Dampak Tarif Trump: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025 Dipangkas Jadi 4,7%

Ekonomi indonesia

KLIKBERITA24.COM - Berbagai lembaga internasional kini menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2025. Penurunan ini tidak lepas dari kombinasi faktor domestik dan eksternal, termasuk ketidakpastian kebijakan global serta dampak tarif perdagangan dari Amerika Serikat.

Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menjadi salah satu lembaga yang paling awal merevisi proyeksi tersebut.

Mereka menurunkan estimasi pertumbuhan Indonesia dari 4,9% menjadi 4,7%. Menurut laporan terbaru, tekanan eksternal seperti konflik perdagangan dan turunnya harga komoditas menjadi penyebab utama perlambatan ini.

Berdasarkan data terbaru dari OECD per Kamis (5/6/2025), pertumbuhan ekonomi riil Indonesia diproyeksikan menurun menjadi 4,7% di tahun 2025 dan pulih secara perlahan menjadi 4,8% setahun setelahnya.

Organisasi itu juga mengungkapkan bahwa konflik perdagangan global dan penurunan harga komoditas bakal berdampak negatif pada permintaan eksternal dan penerimaan dari ekspor. Di samping OECD, Bank Indonesia (BI) juga menurunkan estimasi ekonominya.

BI menilai bahwa pertumbuhan ekonomi akan berada di antara 4,6% sampai 5,4%, lebih rendah dari estimasi awal yang berkisar 4,7% hingga 5,5%. Gubernur Perry Warjiyo menjelaskan, “BI memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 sekitar 4,6%—5,4%, turun dari prediksi sebelumnya 4,7%—5,5%.”

Penurunan proyeksi ini juga dipengaruhi oleh arus keluar modal yang terjadi karena ketidakpastian kebijakan, baik di dalam negeri maupun di panggung global. Kondisi ini berisiko menekan nilai tukar rupiah dan memperlebar defisit transaksi berjalan, yang pada akhirnya bisa memicu inflasi melalui biaya impor yang lebih tinggi.

Faktor lain yang memengaruhi kinerja ekspor Indonesia adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi China lebih dari perkiraan awal. China merupakan pasar ekspor terbesar Indonesia, khususnya untuk komoditas, sehingga perlambatan ini berdampak signifikan.

Proyeksi pertumbuhan Indonesia untuk 2025 juga direvisi oleh Bank Dunia, yang menurunkannya menjadi 4,7% dari sebelumnya 5,1%. Dalam laporan Macro Poverty Outlook April 2025, Bank Dunia menyebutkan bahwa ketidakpastian kebijakan perdagangan global dan penurunan harga komoditas turut melemahkan kepercayaan investor dan aktivitas ekonomi domestik.

Meski tekanan eksternal cukup besar, Bank Dunia memperkirakan konsumsi swasta tetap kuat. “Meski konsumsi swasta diperkirakan tetap kuat, kelemahan pada penyediaan pekerjaan berkualitas akan sedikit menahan laju pertumbuhannya,” tulis Bank Dunia.

Stimulus fiskal dan rencana reformasi dianggap sebagai faktor penyeimbang untuk mengurangi dampak negatif yang terjadi.

Pemerintah diprediksi mengalami pelebaran defisit anggaran menjadi 2,7% dari PDB pada 2025, dibandingkan 2,3% di tahun sebelumnya.

Utang pemerintah diperkirakan akan stabil di sekitar 40,1% dari PDB hingga tahun 2027, meskipun biaya bunga utang meningkat signifikan, diprediksi mencapai 19% dari total penerimaan negara.

Dalam proyeksi terbarunya, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 akan berada di angka 4,7%, turun dari estimasi awal. Penurunan ini sesuai dengan tren pelemahan pertumbuhan di negara-negara ASEAN-5 dan dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi global akibat tarif perdagangan timbal balik Amerika Serikat.

Menurut perkiraan IMF, laju pertumbuhan perdagangan dunia akan merosot secara signifikan dari 3,8% menjadi 1,7% pada tahun 2025. Tarif perdagangan ini menjadi guncangan negatif yang menekan permintaan eksternal, sehingga berimbas pada aktivitas ekonomi Indonesia dan negara-negara mitra dagangnya.

Situasi ini mencerminkan risiko besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini, di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi. Namun, pemerintah menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memperkuat sektor domestik guna menghadapi tantangan ini.

Pemerintah berupaya menjaga fondasi ekonomi yang solid dan meningkatkan daya saing nasional. Hal ini menjadi kunci utama agar pertumbuhan ekonomi dapat berjalan dengan stabil dan berkelanjutan, meskipun tekanan eksternal masih terus berlangsung.

Dengan langkah kebijakan yang tepat, diharapkan Indonesia mampu memitigasi dampak dari ketegangan perdagangan global dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah ke depan. Penguatan sektor manufaktur, peningkatan investasi, dan reformasi struktural menjadi fokus utama. (dda)