Bitcoin Melesat Tinggi Usai Gencatan AS-China, Ini 5 Strategi Investasi Bitcoin yang Disarankan Ahli

Harga bitcoin naik

Bitcoin kembali menunjukkan kekuatannya dengan melesat tinggi setelah adanya gencatan ketegangan antara AS dan China. Kenaikan ini tidak hanya memicu optimisme di kalangan investor kripto, tetapi juga menarik minat baru dari pemain tradisional yang ingin memanfaatkan momentum.

Bagi yang sudah lama mengamati pasar, situasi ini menjadi pengingat betapa volatilitas Bitcoin bisa menjadi peluang besar jika dimanfaatkan dengan strategi tepat. Namun, melompat ke dalam investasi Bitcoin tanpa persiapan adalah kesalahan yang sering berujung kerugian.

Pasar kripto terkenal dengan fluktuasinya yang ekstrem, di mana harga bisa naik 20% dalam sehari, namun juga berpotensi terjun bebas secara tiba-tiba. Karena itu, memahami strategi investasi yang disarankan ahli menjadi kunci untuk bertahan dan meraih untung.

Para analis mencatat bahwa sentimen positif dari kebijakan moneter global dan adopsi institusional turut mendorong kenaikan Bitcoin kali ini. Namun, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kini lebih banyak instrumen dan pendekatan investasi yang bisa dipilih, mulai dari trading harian hingga metode akumulasi jangka panjang.

Artikel ini akan membahas lima strategi investasi Bitcoin yang direkomendasikan ahli untuk memaksimalkan peluang di tengah ketidakpastian pasar. Dari strategi Dollar-Cost Averaging hingga penggunaan analisis on-chain, berikut panduan lengkap yang bisa kalian ikuti!

Strategi Investasi Bitcoin Menurut Para Ahli

Berikut ini adalah beberapa rekomendasi strategi investasi Bitcoin yang bisa kalian terapkan:

1. Dollar-Cost Averaging (DCA)

Dollar-Cost Averaging (DCA) adalah strategi di mana investor membeli Bitcoin dalam jumlah tetap secara berkala, terlepas dari harga pasar. Misalnya, membeli senilai $100 setiap minggu, sehingga ketika harga turun, Anda mendapatkan lebih banyak Bitcoin, dan ketika harga naik, nilai portofolio ikut melonjak.

Metode ini sangat cocok untuk pemula karena menghilangkan tekanan untuk memprediksi harga terendah. Alih-alih mencoba *timing the market*, DCA fokus pada akumulasi aset dalam jangka panjang.

Penelitian oleh Coinbase menunjukkan bahwa investor yang konsisten melakukan DCA selama 5 tahun terakhir memiliki return lebih stabil dibandingkan yang mencoba investasi sekaligus (lump-sum) di puncak harga. Bahkan selama bear market, akumulasi Bitcoin secara bertahap terbukti mengurangi kerugian signifikan.

Ahli keuangan sering merekomendasikan DCA karena sifatnya yang disiplin dan minim stres. Dengan tetap berpegang pada jadwal, Anda tidak terbawa emosi ketika pasar sedang panik atau *euphoria*.

Platform seperti Binance, Kraken, dan Coinbase menyediakan fitur DCA otomatis. Anda cukup mengatur jumlah dan frekuensi pembelian, lalu sistem akan secara otomatis mengalokasikan dana sesuai jadwal.

Strategi ini ideal untuk mereka yang ingin berinvestasi di Bitcoin tanpa harus terus-menerus mengawasi pergerakan pasar. Dengan DCA, volatilitas justru menjadi teman, bukan musuh.

2. Buy the Dip

Buy the Dip adalah strategi di mana investor membeli Bitcoin ketika harganya mengalami penurunan signifikan. Prinsipnya sederhana: beli saat orang lain takut, dan jual saat mereka rakus. Namun, tantangannya adalah menentukan seberapa dalam “dip” yang ideal untuk masuk.

Indikator seperti Relative Strength Index (RSI) dan support level bisa membantu mengidentifikasi momen beli yang tepat. Misalnya, jika RSI berada di bawah 30, Bitcoin dianggap oversold dan berpeluang rebound.

Ketika Bitcoin anjlok ke $16.000 akhir 2022, banyak investor yang memanfaatkan momen itu untuk akumulasi. Satu tahun kemudian, harga telah melonjak di atas $40.000, memberikan keuntungan lebih dari 150% bagi yang berani membeli di titik terendah.

Namun, buy the dip bukan tanpa risiko. Jika koreksi berubah menjadi bear market jangka panjang, potensi penurunan nilai (drawdown) bisa semakin besar. Karena itu, selalu alokasikan dana yang siap hold jangka panjang.

