidup, pilihan, dan keteguhan hati seorang istri yang mencintai dengan sepenuh jiwa. (vip)