Benarkah Kabar GOTO Akan Merger dengan GRAB?

Kabar GOTO Dan GRAB Merger
Kabar mengenai potensi merger antara PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dengan Grab Holdings Ltd (GRAB) kembali mencuat ke permukaan, memicu perbincangan hangat di kalangan pengamat pasar dan investor.
Berita ini datang setelah beberapa kali spekulasi serupa sebelumnya. Namun, apakah benar kedua raksasa teknologi asal Asia Tenggara ini akan bergabung? Berikut ulasan mendalam mengenai kabar tersebut dan implikasinya terhadap industri serta pasar saham.
1. Klarifikasi dari GoTo
Corporate Secretary PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk, R A Koesoemohadiani, secara resmi membantah kabar mengenai kesepakatan merger dengan Grab yang sempat beredar luas di media massa. Melalui keterbukaan informasi yang disampaikan pada 5 Februari 2025, GoTo menegaskan bahwa hingga saat ini tidak ada kesepakatan untuk melakukan transaksi merger.
Koesoemohadiani juga menambahkan bahwa berita yang beredar sebelumnya adalah spekulasi semata yang kerap muncul dari waktu ke waktu.Meskipun begitu, kabar seperti ini bukan kali pertama muncul. Sejak tahun lalu, isu serupa pernah mencuat, menambah teka-teki tentang kemungkinan merger antara kedua perusahaan besar tersebut.
2. Kabar Merger GoTo dan Grab
Spekulasi mengenai merger antara GoTo dan Grab pertama kali muncul pada awal Februari 2024, saat kabar tersebut menyebutkan bahwa pemegang saham utama kedua perusahaan mendukung pembicaraan merger.
Beberapa opsi yang pernah dibahas antara lain pemisahan pasar utama mereka, di mana Grab akan menguasai pasar Singapura dan beberapa pasar lainnya, sementara GoTo tetap berfokus di Indonesia.
Menurut beberapa laporan, pembicaraan mengenai merger tersebut diperkirakan akan selesai pada 2025, meskipun prosesnya masih terus berlangsung. Salah satu eksekutif yang terlibat dalam negosiasi bahkan menyebutkan bahwa kesepakatan merger harus terwujud sebelum akhir 2025, atau akan batal selamanya.

Benarkah Kabar Goto Dan Grab Merger
3. Reaksi Grab terhadap Kabar Merger
Saat kabar ini coba dikonfirmasi kepada Grab, perusahaan yang terdaftar di bursa saham Nasdaq tersebut mengeluarkan pernyataan yang tidak mengomentari rumor atau spekulasi yang beredar. Hal ini memperkuat dugaan bahwa baik GoTo maupun Grab sedang berhati-hati dalam menyikapi isu ini.
4. Potensi Keuntungan dari Merger
Jika merger antara GoTo dan Grab benar-benar terjadi, ada beberapa alasan mengapa langkah ini dipandang sebagai langkah strategis yang bisa menguntungkan kedua belah pihak. Salah satunya adalah potensi penguatan posisi keduanya di pasar Asia Tenggara.
GoTo dan Grab memiliki bisnis yang sangat mirip, terutama dalam sektor ride-hailing (layanan transportasi online) dan pengantaran makanan, yang membuat keduanya menjadi pesaing langsung di banyak pasar. Dengan merger, kedua perusahaan ini bisa mengurangi persaingan satu sama lain dan meningkatkan efisiensi operasional.
Keduanya juga memiliki ambisi besar dalam sektor fintech (layanan keuangan digital). Bergabungnya dua raksasa ini akan memperkuat posisi mereka di pasar digital, membuka peluang untuk lebih banyak sinergi bisnis di sektor ride-hailing, layanan keuangan digital, serta e-commerce.
Para analis juga berpendapat bahwa merger ini akan membantu kedua perusahaan dalam menghadapi tekanan persaingan yang semakin ketat di Asia Tenggara, terutama dari pesaing besar seperti Uber Technologies Inc. Merger ini juga akan memberi GoTo dan Grab akses yang lebih besar ke sumber daya dan pelanggan yang lebih luas di kawasan ini.
