Investor Global Beralih dari Obligasi AS ke Emas, Bos BI Ungkap Penyebabnya

Bos bi ungkap penyebab peralihan investor global dari obligasi as ke emas

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa dalam kondisi ketidakstabilan geopolitik dan ekonomi global saat ini, terjadi pergeseran investasi dari portofolio saham ke emas. Perry menjelaskan bahwa arus modal yang sebelumnya terfokus ke Amerika Serikat (AS) kini mulai bergerak ke aset lain seperti komoditas emas dan obligasi di negara maju maupun berkembang.

Fenomena ini terjadi karena defisit fiskal AS yang semula diperkirakan mencapai 7,7% pada tahun ini ternyata lebih rendah, yaitu sekitar 6,4%. Dengan defisit yang lebih kecil dari prediksi, kebutuhan penerbitan obligasi pemerintah AS atau US Treasury (UST) juga menurun dibandingkan perkiraan awal.

Menurut Perry, sebelumnya hampir semua portofolio investasi global, baik saham, obligasi, maupun sekuritas lainnya, terpusat di AS. Namun, perkembangan ekonomi terkini menunjukkan bahwa mulai terjadi pergeseran investasi, terutama ke emas yang dinilai sebagai aset safe haven.

Dalam beberapa bulan terakhir, para investor global terlihat lebih berhati-hati dalam menempatkan dananya. Kondisi ketidakpastian yang terus meningkat membuat emas menjadi pilihan utama sebagai instrumen investasi yang lebih aman dibandingkan saham atau obligasi.

Pergeseran Investasi Belum Sepenuhnya ke Emerging Market

Meskipun modal mulai meninggalkan AS, Perry menyatakan bahwa aliran investasi ini belum sepenuhnya mengarah ke negara-negara emerging market. Sejak awal pemerintahan Donald Trump, Bank Indonesia telah mewaspadai pergeseran modal asing yang keluar dari pasar keuangan Indonesia karena investor berbondong-bondong beralih ke aset yang lebih aman di AS.

Sejak saat itu, investor global cenderung lebih memilih menanamkan dananya pada instrumen yang dinilai lebih stabil dan memiliki risiko rendah. Situasi ini masih berlanjut hingga sekarang, di mana meskipun modal mulai keluar dari AS, aliran dana lebih banyak mengarah ke negara maju lainnya dibandingkan ke pasar negara berkembang.

Dalam sektor pasar saham, Perry menyebutkan bahwa AS mengalami penurunan harga saham yang cukup signifikan. Tak hanya di AS, pelemahan pasar saham juga terjadi di berbagai negara regional, yang menyebabkan investor global mengalihkan dana mereka ke aset yang dianggap lebih stabil.

Pergeseran investasi global dari obligasi as ke emas

Pergeseran Investasi Global dari Obligasi AS ke Emas

Pasar saham di Indonesia pun turut terkena dampak dari fenomena global ini. Pada Selasa (18/3/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kontraksi tajam dan anjlok lebih dari 6% akibat aksi jual besar-besaran oleh investor.

Pelemahan IHSG ini menunjukkan bahwa investor global masih memiliki kehati-hatian tinggi terhadap pasar negara berkembang. Kondisi ini menuntut Indonesia untuk menjaga stabilitas ekonominya agar tetap menjadi destinasi investasi yang menarik bagi investor asing.

Instrumen Keuangan Indonesia Tetap Menarik

Meskipun dinamika pasar global terus berubah, Perry tetap optimis bahwa instrumen keuangan Indonesia tetap memiliki daya tarik bagi investor asing. Ia menegaskan bahwa instrumen seperti Surat Berharga Negara (SBN), saham, dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) masih memiliki potensi besar dalam menarik aliran modal.

Optimisme ini didasarkan pada fundamental ekonomi Indonesia yang tetap kuat serta pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibandingkan banyak negara lain. Dengan stabilitas makroekonomi yang terjaga, Perry yakin bahwa investor akan tetap melihat Indonesia sebagai destinasi investasi yang menjanjikan.

