IHSG Rontok! Istana Ungkap Biang Kerok Merosotnya Bursa Saham Indonesia

Ihsg anjlok hingga 6%! istana ungkap penyebab merosotnya bursa saham indonesia dan menepis isu ketidakpercayaan investor terhadap pemerintah.

.Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beberapa waktu terakhir menjadi sorotan utama di pasar finansial Indonesia.

Pasalnya, IHSG mengalami penurunan yang cukup tajam, bahkan sempat rontok hingga 6% dalam beberapa waktu lalu.

Penurunan ini cukup signifikan hingga menyebabkan penghentian sementara perdagangan saham di bursa efek Indonesia.

Fenomena ini memunculkan berbagai spekulasi mengenai penyebab merosotnya IHSG, dan sejumlah pihak mengaitkannya dengan rendahnya kepercayaan terhadap pemerintah.

Namun, Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO) melalui juru bicara Dedek “Uki” Prayudi, memberikan penjelasan yang membantah anggapan tersebut.

Menurut Uki, meskipun benar bahwa arus modal asing keluar dari Indonesia, hal itu bukanlah akibat dari ketidakpercayaan terhadap pemerintahan Prabowo Subianto.

Melainkan, penurunan IHSG lebih dipengaruhi oleh faktor global yang mempengaruhi pasar modal di seluruh dunia.

Arus Modal Keluar dan Dampaknya terhadap IHSG

Uki menjelaskan bahwa tren pasar saham global sedang mengalami penurunan, yang menyebabkan banyak investor memilih untuk mengalihkan investasinya dari instrumen saham ke aset.

Arus modal yang keluar secara besar-besaran ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di berbagai negara lainnya.

“Sebenarnya, investor itu sedang melepas kepemilikan saham di seluruh dunia untuk membeli aset yang lebih aman. Salah satu contoh yang paling jelas adalah kenaikan harga emas” jelas Uki.

Penurunan Bursa Global Juga Berdampak pada IHSG

Fenomena penurunan pasar saham ini tidak hanya terlihat di Indonesia. Beberapa bursa saham besar dunia, seperti Wall Street di Amerika Serikat, juga mengalami penurunan yang cukup tajam.

Indeks saham S&P 500, misalnya, tercatat mengalami penurunan hingga 10% dalam waktu sebulan terakhir.

“Indeks S&P 500 di Wall Street, misalnya, dalam satu bulan turun hingga 10%. Hal ini mempengaruhi pasar global, termasuk bursa saham Indonesia, sehingga IHSG juga ikut terkoreksi,” tambah Uki.

Surat Utang Negara (SUN) Jadi Pilihan Investasi Menjanjikan

Meski ihsg mengalami penurunan, uki menegaskan bahwa iklim investasi di indonesia masih terjaga dengan baik

Meski IHSG mengalami penurunan, Uki menegaskan bahwa iklim investasi di Indonesia masih terjaga dengan baik

Meski IHSG mengalami penurunan, Uki menegaskan bahwa iklim investasi di Indonesia masih terjaga dengan baik.

Salah satu indikasi positif adalah tingginya minat terhadap Surat Utang Negara (SUN) yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia.

SUN yang diterbitkan pemerintah, menurut Uki, laku keras dan mampu menghimpun dana hingga Rp 28 triliun, dengan 23% di antaranya dibeli oleh institusi asing.

“Surat utang negara (SUN) itu sangat laku keras. Dana yang terkumpul mencapai Rp 28 triliun, dan 23% di antaranya berasal dari investor asing.” ujar Uki.

Minat tinggi terhadap SUN ini menunjukkan bahwa meskipun pasar saham mengalami tekanan, investor masih melihat Indonesia sebagai pasar yang menarik untuk investasi jangka panjang.

Surat utang negara menjadi pilihan yang lebih aman bagi investor dalam kondisi pasar yang tidak menentu ini.

Kepercayaan Pasar Terhadap Pemerintah Indonesia

Uki juga menegaskan bahwa penurunan IHSG tidak dapat disimpulkan sebagai bentuk hilangnya kepercayaan pasar terhadap pemerintah Indonesia.

Justru, keberhasilan pemerintah dalam menarik minat investor untuk membeli SUN merupakan bukti nyata bahwa iklim investasi di Indonesia masih cukup stabil dan dipercaya oleh pasar.

“Kepercayaan pasar terhadap pemerintah Indonesia tetap terjaga. Faktanya, kita melihat bahwa penerimaan pajak bruto mengalami kenaikan 6,6%, dan defisit anggaran tetap terjaga di angka 2,5% dari PDB,” tambah Uki.

Pemerintah Indonesia terus berupaya menjaga stabilitas ekonomi dengan kebijakan-kebijakan yang mendukung investasi dan pertumbuhan ekonomi, meskipun dalam kondisi ketidakpastian ekonomi global yang cukup besar.

Indikator Ekonomi Positif di Tengah Ketidakpastian Global

Selain tingginya minat terhadap surat utang negara, beberapa indikator ekonomi lainnya juga menunjukkan perkembangan positif.

Di antaranya adalah kenaikan penerimaan pajak yang tercatat mencapai 6,6% dan defisit anggaran yang masih terjaga pada level 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

“Walaupun IHSG mengalami penurunan, kita tidak bisa melihatnya secara sepihak. Indikator ekonomi Indonesia tetap positif. Pemerintah juga terus bekerja keras untuk menjaga iklim investasi agar tetap terjaga,” tegas Uki.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pasar saham mengalami penurunan, sektor-sektor ekonomi lainnya tetap menunjukkan tren positif, yang menjadi bukti bahwa kondisi ekonomi Indonesia masih stabil.

Menurut Kantor Komunikasi Kepresidenan, faktor yang menyebabkan hal ini lebih kepada tren global di pasar saham dan bukan karena ketidakpercayaan terhadap pemerintah Indonesia.

Arus modal keluar yang terjadi di pasar saham global, yang mengalihkan dana ke instrumen yang lebih aman seperti emas, turut mempengaruhi bursa saham Indonesia.

Namun, pemerintah Indonesia tetap menunjukkan kemajuan dalam menjaga iklim investasi yang stabil, tercermin dari tingginya minat investor terhadap Surat Utang Negara.

Meskipun IHSG mengalami penurunan, pasar Indonesia tetap menunjukkan daya tarik bagi para investor.

Pemerintah terus bekerja keras untuk memastikan bahwa Indonesia tetap menjadi pasar yang stabil dan menarik bagi investasi.

Oleh karena itu, meskipun ada tantangan di pasar saham, tidak ada alasan untuk meragukan potensi ekonomi Indonesia yang terus berkembang. (WAN)