Diterpa Tarif Impor AS, Prabowo Ambil 3 Langkah Tegas

Presiden Prabowo
Kebijakan tarif impor baru yang diumumkan oleh Amerika Serikat menjadi tantangan besar bagi banyak negara berkembang, termasuk Indonesia.
Pemerintah AS menaikkan tarif untuk sejumlah produk ekspor asal Indonesia hingga 32 persen, yang bisa berdampak serius pada neraca perdagangan, industri, dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun, Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto tidak tinggal diam.
Ketimbang mengeluh atau mengambil langkah reaktif, Prabowo justru menyiapkan tiga strategi utama yang bertujuan memperkuat kemandirian ekonomi nasional dan mengurangi ketergantungan terhadap negara-negara besar seperti AS.
Ketiga strategi ini digadang-gadang sebagai jurus andalan yang bukan hanya bersifat taktis, tapi juga strategis untuk jangka panjang. Apa saja jurus-jurus tersebut?
1. Memperluas Mitra Dagang: Buka Pasar Baru, Kurangi Ketergantungan
Langkah pertama yang ditempuh adalah memperluas jaringan mitra dagang Indonesia. Presiden Prabowo menilai bahwa terlalu tergantung pada satu negara tujuan ekspor, apalagi negara besar seperti Amerika Serikat, merupakan risiko besar dalam dunia perdagangan modern yang sangat dinamis.
Sebagai upaya diversifikasi pasar, Indonesia mulai mengakselerasi partisipasinya dalam berbagai perjanjian perdagangan regional dan multilateral.
Salah satunya adalah lewat RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership), di mana Indonesia bersama 14 negara Asia-Pasifik memperkuat kerja sama dagang.
Tak hanya itu, Prabowo juga mendorong agar Indonesia menjadi anggota BRICS—kelompok negara berkembang berpengaruh yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan.
BRICS saat ini mencakup lebih dari 40 persen populasi dunia dan hampir 30 persen PDB global. Bergabung dengan BRICS diharapkan akan membuka akses baru untuk perdagangan, investasi, dan kerja sama teknologi.
Selain itu, pemerintah juga sedang melanjutkan pembahasan perjanjian seperti IEU-CEPA (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement) serta menjajaki peluang kerja sama dengan negara-negara Amerika Latin dan Afrika.
Strategi ini bertujuan agar ekspor Indonesia tidak lagi bergantung pada satu wilayah saja.
2. Hilirisasi Sumber Daya Alam: Tingkatkan Nilai Tambah Domestik

Presiden Prabowo Mengambil Langkah Tegas untuk Impor AS
Strategi kedua yang tak kalah penting adalah mendorong hilirisasi sektor sumber daya alam (SDA). Indonesia selama ini dikenal sebagai negara eksportir bahan mentah, seperti batu bara, nikel, dan kelapa sawit.
Namun, bahan mentah tersebut memiliki nilai ekspor yang rendah dan seringkali membuat Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga global.
Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Prabowo mendirikan BPI Danantara (Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara)—lembaga baru yang akan mengelola dan mendanai proyek-proyek hilirisasi di sektor strategis seperti pertambangan, energi, pertanian, dan kelautan.
Lewat hilirisasi, nikel tidak lagi diekspor dalam bentuk mentah, tapi diolah menjadi baterai kendaraan listrik.
Begitu juga dengan batu bara yang bisa dijadikan bahan baku industri kimia, atau kelapa sawit yang diolah menjadi biofuel.
Dengan begini, Indonesia tidak hanya menambah nilai ekspor, tapi juga menciptakan lapangan kerja baru, memperkuat industri dalam negeri, dan mengurangi ketergantungan pada investasi asing.
3. Perkuat Konsumsi Domestik: Ekonomi Kerakyatan Jadi Pondasi
Langkah ketiga yang menjadi fokus pemerintahan Prabowo adalah menguatkan konsumsi domestik. Mengapa ini penting? Karena konsumsi rumah tangga menyumbang sekitar 54 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Artinya, jika daya beli masyarakat kuat, maka roda ekonomi akan tetap berputar meski pasar ekspor mengalami tekanan.
Untuk itu, Prabowo menggulirkan beberapa program sosial unggulan, seperti:
- Program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk pelajar, ibu hamil, dan lansia, yang menargetkan 82 juta penerima manfaat hingga akhir 2025. Program ini tidak hanya memperkuat gizi generasi muda, tapi juga mendorong aktivitas ekonomi di sektor pangan dan pertanian lokal.
- Pendirian 80.000 Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) sebagai pusat distribusi bahan pokok, tempat usaha mikro, serta wadah perputaran uang di desa. Koperasi ini akan menjadi tulang punggung ekonomi kerakyatan dan pemberdayaan masyarakat desa.
- Dukungan terhadap UMKM dan program subsidi sektor informal, yang bertujuan menjaga daya beli dan kestabilan harga barang kebutuhan pokok.
Strategi ini menunjukkan bahwa Prabowo menempatkan kesejahteraan rakyat sebagai motor utama ekonomi nasional.
Ketika konsumsi dalam negeri tumbuh, maka Indonesia tak lagi harus mengandalkan ekspor untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi.
Diplomasi Jadi Kunci: Hindari Perang Dagang yang Tidak Perlu
Meskipun menghadapi tekanan tarif dari AS, Prabowo dan jajarannya memilih pendekatan diplomasi ekonomi daripada konfrontasi.
Hal ini tercermin dari pernyataan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan negara mitra dagang, sembari memperkuat kekuatan ekonomi dari dalam negeri.
Indonesia juga akan aktif berdiskusi di forum-forum multilateral seperti G20, WTO, dan ASEAN untuk mencari solusi bersama dalam menghadapi tren proteksionisme yang makin menguat.
Tarif impor dari Amerika Serikat mungkin menjadi tantangan besar saat ini, tetapi di sisi lain, ini adalah peluang bagi Indonesia untuk mereformasi diri.
Pemerintah di bawah Presiden Prabowo Subianto sudah menyiapkan peta jalan yang komprehensif dan berorientasi jangka panjang.
Dengan memperluas mitra dagang, mendorong hilirisasi, dan memperkuat konsumsi domestik, Indonesia bisa bangkit menjadi negara yang lebih tangguh dan mandiri secara ekonomi.
Ketiga strategi ini merupakan pondasi baru bagi masa depan Indonesia—masa depan yang tidak lagi bergantung pada belas kasihan negara lain, tapi dibangun di atas kekuatan dan potensi bangsa sendiri.
Tinggal sekarang, bagaimana kita sebagai masyarakat ikut mendukungnya? Karena ekonomi bukan hanya soal kebijakan, tapi juga soal partisipasi seluruh rakyat. (ctr)