5. Dukungan SoftBank terhadap GoTo dan Grab
Baik GoTo maupun Grab memiliki dukungan besar dari SoftBank Group Corp., konglomerat asal Jepang yang dikenal sebagai investor utama dalam berbagai perusahaan teknologi di Asia. Grab, yang melantai di Nasdaq pada tahun 2020 melalui merger dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC), saat ini memiliki valuasi sekitar USD 18,28 miliar.
Sementara itu, GoTo yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki valuasi sekitar 85,85 triliun rupiah (USD 5,25 miliar). Dukungan dari SoftBank diyakini menjadi salah satu faktor yang memperkuat kemungkinan merger ini.
SoftBank sendiri dikenal sebagai investor yang mendukung penggabungan perusahaan-perusahaan teknologi untuk menciptakan perusahaan yang lebih besar dan lebih efisien dalam menghadapi persaingan global.
6. Dampak terhadap Saham GoTo
Setelah kabar merger ini beredar, saham GoTo (GOTO) mengalami penguatan yang signifikan. Pada 4 Februari 2025, saham GOTO tercatat naik sebesar 7,41 persen, mencapai posisi 87. Kenaikan ini mencerminkan optimisme pasar terhadap potensi perbaikan kinerja GoTo, baik melalui merger dengan Grab maupun strategi perusahaan yang lebih luas.
Analis pasar menilai jika merger ini benar-benar terjadi, dampaknya bisa sangat besar, baik bagi sektor bisnis maupun pergerakan saham. Pengamat pasar modal, Hendra Wardana, berpendapat bahwa penggabungan dua perusahaan besar ini akan memperkuat dominasi mereka di pasar Asia Tenggara, mengurangi persaingan langsung, serta meningkatkan efisiensi operasional.
7. Prospek Keuangan GoTo dan Grab
Sementara itu, dari sisi keuangan, GoTo terus menunjukkan tren positif. Laporan keuangan 9M24 menunjukkan peningkatan pendapatan sebesar 11 persen YoY menjadi Rp 11,6 triliun, dengan perbaikan laba usaha dan laba bersih yang masing-masing tumbuh 76,7 persen YoY dan 52,7 persen YoY. Adjusted EBITDA GoTo hampir mencapai titik impas, yang menunjukkan prospek positif bagi perusahaan di masa depan.
Jika tren ini berlanjut, GoTo berpotensi mencetak EBITDA positif pada 2025, yang akan membuka peluang bagi investor institusi untuk masuk lebih dalam ke dalam saham GoTo. Hal ini bisa membuat saham GoTo semakin menarik bagi para investor di pasar saham.
8. Sentimen Pasar terhadap Merger GOTO dan GRAB
Berdasarkan analisis teknikal, saham GoTo saat ini berada dalam tren positif, dengan resistance kuat di level 91. Jika berhasil menembus level ini, saham GoTo berpotensi menguji level psikologis 100. Bloomberg memperkirakan bahwa valuasi saham GoTo dalam skenario merger bisa mencapai lebih dari Rp 100 per lembar, dengan Grab disebut-sebut menargetkan akuisisi pada valuasi lebih dari USD 7 miliar.
Bagi investor, merger ini menjadi topik yang sangat menarik untuk dicermati, terutama mengingat potensi profitabilitas yang semakin nyata. Jika GOTO benar-benar mencapai EBITDA positif dan merger terealisasi, saham GoTo berpotensi kembali menarik perhatian pasar dan mendekati harga IPO-nya.
Meski kabar merger GoTo dan Grab kembali mencuat, baik GoTo maupun Grab hingga saat ini belum memberikan konfirmasi resmi terkait kesepakatan penggabungan usaha tersebut. Meskipun demikian, potensi merger ini membawa peluang besar untuk kedua perusahaan, baik dalam memperkuat posisi pasar mereka di Asia Tenggara maupun meningkatkan efisiensi operasional.
Bagi investor, kabar ini memberikan optimisme tersendiri, terutama terkait dengan prospek keuangan GoTo yang semakin membaik. Namun, tantangan dalam hal regulasi dan integrasi budaya perusahaan juga harus diperhatikan. Sambil menunggu perkembangan lebih lanjut, pasar akan terus mengamati dengan seksama langkah-langkah yang akan diambil oleh kedua perusahaan ini. (WAN)