Judika Beberkan Penyebab Absen Diskusi Royalti Musik: Tersinggung Disebut Maling

Judika

Perseteruan seputar hak cipta dan royalti musik di Indonesia kembali mencuat ke permukaan setelah Judika tidak menghadiri forum diskusi yang digagas oleh Ahmad Dhani.

Forum ini sebenarnya digelar untuk membahas isu penting soal transparansi dan keadilan dalam pembagian royalti lagu.

Namun ketidakhadiran Judika justru menjadi sorotan tersendiri, mengingat namanya ikut terseret dalam tudingan penggunaan lagu Dewa 19 tanpa izin.

Dalam pernyataan resminya yang disampaikan di Jakarta pada Senin (14/4/2025), Judika akhirnya buka suara. Ia menjelaskan bahwa alasan utama dirinya absen bukan karena menghindar dari diskusi, melainkan

karena merasa sudah tersinggung sejak awal akibat narasi negatif yang berkembang di ruang publik.

Merasa Tersinggung Atas Tuduhan

“Awalnya karena sudah dianggap sebagai malinglah, nyolonglah. Nah framing kayak gini udah menyakitkan bagi penyanyi,” kata Judika kepada media.

Menurutnya, tuduhan seperti itu sangat merugikan secara pribadi maupun profesional, terlebih jika disampaikan sebelum dialog atau klarifikasi terjadi.

Tetap Dukung Perbaikan Sistem Royalti

Judika

Meski mendukung perbaikan sistem royalti, Judika inginkan dialog yang sehat tanpa saling tuding antar musisi.

Judika sendiri tidak menutup mata terhadap permasalahan royalti yang sedang dihadapi para pencipta lagu di Indonesia.

Ia bahkan menegaskan bahwa dirinya sangat mendukung adanya perbaikan sistem agar lebih transparan dan adil.

Namun, ia merasa pendekatan Ahmad Dhani dalam menyampaikan kritik terlalu keras dan menyudutkan.

“Kita juga sangat pengin semua di industri ini mendapatkan haknya, jadi kita penginnya berembuk bareng-bareng. Tapi kalau mulai dialog dengan saling tuding, itu yang bikin jadi nggak nyaman,” ungkap Judika.

Isu Izin Langsung dari Pencipta Lagu

Ahmad Dhani sebelumnya menuding sejumlah penyanyi, termasuk Judika, menggunakan lagu-lagu milik Dewa 19 tanpa izin langsung dari pencipta lagu.

Ia menyatakan bahwa izin dari publisher atau LMK (Lembaga Manajemen Kolektif) saja tidak cukup, dan menyebut seharusnya izin itu diperoleh langsung dari dirinya sebagai pencipta.

Tudingan itu membuat beberapa penyanyi merasa tidak dihargai, karena mereka merasa sudah membayar royalti melalui jalur resmi yang berlaku.

Judika mengaku selama ini dirinya selalu berusaha memenuhi kewajiban hukum dan etika dalam menggunakan karya cipta milik orang lain.

Penjelasan Soal Undangan Forum

Judika juga menjelaskan lebih lanjut soal ketidakhadirannya dalam forum diskusi yang sempat ramai diperbincangkan.

Ia menyebut bahwa undangan hadir dari panitia acara dikirim pada tanggal 28 Maret 2025, sementara asosiasi tempat ia bernaung, VISI (Vokalis Indonesia Bersatu), baru mengadakan pertemuan internal pada 4 April.

“Kalau kemarin diundang katanya enggak datang, enggak benar juga karena VISI baru ketemu tanggal 4 April kemarin. Kita mau ngobrol dulu supaya suaranya enggak beda-beda,” ujar Judika.

Perlunya Sikap Kolektif dari Musisi

Ia menilai, dalam isu besar seperti royalti musik, penting bagi para vokalis untuk bersikap kolektif dan tidak menyuarakan pendapat secara individual, agar tidak menimbulkan salah paham di kalangan pelaku industri.

Kritik Pada Pola Diskusi yang Kurang Sehat

Lebih jauh, Judika menyayangkan bahwa diskusi soal hak cipta dan royalti yang seharusnya jadi ajang mencari solusi, justru berubah menjadi ajang saling sindir di media sosial dan ruang publik.

Ia menilai, diskusi semacam itu seharusnya dilakukan dalam ruang tertutup atau setidaknya dimulai dengan pendekatan yang lebih personal dan penuh empati.

“Saya enggak masalah diskusi soal hak cipta, itu penting banget. Tapi kalau penyampaiannya seperti itu, kesannya kita kayak penjahat. Padahal enggak semua penyanyi itu asal nyanyi tanpa bayar royalti,” jelasnya.

Harapan untuk Masa Depan Industri Musik

Ia pun berharap, ke depan musisi Indonesia bisa lebih bersatu dan mencari solusi bersama tanpa saling menyalahkan.

Sebab, menurut Judika, industri musik akan sulit maju jika pelakunya justru terlibat konflik internal yang berkepanjangan.

“Ini bukan tentang saya atau Dhani saja. Ini soal masa depan industri musik Indonesia. Kalau caranya saling menjatuhkan, ya kapan bisa maju?” tegas Judika.

Dukungan untuk Reformasi Sistem Royalti

Pernyataan Judika ini menjadi bagian dari rangkaian reaksi publik atas pernyataan-pernyataan Ahmad Dhani sebelumnya.

Bahkan, tak sedikit musisi senior dan pengamat musik yang mulai menyuarakan pentingnya reformasi sistem royalti agar hak-hak pencipta lagu dan performer bisa lebih terlindungi.

Beberapa di antaranya mendorong lahirnya lembaga independen atau platform digital yang bisa memverifikasi dan mendistribusikan royalti secara otomatis dan transparan.

Dengan begitu, para penyanyi dan pencipta lagu tidak harus saling menuding dalam proses mendapatkan haknya.

“Saya berharap dengan kejadian ini, kita bisa sama-sama belajar. Saya pribadi akan terus terbuka untuk berdiskusi dan mencari solusi, tapi harus dengan cara yang sehat dan adil,” pungkas Judika.

Ajak Publik untuk Tak Mudah Menghakimi

Isu royalti dan hak cipta memang bukan hal baru dalam industri musik, namun dengan semakin pesatnya perkembangan media digital, urgensi pembaruan sistem semakin tinggi.

Kolaborasi antara penyanyi, pencipta lagu, label, publisher, hingga pemerintah menjadi kunci agar ke depannya tidak ada lagi pihak yang merasa dirugikan.

Untuk saat ini, Judika memilih untuk tetap fokus pada karier musiknya dan mendorong dialog yang lebih konstruktif.

Ia juga mengajak publik untuk tidak terburu-buru menghakimi musisi sebelum mendengar seluruh sisi cerita.

“Yuk kita perbaiki sama-sama, tapi jangan dengan cara saling serang. Musisi itu satu keluarga besar. Kalau satu sama lain saling mencurigai, yang rugi kita semua,” tutupnya.(vip)