Categories: Kesehatan

Ibu Menyusui dan Diet Intermittent, Bolehkah?

KLIKBERITA24.COM - Menyusui si kecil menuntut bunda mengonsumsi lebih banyak asupan gizi dan kalori untuk mendukung produksi ASI serta menjaga kualitasnya.

Namun banyak bunda yang ingin segera menurunkan berat badan setelah melahirkan atau saat masih menyusui.

Salah satu metode yang mulai diperbincangkan adalah intermittent fasting. Lantas, bolehkah diet ini diterapkan oleh ibu menyusui?

Diet intermittent adalah pola makan populer yang melibatkan puasa selama 16 jam dalam sehari. Metode ini sukses dijalani oleh banyak selebriti seperti Nagita Slavina, Beyoncé, hingga Bae Suzy, yang berhasil menurunkan berat badan dengan cepat.

Meski demikian, diet ini tidak cocok untuk semua orang, termasuk ibu hamil dan menyusui pada tahap awal.

Waktu puasa yang cukup panjang tersebut membuat diet intermittent tidak dianjurkan bagi ibu hamil atau menyusui di masa awal.

Sebab, kekurangan asupan nutrisi bisa berdampak buruk pada produksi serta kualitas ASI. Energi tubuh yang terbatas akibat puasa memperbesar risiko penurunan volume ASI, yang tentunya sangat penting bagi bayi.

“Biasanya bagi perempuan yang sedang menyusui, saya tidak menyarankan puasa intermittent,”
kata ahli diet bersertifikat, Julia Zumpano, RD.

Meskipun begitu, bukan berarti diet ibu menyusui tidak bisa mencoba intermittent fasting sama sekali. Julia menjelaskan bahwa diet ini lebih aman jika dijalani di fase akhir menyusui, ketika ASI bukan lagi sumber nutrisi utama bagi bayi.

“Namun, di tahap-tahap akhir menyusui, misalnya jika menyusui pada pagi dan malam hari dan ASI bukan lagi sumber utama nutrisi bayi, Anda mungkin dapat memasukkan beberapa puasa ke dalam jadwal,”
tambah Julia.

Di masa tersebut, tubuh sudah kembali ke kondisi mendekati sebelum hamil, dan kebutuhan energi serta kalori tidak seintensif masa laktasi penuh.

Bagaimana Melakukan Diet If yang Aman?

Jika ingin mencoba, bunda tetap harus menjaga pola makan dan hidrasi dengan cermat. Pastikan asupan gizi tetap terpenuhi, agar tidak mengganggu produksi ASI maupun kesehatan ibu.

Sebagai alternatif aman, olahraga ringan menjadi cara efektif dan lebih direkomendasikan untuk diet ibu menyusui. Tidak hanya membantu menurunkan berat badan, olahraga juga terbukti meningkatkan produksi ASI.

Sebelum mengetahui bentuk latihan yang tepat, penting untuk memahami manfaat global olahraga saat menyusui seperti yang dirangkum dari What to Expect.

Melakukan olahraga memang menyediakan cadangan energi yang sangat berguna, penuh tuntutan fisik menyusui.

Gerakan ringan ini juga efektif meningkatkan mood, mengurangi stres, dan bahkan menekan risiko depresi postpartum. Kondisi psikologis yang stabil ini ternyata juga turut mendorong produksi ASI menjadi lebih lancar.

Yoga adalah pilihan olahraga aman pasca melahirkan. Bunda bisa mempraktikkannya di rumah melalui video tutorial, atau mengikuti kelas khusus yoga ibu menyusui di pusat kebugaran atau studio lokal.

Gerakan lembut dan peregangan akan membantu menormalkan otot tubuh dan menjaga fleksibilitas setelah masa kehamilan.

Berenang juga menjadi pilihan tepat untuk bunda yang ingin membakar kalori tanpa memberi tekanan berlebih pada persendian.

Aktivitas ini ideal bagi yang menjalani persalinan caesar, selama telah dipastikan jahitan sudah pulih. Berenang merangsang penggunaan banyak otot secara ringan, sekaligus menyegarkan tubuh.

Senam aerobik ringan juga cocok untuk ibu menyusui. Dengan melakukan olahraga selama total sekitar 150 menit per minggu dibagi beberapa sesi Bunda dapat mulai membakar kalori secara stabil.

Yang penting, intensitasnya tetap ringan hingga sedang agar tubuh tidak kewalahan saat menjalani proses laktasi.

Jadi, bagi bunda yang ingin menurunkan berat badan saat menyusui, fokus pada metode olahraga ringan bisa menjadi pilihan aman sekaligus efektif.

Jika ingin mencoba diet anak sehat seperti intermittent fasting, sebaiknya lakukan di masa akhir menyusui dan tetap didampingi oleh dokter atau ahli gizi.

Dengan kombinasi diet ibu menyusui, pola makan seimbang, dan aktivitas fisik teratur, proses pemulihan pasca persalinan sekaligus penurunan berat badan bisa dicapai secara optimal.

Pencegahan kondisi negatif seperti kekurangan nutrisi atau gangguan produksi ASI bisa diminimalkan dengan pendekatan yang holistik, natural, dan penuh perhatian. (ctr)