Categories: Hiburan

Dari Web Series ke Layar Lebar, SORE: ISTRI DARI MASA DEPAN Bikin Haru Penonton

KLIKBERITA24.COM - Banyak warganet menyebut film ini sebagai salah satu film Indonesia paling menyentuh di tahun ini.

Ulasan positif berseliweran di platform seperti X, Instagram, hingga TikTok. Tak sedikit yang menumpahkan air mata setelah menyaksikan akhir cerita yang emosional dan menggetarkan.

Sutradara sekaligus komika Pandji Pragiwaksono pun memberikan pujian terbuka. Ia menyebut bahwa film ini mampu menyampaikan perasaan yang tidak pernah ditawarkan oleh film-film lain.

Menurutnya, pengalaman emosional dari SORE begitu kuat hingga sulit digambarkan dengan kata-kata.

Antusiasme ini sebenarnya bukan sesuatu yang mengejutkan. Film ini merupakan versi panjang dari serial YouTube populer berjudul sama yang tayang di kanal Viddsee pada 2019.

Serial tersebut mencuri perhatian karena alur ceritanya yang unik, pendek namun tajam, serta dibalut visual yang estetis.

Kini dalam format layar lebar, SORE membawa napas baru yang jauh lebih sinematik. Karakterisasi lebih dalam, visual lebih kuat, dan pengembangan cerita yang lebih emosional menjadikan film ini terasa segar namun tetap menjaga ruh asli dari versi web series-nya.

Cerita berfokus pada Jonathan, diperankan oleh Dion Wiyoko, yang tiba-tiba dikunjungi oleh Sore—seorang perempuan misterius yang mengaku datang dari masa depan.

Sheila Dara dan Dion Wiyoko hadirkan chemistry kuat dalam film SORE: ISTRI DARI MASA DEPAN yang sukses bikin baper penonton.

Karakter Sore dimainkan oleh Sheila Dara Aisha dengan penjiwaan yang lembut namun penuh teka-teki.

Pertemuan tak terduga ini membawa keduanya pada perjalanan emosional penuh refleksi dan pertanyaan tentang cinta, pilihan hidup, serta takdir yang tak bisa dihindari.

Cerita mengalir seperti puisi, dengan kejutan di bagian akhir yang membuat banyak penonton terdiam dalam tangis saat lampu bioskop kembali menyala.

Film ini juga berhasil memanfaatkan musik sebagai elemen penguat emosi. Soundtrack-nya bahkan menjadi bahan pembicaraan tersendiri.

Lagu-lagu seperti Forget Jakarta dari Adhitia Sofyan dan Pancarona milik Barasuara memberi warna dalam narasi.

Namun yang paling menyita perhatian adalah Terbuang Dalam Waktu, karya Barasuara yang rilis tahun 2023. Lagu ini terasa sangat menyatu dengan konflik batin para tokohnya.

Ada pula Gaze, single Adhitia Sofyan yang kembali hadir setelah sebelumnya muncul di versi web series SORE.

Yang tak kalah menyentuh adalah kehadiran lagu Hingga Ujung Waktu dari Sheila On 7.

Lagu ini bahkan dianggap sebagai soundtrack utama oleh sebagian penonton karena lirik dan suasananya begitu menyatu dengan dinamika hubungan Jonathan dan Sore.

Tak heran bila lagu-lagu ini kembali ramai diputar ulang di Spotify maupun YouTube oleh penonton yang masih terbawa perasaan.

Kesuksesan film ini tak lepas dari tangan dingin Yandy Laurens sebagai sutradara. Ia dikenal lewat pendekatannya yang intim dalam merangkai kisah cinta dan keluarga.

Sebelumnya, Yandy berhasil lewat film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film yang membawanya meraih dua Piala Citra di FFI 2024, yaitu kategori Sutradara Terbaik dan Penulis Skenario Asli Terbaik.

Karya lainnya seperti Keluarga Cemara pada 2019 juga memenangkan banyak penghargaan, termasuk dari Piala Maya, Jogja-NETPAC Asian Film Festival, hingga Festival Film Indonesia.

Lewat film SORE, Yandy kembali menunjukkan kemampuannya menyentuh sisi emosional terdalam penonton dengan cerita yang tampak sederhana namun menggugah.

Dalam wawancara dengan Kompas, Yandy menyebut film ini sebagai bentuk “eksperimen rasa”. Ia ingin menjangkau perasaan paling personal dari manusia, terutama dalam hal memahami cinta dan makna hidup secara lebih mendalam.

Selain itu, film ini juga menciptakan fenomena budaya baru di kalangan penontonnya. Salah satu ikon visual yang mencuri perhatian adalah tangga spiral yang muncul dalam poster dan beberapa adegan penting film.

Tangga tersebut belakangan viral karena banyak warganet menjadikannya sebagai bahan meme dan simbol cerita.

Ada yang menyebutnya sebagai “portal waktu” layaknya film Interstellar, ada juga yang menyamakan bentuknya dengan liku-liku perjalanan cinta.

Lokasi tangga ikonik itu berada di Hotel Artotel Thamrin, Jalan Sunda No. 3, Jakarta Pusat. Banyak penggemar film yang kini mendatangi tempat itu untuk berfoto, menjadikannya sebagai spot wajib bagi para penikmat film SORE.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana kekuatan visual dalam film tidak hanya mendukung cerita, tapi juga menciptakan ikon budaya pop baru yang mampu hidup di luar layar.

Dari YouTube ke bioskop, SORE telah membuktikan bahwa kisah cinta bisa terus tumbuh dan mengakar lewat medium apa pun, selama disampaikan dengan tulus dan penuh rasa. (vip)