Fakta Film Gowok Kamasutra Jawa, Hadir dalam Dua Versi Tanpa Potong Adegan Asli

Gowok Kamasutra Jawa dari MVP Pictures dan Dapur Films tayang di bioskop 5 Juni 2025 dengan versi 17+ dan 21+
KLIKBERITA24.COM - “Gowok Kamasutra Jawa” adalah film garapan MVP Pictures dan Dapur Films yang akan tayang di bioskop mulai 5 Juni 2025. Film ini hadir dalam dua versi, 17+ dan 21+, agar bisa dinikmati lebih banyak penonton tanpa mengubah cerita aslinya.
Hanung Bramantyo, yang menyutradarai film ini, menjelaskan bahwa sejak awal film tersebut memang dibuat dengan klasifikasi 21+. Ia menegaskan bahwa versi dewasa ini bukan hasil editan dari versi remaja.
“Versi 21+ bukan hasil perpanjangan dari yang 17+, sama sekali tidak. Justru ini versi aslinya,” jelas Hanung saat diwawancarai di Jakarta, Jumat (30/05/2025).
Sebelum dirilis di bioskop Indonesia, film ini sudah lebih dulu tampil di ajang internasional bergengsi, International Film Festival Rotterdam (IFFR) 2025. Trailer-nya sendiri telah dirilis sejak Selasa, 6 Mei 2025, dan mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan karena tema unik yang diangkat.
Menurut Hanung, versi 21+ dibuat sejak awal dan bukan hasil tambahan adegan demi cap film dewasa Ia ingin menekankan bahwa versi ini adalah yang paling otentik dan sesuai dengan skenario aslinya. Namun, karena pertimbangan teknis terkait jam tayang, dibuatlah versi 17+. Regulasi penayangan yang berlaku saat ini membatasi film 21+ hanya bisa ditayangkan di atas waktu magrib, sehingga berdampak pada jumlah jam tayang harian yang terbatas.
“Karena saya dikasih data penontonnya kalau 21+ nanti jam tayangnya akan berubah karena begitu regulasinya, gak bisa tayang siang, harus di atas magrib atas dasar itu kami merilis 17+, masa kita tayang cuma abis magrib? Karena saya tidak ingin membatasi penonton, akhirnya kami siapkan juga versi 17+,” ujarnya
Kehadiran versi 17+ menjadi solusi agar film tetap bisa disaksikan lebih luas, terutama oleh penonton yang tidak bisa mengakses jam tayang malam. Dengan demikian, cerita tetap dapat dinikmati, meskipun ada beberapa penyesuaian pada adegan tertentu untuk memenuhi klasifikasi usia.
Film ini mengangkat kisah yang belum banyak dibahas dalam sinema Indonesia, yakni tentang kehidupan seorang gowok, profesi yang dulu pernah eksis di tanah Jawa. Gowok sendiri merupakan perempuan yang dipercaya untuk mendidik para lelaki muda dalam seni asmara dan tata krama, terutama di kalangan bangsawan.
Profesi ini pernah umum digunakan di lingkungan keraton dan keluarga terpandang, khususnya antara tahun 1940 hingga 1965, namun kini telah lama menghilang. Gowok Kamasutra Jawa mencoba membangkitkan kembali gambaran budaya tersebut melalui lensa sinematik yang kuat.
Sejumlah bintang papan atas turut membintangi film ini, termasuk Devano Danendra, Alika Jantinia, Lola Amaria, Reza Rahadian, Raihaanun, hingga Djenar Maesa Ayu dan Donny Damara. Dengan jajaran pemain yang solid, film ini diharapkan mampu menyampaikan cerita dengan kekuatan emosi dan kedalaman budaya.
Cerita berfokus pada karakter Ratri, yang sejak bayi dibesarkan oleh seorang gowok bijak bernama Nyai Santi. Tanpa mengetahui siapa ayahnya, Ratri tumbuh menjadi wanita cantik dan cerdas, dididik untuk melanjutkan ilmu gowokan yang diwariskan oleh Nyai Santi.
Namun, hidupnya berubah saat ia jatuh cinta pada seorang pemuda dari keluarga terhormat bernama Kamanjaya. Kamanjaya dan Ratri berencana menikah, tapi Kamanjaya menghilang dan meninggalkan Ratri sendirian.
Dua dekade berlalu, Ratri, yang kini telah dewasa, kembali bertemu dengan Kamanjaya. Kali ini, Kamanjaya datang bersama putranya, Bagas, yang hendak belajar di bawah bimbingan Nyai Santi. Tanpa mengetahui masa lalu kelam antara ibunya dan Kamanjaya, Bagas justru jatuh hati pada Ratri.
Melihat kesempatan yang datang, Ratri menggunakan pesonanya sebagai bentuk balas dendam pada luka lama yang belum sembuh. Konflik yang dibangun tidak hanya menyentuh persoalan cinta dan pengkhianatan, tetapi juga menyiratkan makna tentang identitas, luka batin, dan kekuatan perempuan dalam menghadapi masa lalu.
Dengan pendekatan sinematik yang penuh nuansa budaya dan sensualitas, Gowok Kamasutra Jawa menjadi film yang tak hanya menghibur tetapi juga membuka ruang diskusi tentang sejarah dan warisan nilai-nilai tradisional yang nyaris terlupakan.
Pilihan merilis dua versi film ini menjadi langkah strategis dari sisi distribusi sekaligus menjaga integritas karya. Hanung ingin cerita ini tetap tersampaikan, baik kepada penonton yang bisa mengakses versi penuh, maupun kepada mereka yang hanya bisa menonton versi yang lebih ringan dari sisi visual.
Pemutaran perdana pada 5 Juni 2025 diharapkan menjadi momentum penting, tidak hanya bagi industri film nasional, tetapi juga dalam membawa kembali cerita lokal yang kuat ke layar lebar. Pendekatan artistik dalam mengangkat tema budaya dan erotik jadi kekuatan utama film ini.
Gowok Kamasutra Jawa menjadi salah satu film Indonesia paling dinanti tahun ini dengan cerita unik dan penyajian berani, sekaligus tetap menyentuh sisi emosional dan kultural penonton. (Okt)