E-commerce China Kena Sanksi AS, Ekspor ke Amerika Turun 65%

Img 2863 (1)

E-commerce China sedang menghadapi masa sulit di pasar Amerika Serikat. Penurunan ekspor ke AS mencapai 65% dalam beberapa bulan terakhir.

Masalah ini dipicu oleh sanksi dagang dari pemerintahan AS. Kebijakan tarif baru membuat biaya impor dari China naik drastis.

Presiden Donald Trump mencabut aturan duty-free untuk barang murah dari China. Kebijakan ini mulai berlaku sejak awal Mei 2025.

Aturan ini dulunya memungkinkan barang di bawah 800 USD masuk tanpa tarif. Kini, semua barang wajib dikenai bea masuk.

Platform seperti Temu dan Shein paling terdampak kebijakan ini. Mereka sebelumnya mengandalkan pengiriman langsung dari China ke AS.

Tarif Impor Melonjak Tajam

Setelah aturan dicabut, tarif impor bisa mencapai 145%. Ini membuat harga barang dari China jadi lebih mahal di pasar AS.

Temu bahkan menghentikan pengiriman langsung dari China. Kini mereka hanya menjual stok yang sudah ada di gudang AS.

Logo aplikasi temu istimewa 169 (1)

E-commerce China Kena Sanksi AS, Ekspor ke Amerika Turun 65%

Shein juga mengalami kendala serupa dalam pengiriman. Kenaikan biaya logistik memaksa mereka mengurangi volume ekspor.

Akibatnya, banyak konsumen di AS mulai mencari alternatif lokal. Penjualan e-commerce China pun turun tajam dalam waktu singkat.

Perang Tarif Semakin Panas

Tarif impor AS untuk barang China kini rata-rata 84%. Sementara China membalas dengan tarif balasan hingga 125%.

Ketegangan perdagangan ini memperburuk hubungan ekonomi kedua negara. Perang dagang kembali memanas sejak awal tahun 2025.

Dampaknya terasa langsung ke rantai pasok global. Perusahaan e-commerce jadi harus mengatur ulang strategi logistik mereka.

Biaya pengiriman, pergudangan, dan pajak makin memberatkan. Profit pun menurun meski permintaan pasar tetap ada.

Perubahan Strategi Bisnis

E-commerce China kini mencoba bertahan dengan strategi baru. Salah satunya fokus pada penjualan dari gudang dalam negeri AS.

Beberapa perusahaan juga mulai menggandeng mitra lokal. Tujuannya agar proses distribusi jadi lebih efisien dan bebas tarif tinggi.

Langkah lain adalah mengurangi kampanye iklan di AS. Karena permintaan menurun, biaya promosi pun dipangkas untuk efisiensi.

Shein misalnya, mulai lebih gencar mempromosikan produk di pasar Eropa. Pasar alternatif jadi pilihan setelah ekspor ke AS menurun.

Dampak ke Konsumen dan Pasar AS

Bagi konsumen Amerika, ini berarti harga barang dari China jadi lebih mahal. Barang murah seperti pakaian dan aksesoris kini lebih terbatas.

Produk yang dulu dijual dengan harga di bawah 10 dolar kini naik dua kali lipat. Ini tentu berdampak ke pola belanja konsumen muda di AS.

Retailer lokal di Amerika mulai mendapat angin segar. Kurangnya saingan dari China membuka peluang peningkatan penjualan lokal.

Namun di sisi lain, konsumen kehilangan akses ke barang dengan harga terjangkau. Pilihan jadi lebih sedikit dan harga lebih tinggi.

Penurunan Ekspor yang Signifikan

Data terbaru menunjukkan ekspor e-commerce China ke AS turun sekitar 65%. Penurunan ini terjadi dalam waktu kurang dari enam bulan.

Angka ini menunjukkan dampak langsung dari kebijakan tarif baru. Tidak hanya menekan penjualan, tapi juga mengganggu stabilitas pasar.

Para analis memperkirakan tren ini akan bertahan. Selama kebijakan tarif masih berlaku, ekspor China sulit kembali seperti sebelumnya.

Perusahaan harus berpikir ulang soal ekspansi ke AS. Banyak dari mereka kini beralih ke pasar domestik dan regional lain.

Respons Pemerintah China dan Tantangan Baru

Pemerintah China menyayangkan kebijakan baru dari AS. Mereka menyebutnya sebagai tindakan proteksionis yang merugikan kerja sama ekonomi.

Namun hingga kini, belum ada solusi diplomatik yang diambil. Ketegangan perdagangan masih terus berlangsung dan berdampak luas.

Beberapa perusahaan China mulai mempertimbangkan relokasi produksi. Negara Asia Tenggara jadi pilihan agar barang tidak lagi dikenai tarif tinggi.

Namun langkah ini butuh waktu dan biaya besar. Tidak semua e-commerce mampu beradaptasi dalam waktu singkat.

E-commerce China saat ini mengalami masa penuh tantangan. Sanksi dan kebijakan tarif dari AS benar-benar berdampak besar pada ekspor.

Penurunan 65% bukan angka kecil. Ini menunjukkan betapa pentingnya pasar AS bagi industri digital China.

Perusahaan seperti Temu dan Shein kini harus ubah strategi. Fokus lokal dan efisiensi operasional jadi kunci bertahan.

Sementara itu, konsumen AS mulai merasakan perubahan harga dan ketersediaan barang. Dampaknya terasa di banyak sektor.

Selama perang dagang belum mereda, ketidakpastian akan terus berlanjut. Baik dari sisi bisnis maupun konsumen, semua terdampak.(amp)