Hubungan PDIP dan Jokowi Memanas? Puan Sebut Harus Introspeksi

Puan maharani

Hubungan antara PDI Perjuangan dan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) semakin merenggang sejak anak sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, maju sebagai calon wakil presiden dalam pemilihan umum 2024.

Langkah politik ini dianggap sebagai titik balik yang membuat hubungan keduanya memburuk.

Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, pun secara terbuka melontarkan kritik terhadap Jokowi dalam berbagai kesempatan.

Namun, di tengah panasnya hubungan antara Jokowi dan PDIP, Puan Maharani, yang merupakan putri Megawati sekaligus Ketua DPR RI, tampak masih menjaga komunikasi dengan mantan orang nomor satu di Indonesia itu. Ia terlihat beberapa kali menghadiri acara yang juga dihadiri oleh Jokowi.

Menanggapi hubungan yang kini retak antara PDIP dan Jokowi, Puan menilai bahwa setiap pihak harus melakukan introspeksi diri agar tidak berlarut-larut dalam konflik.

Puan Ajak Semua Pihak untuk Introspeksi

Saat ditemui di kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, pada Senin, 17 Maret 2025, Puan menegaskan bahwa setiap orang memiliki masa lalu dan pernah melakukan kesalahan. Oleh karena itu, menurutnya, sikap saling introspeksi merupakan hal yang penting.

“Kita semua manusia yang tidak sempurna, semua punya kesalahan. Tapi kita juga harus introspeksi diri,” ujar Puan.

Ia menekankan bahwa sikap saling mengoreksi diri tersebut bukan semata-mata untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu, tetapi demi kemajuan bangsa secara keseluruhan.

Puan pun mengajak semua pihak untuk tetap berpikiran positif dan mengutamakan kepentingan negara dibandingkan kepentingan pribadi atau golongan.

“Semua yang mempunyai kontribusi dan pemikiran baik untuk bangsa ini, mari sama-sama membangun bangsa. Kita masih punya banyak pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan bersama,” tambahnya.

Sebagai Ketua DPR RI, Puan memahami bahwa ada berbagai tantangan besar yang harus dihadapi Indonesia saat ini.

Menurutnya, tantangan tersebut tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja, tetapi membutuhkan kerja sama semua elemen bangsa.

“Kita harus tetap bersatu dan jangan sampai ada tindakan yang membuat bangsa ini semakin terpecah belah. Apalagi ini bulan Ramadan, bulan penuh berkah. Marilah kita berpikir positif dan saling mendukung demi kebaikan bersama,” kata Puan.

Utusan Sebelum Pemecatan Jokowi dari PDIP

Hubungan pdip dan jokowi

Joko Widodo membantah tudingan mengirim utusan ke PDIP sebelum pemecatannya sebagai kader, menegaskan bahwa ia lebih memilih diam dari berbagai tudingan.

Sebelum PDIP secara resmi memecat Jokowi sebagai kader partai, sempat muncul kabar adanya utusan yang menemui pihak PDIP. Hal ini diungkapkan oleh pengurus DPP PDIP, Deddy Yevri Sitorus.

Menurutnya, sehari sebelum pemecatan Jokowi diumumkan, ada seorang utusan yang datang menemui pengurus PDIP dan menyampaikan permintaan agar Jokowi tidak dipecat dari partai.

“Sekitar tanggal 14 Desember, ada utusan yang menemui kami dan meminta agar PDIP tidak memecat Jokowi. Di sisi lain, mereka juga meminta agar Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, mundur dari jabatannya,” ujar Deddy pada Rabu, 12 Maret 2025.

Deddy tidak menyebutkan secara jelas siapa sosok utusan tersebut, tetapi ia mengisyaratkan bahwa orang tersebut memiliki kewenangan yang cukup kuat.

Meski demikian, ia menolak memberikan rincian lebih lanjut mengenai identitas utusan tersebut.

Jokowi Bantah Kirim Utusan ke PDIP

Menanggapi tuduhan bahwa ia mengirim utusan untuk meminta agar dirinya tidak dipecat dari PDIP, Jokowi memberikan bantahan keras. Ia menilai tuduhan tersebut tidak masuk akal dan tidak memiliki dasar yang jelas.

“Apa kepentingan saya mengutus seseorang untuk meminta hal tersebut? Coba di mana logikanya?” kata Jokowi saat ditemui di kediamannya di Solo pada Jumat, 14 Maret 2025.

Jokowi juga mengungkapkan bahwa selama ini ia lebih memilih diam meskipun mendapat berbagai tuduhan dan kritik tajam dari para politisi PDIP.

Ia mengaku sudah sering difitnah, dicela, bahkan dihina, namun tetap memilih untuk tidak membalas atau memperkeruh suasana.

“Saya itu sudah diam loh, ya. Difitnah saya diam, dicela saya diam, dijelekkan saya diam, dimaki-maki saya diam. Saya ngalah terus loh. Tapi ada batasnya,” tegas Jokowi.

Dinamika Politik PDIP dan Jokowi

Hubungan antara Jokowi dan PDIP memang tidak seharmonis dulu. Sejak Gibran dipilih sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto, PDIP mulai mengambil sikap yang lebih tegas terhadap Jokowi.

Megawati dan beberapa elite PDIP lainnya secara terang-terangan menyatakan bahwa Jokowi telah berseberangan dengan partai yang dulu mengusungnya sebagai presiden.

Dalam berbagai kesempatan, Megawati bahkan menyindir Jokowi dan menyebutnya sebagai “anak ingkar” yang telah melupakan jasa PDIP dalam membawanya ke kursi kepresidenan.

Ketegangan ini semakin memuncak ketika PDIP akhirnya secara resmi memecat Jokowi sebagai kader partai.

Meski demikian, tidak semua kader PDIP menunjukkan sikap yang keras terhadap Jokowi. Beberapa di antaranya, seperti Puan Maharani, terlihat masih berusaha menjaga hubungan yang baik dengan mantan presiden tersebut.

Sikap Puan yang lebih moderat ini dinilai sebagai upaya untuk menjaga stabilitas politik di tengah situasi yang semakin memanas.

Harapan Puan untuk Masa Depan Politik Indonesia

Puan berharap agar ketegangan antara PDIP dan Jokowi tidak berlarut-larut dan bisa diselesaikan dengan cara yang lebih baik.

Ia menekankan pentingnya persatuan dan kolaborasi dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada.

“Kita harus bisa menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan. Jika ada perbedaan pendapat, mari kita selesaikan dengan kepala dingin dan semangat kebersamaan,” ujarnya.

Dengan berbagai dinamika politik yang terjadi, masyarakat tentu berharap agar para pemimpin dan elite politik dapat menunjukkan sikap yang lebih dewasa dalam menyikapi perbedaan.

Ke depan, kerja sama antara berbagai pihak tetap dibutuhkan demi kemajuan Indonesia yang lebih baik.(vip)