Categories: Nasional

Dedi Mulyadi Disebut Gubernur Konten saat Rapat Komisi II DPR RI

Rapat kerja Komisi II DPR RI bersama Kementerian Dalam Negeri pada Senin, 29 April 2025, diwarnai momen menarik saat Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Mas’ud, menyebut Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi sebagai “Gubernur Konten.”

Ungkapan itu sontak mencuri perhatian peserta rapat dan publik, terutama karena berkaitan dengan viralnya video Dedi saat berdialog dengan seorang remaja yang rumahnya baru digusur.

Rapat yang berlangsung di kompleks parlemen Jakarta itu awalnya berjalan formal seperti biasa.

Ketua Komisi II DPR RI, Muhammad Rifqinizamy Karsayuda, mempersilakan Rudy Mas’ud untuk menyampaikan pemaparan mengenai kondisi dan perkembangan daerahnya.

Dalam sambutannya, Rudy menyapa beberapa pejabat penting, termasuk Wakil Menteri Dalam Negeri Ribka Haluk, pejabat eselon I Kemendagri, serta para kepala daerah lainnya.

Namun yang menarik, Rudy secara khusus menyapa Dedi Mulyadi dengan sebutan yang tidak biasa: “Gubernur Konten.”

Ungkapan itu diduga merujuk pada aktivitas Dedi yang cukup aktif membagikan berbagai video di media sosial, termasuk interaksinya dengan warga dalam berbagai isu sosial dan kebijakan daerah.

Video Viral Dedi Mulyadi dan Seorang Remaja

Video viral Dedi Mulyadi berdialog dengan remaja menuai pujian sekaligus tudingan settingan.

Salah satu video terbaru Dedi yang menjadi sorotan berjudul “Ini Penjelasan KDM pada Remaja yang Kecewa Rumahnya Dibongkar.”

Dalam video itu, Dedi tampak berdialog dengan seorang remaja perempuan yang mengkritik larangan wisuda sekolah dan keberatan karena rumah keluarganya di bantaran kali baru saja digusur oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi.

Dialog tersebut berlangsung cukup emosional. Sang remaja menyampaikan pendapatnya secara langsung kepada Dedi Mulyadi dengan bahasa yang kritis dan berani.

Momen itu kemudian ramai diperbincangkan di media sosial. Banyak yang memuji keberanian remaja tersebut dan menyebutnya sebagai bentuk kebebasan berpendapat di era demokrasi.

Namun, tak sedikit juga yang skeptis. Beredar dugaan bahwa video tersebut hanyalah bagian dari konten yang telah direkayasa atau disetting sebelumnya.

Pasalnya, muncul informasi bahwa remaja perempuan dalam video itu ternyata dikenal sebagai aktris sinetron dan talent iklan.

Hal ini memicu berbagai spekulasi bahwa video tersebut bukanlah interaksi spontan, melainkan bagian dari strategi komunikasi politik.

Respons Dedi Mulyadi

Menanggapi kritik dan cibiran soal video viral tersebut, Dedi Mulyadi memilih bersikap tenang. Ia justru menanggapi secara positif sikap sang remaja yang mengkritiknya.

“Saya mah enggak berprasangka buruk, saya berprasangka baik. Anaknya itu pintar dan berani. Dia berani menyampaikan pendapat di depan gubernur, dan itu bagus dalam konteks demokrasi,” ujar Dedi saat ditemui di Bandung, Senin, 28 April 2025.

Menurut Dedi, justru tugas seorang pemimpin adalah mengarahkan anak muda seperti remaja tersebut agar mampu membangun argumentasi yang berbasis hukum dan rasional, bukan sekadar emosi. Ia juga tidak mau menanggapi lebih jauh soal latar belakang sang remaja.

“Saya hanya menanggapi isi pikirannya. Pendapatnya soal pelarangan wisuda perlu diluruskan secara hukum. Bukan karena siapa dia atau latar belakangnya,” tambah Dedi.

Larangan Wisuda Sekolah Jadi Isu Hangat

Sebagai informasi, larangan penyelenggaraan wisuda di tingkat TK, SD, SMP, dan SMA oleh Pemprov Jawa Barat merupakan salah satu kebijakan Dedi Mulyadi yang menuai kontroversi.

Kebijakan ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran terhadap komersialisasi pendidikan dan pemborosan anggaran orang tua murid untuk kegiatan seremonial yang dianggap tidak perlu.

Namun, kebijakan ini ditentang oleh sebagian masyarakat, terutama para orang tua dan siswa yang menganggap wisuda sebagai momen penting dalam kehidupan pendidikan anak-anak mereka.

Pro kontra ini semakin mengemuka setelah video Dedi dengan sang remaja viral dan diperbincangkan luas.

Gaya Komunikasi Dedi Mulyadi Disorot

Sebagai pemimpin yang aktif di media sosial, Dedi memang dikenal sering membagikan konten seputar kegiatan dan interaksinya dengan warga.

Gaya komunikasinya yang blak-blakan dan langsung ke lapangan dinilai sebagian kalangan sebagai pendekatan yang merakyat.

Namun, ada juga yang menganggapnya terlalu pencitraan dan lebih fokus pada konten ketimbang kebijakan.

Julukan “Gubernur Konten” dari Rudy Mas’ud dalam rapat DPR itu pun memperkuat persepsi tersebut.

Meski begitu, Dedi tampaknya tetap konsisten dengan gaya komunikasinya dan tidak terlalu memusingkan label yang disematkan padanya.(vip)