Categories: Travel

Dulu Terkenal Mistis, Kini Lawang Sewu Jadi Destinasi Kuliner Malam

KLIKBERITA24.COM - Lawang Sewu, bangunan ikonik peninggalan kolonial di Kota Semarang, kini tampil dengan wajah baru yang jauh dari kesan mistis yang selama ini melekat.

Gedung bersejarah yang dulunya dikenal angker ini, kini justru menjadi destinasi favorit anak muda untuk nongkrong santai di malam hari sambil menikmati kuliner khas angkringan.

Pada saat malam hingga dini hari pun daerah ini menunjukkan suasana yang berbeda dari biasanya.

Area depan bangunan megah bekas kantor Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) itu telah disulap menjadi ruang publik terbuka yang hidup dengan konsep wisata kuliner malam.

Lampu-lampu menghiasi halaman, musik akustik mengalun, dan aroma makanan memenuhi udara malam yang hangat di jantung kota.

Di hamparan rumput hijau, tikar-tikar digelar untuk pengunjung yang duduk lesehan menikmati hidangan dari berbagai tenant UMKM lokal.

Pilihan menunya beragam, dari nasi bakar, nasi gulai ayam, hingga nasi bakso dan aneka makanan vegetarian. Tidak ketinggalan gorengan hangat yang selalu jadi primadona angkringan.

Sebuah lokomotif mini menjadi ikon unik tempat pengambilan makanan, memperkuat nuansa historis Lawang Sewu yang dulunya adalah pusat administrasi kereta api Belanda.

Kuliner Malam Lawang Sewu

Menjelang tengah malam, suasana justru semakin ramai. Sekitar pukul 23.00 WIB, pengunjung terus berdatangan, membuktikan bahwa konsep ini berhasil menarik perhatian publik, terutama kalangan muda.

Aprilian (19), salah satu pengunjung, mengaku pertama kali mengetahui tentang angkringan Lawang Sewu dari media sosial. Ia datang karena penasaran dan langsung jatuh hati dengan suasananya.

“Biasanya Lawang Sewu tuh serem, ya. Tapi sekarang lebih asik, jadi tempat buat mengenang dan menikmati view-nya Lawang Sewu, bukan sekadar mikir yang seram-seram,” ujarnya.

Aprilian juga menyoroti bahwa harga makanan yang ditawarkan sangat bersahabat, terutama bagi mahasiswa seperti dirinya.

“Cukup bayar parkir Rp 3 ribu, harga makanannya murah-murah, worth it banget buat anak kuliahan,” katanya sambil tersenyum.

Hal serupa disampaikan oleh Intan Permata Putri (20), mahasiswa Universitas Diponegoro asal Kendal. Ia datang bersama beberapa temannya dan merasa suasana Lawang Sewu kini jauh berbeda dari bayangannya dulu.

“Vibe-nya seru banget. Tadinya mikir Lawang Sewu tuh serem, ternyata sekarang malah jadi spot anak muda,” ucapnya sambil sibuk mengabadikan momen dengan ponselnya.

Namun Putri juga menggarisbawahi bahwa sistem pelayanan di area makanan masih bisa ditingkatkan.

“Mungkin sistemnya perlu dibenerin biar lebih cepat, kan banyak yang mau ke sini,” tambahnya.

Hanifah (23), pengunjung lain yang datang bersama kekasihnya, menyebut suasana di angkringan Lawang Sewu sangat cocok untuk tempat kencan santai.

Ia mengaku betah menghabiskan waktu di sana sambil menikmati makanan dan musik yang dimainkan secara langsung.

“Enak banget suasananya. Mau makan ringan atau berat bisa, ngobrol santai sambil dengerin musik akustik,” tuturnya.

Baginya, konsep kuliner malam di tempat bersejarah seperti Lawang Sewu memberikan pengalaman berbeda yang tak mudah dilupakan.

Ia bahkan menyarankan siapa pun yang ingin melihat sisi lain dari bangunan ini untuk datang dan mencoba sendiri sensasinya.

“Kalau mau lihat sisi lain Lawang Sewu, cobain nongkrong di angkringannya. Bisa makan, denger musik, sambil lihat-lihat sejarahnya. Berkesan banget,” ungkapnya dengan antusias.

Transformasi Lawang Sewu menjadi ruang publik yang ramah, terbuka, dan hidup ini jelas menjadi bukti bahwa tempat bersejarah pun bisa tampil modern tanpa kehilangan nilai historisnya.

Dari yang dulu dikenal karena aura mistis, kini Lawang Sewu berubah menjadi tempat penuh tawa, musik, dan aroma makanan yang mengundang siapa pun untuk datang dan kembali.

Semarang kini punya wajah malam yang semakin menarik, dan Lawang Sewu menjadi pusatnya. Tempat ini bukan hanya sekadar ikon sejarah, tetapi juga ruang sosial baru yang inklusif dan menyenangkan bagi siapa pun yang ingin merasakan sisi lain kota. (ctr)