Harga emas naik awal 2025, orang Indonesia jadi lebih memilih simpan emas batangan daripada beli perhiasan
Kenaikan harga emas global pada triwulan pertama 2025 membawa pengaruh besar terhadap perilaku konsumsi emas di Indonesia. Masyarakat kini lebih memilih menunda pembelian perhiasan dan beralih pada emas batangan sebagai alternatif investasi yang dianggap lebih aman. Fenomena ini tercermin dalam laporan Gold Demand Trends Q1 2025 yang dirilis oleh World Gold Council (WGC).
Laporan tersebut mencatat bahwa sepanjang Januari hingga Maret 2025, permintaan perhiasan emas di Indonesia hanya mencapai 4,1 ton. Angka ini menunjukkan penurunan yang tajam, mencapai 45 persen dibandingkan kuartal sebelumnya pada Oktober–Desember 2024, di mana konsumsi mencapai 7,7 ton. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yaitu kuartal I/2024, permintaan juga mengalami penurunan signifikan sebesar 25 persen dari sebelumnya 5,5 ton.
Situasi ini menempatkan kuartal I/2025 sebagai periode dengan permintaan perhiasan emas terendah dalam lima tahun terakhir. WGC mencatat bahwa angka serendah ini terakhir kali terjadi pada kuartal II/2020, saat pandemi Covid-19 pertama kali mengguncang pasar Indonesia dan menyebabkan pembatasan sosial yang luas.
Kenaikan harga emas internasional disebut sebagai pemicu utama melemahnya minat konsumen terhadap perhiasan. Harga emas yang menyentuh rekor tertinggi telah membuat produk-produk perhiasan menjadi semakin tidak terjangkau bagi sebagian besar masyarakat, terutama dalam situasi ekonomi domestik yang belum sepenuhnya stabil.
World Gold Council menegaskan bahwa perubahan tren ini merupakan reaksi konsumen terhadap lonjakan harga emas. Perubahan tersebut turut memengaruhi strategi produsen di sektor perhiasan.
“Sebagai contoh, di Indonesia, para produsen menyesuaikan diri dengan tren permintaan akan produk yang lebih terjangkau dengan mengalihkan produksi ke perhiasan berkadar karat lebih rendah,” menurut laporan resmi dari World Gold Council.
Kondisi pasar domestik yang dinamis memaksa pelaku industri untuk menyesuaikan strategi bisnis mereka agar tetap relevan dan kompetitif. Perubahan ini mencerminkan adanya fleksibilitas di tengah tekanan pasar dan potensi untuk menjangkau konsumen dengan daya beli lebih rendah namun tetap menginginkan akses terhadap produk emas.
Sementara permintaan perhiasan menurun drastis, tren sebaliknya justru terjadi pada emas batangan. Permintaan terhadap logam mulia dalam bentuk batangan meningkat signifikan seiring tingginya kekhawatiran akan ketidakpastian ekonomi global. Investor ritel dan institusional mulai melihat emas sebagai aset yang lebih aman dan stabil di tengah gejolak geopolitik dan inflasi yang masih tinggi di berbagai belahan dunia.
Investasi Emas Batangan
Di samping itu, pengakuan emas sebagai aset likuid berkualitas tinggi (High Quality Liquid Assets/HQLA) oleh sejumlah negara turut berkontribusi terhadap meningkatnya minat investasi pada emas batangan. Status baru ini membuat emas lebih dipandang sebagai aset strategis dalam manajemen risiko keuangan jangka panjang.
Masyarakat Indonesia juga mulai menerapkan strategi investasi yang lebih cermat dan penuh pertimbangan. Emas batangan, yang tidak dikenakan biaya pembuatan seperti halnya perhiasan, dinilai lebih menguntungkan dalam jangka panjang. Selain itu, nilainya yang relatif stabil membuatnya lebih menarik di tengah fluktuasi pasar finansial dan ketegangan geopolitik.
Dengan semakin tingginya harga emas dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap manfaat investasi jangka panjang, prospek pasar emas batangan di Indonesia diperkirakan akan tetap positif dalam beberapa kuartal mendatang. Kondisi ini membuka peluang baru bagi pelaku pasar logam mulia untuk memperluas penetrasi produk investasi emas ke berbagai segmen konsumen, mulai dari individu, pelaku UMKM, hingga investor korporasi.
Di tengah tantangan pasar yang berubah cepat, kemampuan industri emas nasional dalam membaca dinamika tren menjadi kunci bertahan dan tumbuh secara berkelanjutan. Adaptasi strategi bisnis menjadi sangat penting, terutama dalam menawarkan solusi yang sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas konsumen saat ini. (dda)