IHSG Anjlok, Sandiaga Uno Soroti Faktor Lunturnya Kepercayaan Pasar
Belakangan ini, para pelaku pasar saham di Indonesia dibuat terkejut dengan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara signifikan.
Penurunan drastis ini bahkan memicu diterapkannya trading halt oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah IHSG tercatat turun lebih dari 5% dalam satu hari perdagangan.
Fenomena ini tidak hanya membuat investor panik, tetapi juga menimbulkan berbagai pertanyaan di kalangan masyarakat.
Apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa ada kebijakan trading halt? Dan apa dampaknya bagi para investor?
Mari kita kupas tuntas fakta di balik trading halt yang wajib kamu ketahui.
Apa Itu Trading Halt
Secara sederhana, trading halt adalah penghentian sementara aktivitas perdagangan saham atau instrumen keuangan lainnya di bursa efek.
Biasanya, trading halt dilakukan ketika terjadi kondisi tertentu yang menyebabkan pasar menjadi tidak stabil, seperti penurunan IHSG yang sangat tajam dalam waktu singkat.
Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan waktu bagi para investor dan pelaku pasar untuk mencerna situasi dengan lebih tenang.
Dengan adanya jeda waktu, diharapkan aksi jual massal yang didorong oleh kepanikan bisa ditekan, sehingga volatilitas pasar dapat dikendalikan dan transaksi tetap berlangsung secara adil, teratur, serta efisien.
Penerapan trading halt di Bursa Efek Indonesia mengacu pada ketentuan yang tertuang dalam Surat Perintah Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 2A OJK Nomor S-274/PM.21/2020 yang dikeluarkan pada 10 Maret 2020.
Berikut adalah aturan mainnya:
Jadi, trading halt dan trading suspend sama-sama merupakan bentuk penghentian sementara aktivitas perdagangan. Namun, keduanya memiliki dampak yang berbeda, baik bagi bursa maupun investor.
Meskipun sekilas terlihat mirip, trading halt dan trading suspend memiliki perbedaan mendasar:
Saat trading halt diberlakukan, semua pesanan (open order) yang belum dieksekusi tetap berada di dalam sistem perdagangan.
Anggota bursa atau investor masih memiliki opsi untuk menarik atau mengubah pesanan tersebut ketika perdagangan dibuka kembali.
Sebaliknya, ketika trading suspend diterapkan, semua pesanan yang belum terlaksana akan otomatis dibatalkan. Investor tidak bisa lagi memodifikasi atau menarik pesanan yang sudah dimasukkan sebelumnya.
Singkatnya, trading halt memberikan jeda waktu yang relatif singkat untuk meredakan gejolak pasar, sementara trading suspend bersifat lebih ketat karena menghapus semua pesanan yang ada, dan durasinya lebih lama.
Ada beberapa alasan mengapa penerapan trading halt sangat penting dalam kondisi pasar yang ekstrem:
Ketika IHSG anjlok drastis, sentimen negatif bisa dengan cepat menyebar di kalangan investor, terutama investor ritel.
Tanpa adanya trading halt, banyak investor bisa terbawa arus kepanikan dan melakukan aksi jual besar-besaran, yang justru memperburuk situasi.
Trading halt memberikan waktu sejenak agar para pelaku pasar bisa menenangkan diri dan berpikir rasional.
Di tengah gejolak pasar, sering kali muncul berbagai informasi atau rumor yang belum tentu akurat.
Trading halt memungkinkan investor untuk mengevaluasi informasi yang beredar, mengkaji fundamental saham, dan membuat keputusan investasi yang lebih bijak.
Ketidakstabilan pasar yang ekstrem bisa berdampak pada sektor keuangan secara keseluruhan.
Dengan menghentikan perdagangan sementara, BEI dan OJK berusaha mencegah risiko sistemik yang bisa mempengaruhi kepercayaan publik terhadap pasar modal Indonesia.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan IHSG anjlok hingga memicu trading halt:
Faktor eksternal seperti kenaikan suku bunga The Fed, ketidakpastian geopolitik, krisis ekonomi global, atau pelemahan ekonomi negara-negara besar dapat memicu aksi jual di pasar saham Indonesia.
Data makroekonomi Indonesia seperti inflasi tinggi, pelemahan rupiah, defisit neraca perdagangan, atau penurunan pertumbuhan ekonomi juga bisa menekan IHSG.
Ketika IHSG sudah mengalami kenaikan signifikan dalam jangka waktu tertentu, sebagian investor besar bisa mengambil keuntungan (profit taking) secara bersamaan, menyebabkan harga saham turun tajam.
Sentimen negatif yang menyebar dengan cepat melalui media sosial, berita, atau rumor yang tidak terverifikasi bisa menyebabkan kepanikan di kalangan investor ritel.
Sebagai investor, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan saat menghadapi kondisi trading halt:
Trading halt memang bisa membuat suasana pasar tegang. Namun, hindari mengambil keputusan impulsif. Gunakan waktu jeda untuk menganalisis kondisi fundamental emiten yang kamu miliki.
Tinjau kembali portofolio investasimu. Apakah saham yang kamu pegang memiliki prospek jangka panjang yang baik? Jika iya, jangan mudah tergoda untuk menjual karena panik.
Pastikan kamu memperoleh informasi dari sumber terpercaya untuk mengetahui apa yang menyebabkan IHSG turun drastis. Jangan mudah percaya pada rumor yang belum jelas kebenarannya.
Jika kamu merasa bingung, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan perencana keuangan atau analis pasar yang berpengalaman.
Trading halt adalah salah satu mekanisme penting yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia untuk menjaga stabilitas pasar ketika terjadi gejolak ekstrem.
Meski sempat membuat investor khawatir, kebijakan ini sebenarnya bertujuan melindungi semua pihak dari dampak negatif aksi jual panik.
Sebagai investor cerdas, penting untuk tetap tenang, berpikir rasional, dan terus memperbarui informasi agar bisa mengambil keputusan terbaik di tengah kondisi pasar yang fluktuatif.
Jadi, jangan panik saat IHSG ambruk, ya! Tetap cermati pergerakan pasar dengan bijak(taa)