Tips Buy the Dip yang Aman

– Gunakanlah dana yang tidak akan dipakai dalam waktu dekat.

– Diversifikasi waktu beli (misal: beli sebagian di $30.000, tambah lagi jika turun ke $28.000).

– Hindari overleveraging atau memaksakan pinjaman untuk beli kripto.

Jika Anda tidak punya waktu memantau analisis teknikal, DCA mungkin lebih aman. Buy the Dip memerlukan kesabaran serta pemahaman terhadap sinyal-sinyal pasar.

3. HODLing

Bitcoin

Investasi Bitcoin

HODLing (istilah slang untuk hold) adalah strategi pasif dengan menyimpan Bitcoin dalam waktu lama, terlepas dari fluktuasi pasar. Pendekatan ini didasari keyakinan bahwa nilai Bitcoin akan terus naik seiring adopsi global dan kelangkaannya (halving).

Banyak early adopter Bitcoin menjadi kaya karena HODLing. Misalnya, mereka yang membeli di 2010 dengan harga $0.08 dan bertahan hingga sekarang telah melihat keuntungan luar biasa.

Bitcoin memiliki suplai maksimum 21 juta koin, dan setiap 4 tahun, halving mengurangi pasokan baru. Dari sudut pandang ekonomi, kelangkaan ini mendorong kenaikan harga dalam siklus panjang.

Ahli seperti PlanB (pencipta model Stock-to-Flow) memprediksi Bitcoin bisa mencapai $100.000–$500.000 dalam beberapa tahun ke depan. Bagi HODLer, volatilitas jangka pendek hanyalah *noise*.

Cara HODL yang Efektif

– Simpan Bitcoin di hardware wallet seperti Ledger atau Trezor untuk keamanan maksimal.

– Hindari godaan menjual saat harga turun 20–30%, kecuali ada kebutuhan mendesak.

– Perbarui pengetahuan tentang perkembangan regulasi dan teknologi blockchain.

Strategi ini membutuhkan kesabaran ekstra, terutama saat pasar sedang turun lama. Jika Anda tipe investor yang ingin keuntungan cepat, HODLing mungkin terasa membosankan.

4. Trading Swing

Tidak seperti HODLing, swing trading fokus meraih profit dari fluktuasi harga dalam rentang waktu beberapa hari hingga mingguan. Trader menggunakan analisis teknikal untuk mengidentifikasi pola seperti head and shoulders atau double bottom.

Contoh sukses adalah membeli Bitcoin di $25.000 saat breakout dan menjual di $35.000 sebelum koreksi. Keuntungan 40% dalam beberapa minggu bisa lebih menarik daripada menunggu tahunan.

Tools yang Dibutuhkan untuk Swing Trading

– Indikator MACD dan Bollinger Bands untuk konfirmasi tren.

– Platform trading dengan fitur *stop-loss* (contoh: Bybit, OKX).

– Pemantauan berita makro (kebijakan Fed, regulasi kripto).

Risiko Swing Trading

– Emosi kerap mempengaruhi keputusan, seperti FOMO atau panic selling.

– Terlalu sering melakukan jual-beli bisa mengurangi keuntungan karena terpotong biaya transaksi.

Jika Anda punya waktu memantau pasar dan memahami analisis teknikal dasar, strategi ini bisa memberikan return lebih cepat daripada HODLing.

5. Staking & Lending

Beberapa platform seperti BlockFi (sebelum kolaps) dan Nexo menawarkan bunga hingga 8% per tahun untuk menyimpan Bitcoin. Dengan staking atau lending, aset kripto Anda bekerja menghasilkan pendapatan pasif.

Namun, risiko utama adalah keamanan platform. Pastikan memilih penyedia yang terpercaya dan terlisensi.

Untuk yang ingin exposure Bitcoin tanpa langsung memegang koin, ETF seperti BlackRock’s IBITnatau produk futures di CME bisa menjadi pilihan.

Keuntungan & Kerugian Staking

✅ Passive income tanpa perlu trading aktif.

❌ Risiko platform hack atau rug pull.

 

Bitcoin menawarkan berbagai peluang, mulai dari investasi konservatif (DCA/HODLing) hingga pendekatan agresif (swing trading). Kunci suksesnya adalah disiplin dan pemahaman akan risiko.

Jika Anda pemula, mulailah dengan DCA atau HODLing. Untuk yang lebih berpengalaman, kombinasi beberapa strategi (misal: 70% HODL + 30% trading) bisa memaksimalkan hasil. (dda)