Perry juga menyoroti pentingnya kebijakan ekonomi yang adaptif agar Indonesia dapat bersaing dengan negara lain dalam menarik investasi. Kepercayaan investor terhadap kebijakan moneter dan fiskal yang stabil menjadi faktor utama dalam mempertahankan arus modal yang masuk ke dalam negeri.

Selain itu, dengan kondisi makroekonomi yang relatif stabil dibandingkan negara lain, instrumen investasi Indonesia masih memiliki potensi untuk terus tumbuh. Pemerintah dan Bank Indonesia terus berupaya menciptakan lingkungan investasi yang kondusif agar modal asing tetap mengalir masuk.

Strategi Menghadapi Pergeseran Investasi Global

Untuk menghadapi pergeseran investasi global, Bank Indonesia terus memantau pergerakan arus modal dan menyesuaikan kebijakan moneter agar sesuai dengan kondisi ekonomi terkini. Perry menegaskan bahwa stabilitas nilai tukar rupiah serta suku bunga yang kompetitif menjadi faktor kunci dalam menjaga daya tarik investasi di Indonesia.

Selain itu, Bank Indonesia juga berupaya memperkuat cadangan devisa guna mengantisipasi ketidakpastian global yang semakin meningkat. Dengan cadangan devisa yang memadai, Indonesia memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap potensi tekanan eksternal yang bisa terjadi kapan saja.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah juga semakin gencar mendorong investasi di sektor riil agar ekonomi tidak terlalu bergantung pada modal asing di sektor keuangan. Diversifikasi sektor ekonomi menjadi strategi penting dalam menjaga ketahanan ekonomi nasional di tengah dinamika global yang semakin kompleks.

Dengan kebijakan yang tepat, diharapkan Indonesia dapat tetap menarik bagi investor meskipun terjadi pergeseran investasi global. Bank Indonesia bersama pemerintah akan terus memastikan bahwa kebijakan ekonomi yang diterapkan mampu menjaga stabilitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Dampak Pergeseran Investasi bagi Indonesia

Pergeseran investasi global yang saat ini terjadi memiliki dampak langsung terhadap pasar keuangan Indonesia. Salah satu dampak utama adalah meningkatnya volatilitas di pasar saham dan obligasi, yang bisa mempengaruhi sentimen investor terhadap aset Indonesia.

Selain itu, arus modal yang berpindah ke emas dan obligasi negara maju bisa mengurangi likuiditas di pasar keuangan domestik. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka sektor perbankan dan investasi di Indonesia perlu lebih berhati-hati dalam mengelola modal dan likuiditasnya.

Namun, di sisi lain, fenomena ini juga membuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saing ekonominya. Jika Indonesia mampu menunjukkan stabilitas ekonomi yang kuat, maka investor akan kembali mempertimbangkan untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Pemerintah dan Bank Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga iklim investasi yang sehat agar modal asing tetap tertarik masuk ke dalam negeri. Dengan kebijakan ekonomi yang stabil, Indonesia bisa tetap menjadi salah satu tujuan utama investasi di kawasan Asia Tenggara.

 

Pergeseran investasi dari AS ke emas dan obligasi negara maju menjadi fenomena penting dalam perekonomian global saat ini. Faktor utama yang mempengaruhi adalah defisit fiskal AS yang lebih rendah dari perkiraan, sehingga mengurangi kebutuhan penerbitan obligasi.

Meskipun investasi mulai meninggalkan AS, modal asing belum sepenuhnya mengalir ke negara-negara emerging market, termasuk Indonesia. Penurunan harga saham di AS dan berbagai negara lainnya turut berdampak pada pasar saham Indonesia, yang mengalami kontraksi lebih dari 6%.

Namun, instrumen keuangan Indonesia masih memiliki daya tarik bagi investor asing berkat fundamental ekonomi yang kuat dan pertumbuhan ekonomi yang stabil. Dengan kebijakan yang tepat, Indonesia tetap memiliki peluang untuk menarik lebih banyak investasi di masa mendatang.

Bank Indonesia dan pemerintah terus berupaya menjaga stabilitas ekonomi agar dapat bersaing dengan negara lain dalam menarik arus modal. Dengan strategi yang tepat, Indonesia bisa tetap menjadi tujuan investasi utama di tengah dinamika ekonomi global yang terus berubah. (dda)