Categories: Nasional

Bahlil Sebut Perang Tarif Impor AS Tak Perlu Ditanggepi Serius: Jangan Seolah Dunia Mau Berakhir

Pada 16 April 2025, dalam acara Halal Bihalal yang diselenggarakan oleh Partai Golkar di Jakarta, Ketua Umum Bahlil Lahadalia memberikan pernyataan penting terkait hubungan dagang Indonesia dengan Amerika Serikat (AS).

Di tengah kontroversi mengenai kebijakan tarif impor AS yang baru-baru ini diberlakukan, Bahlil menekankan pentingnya ketenangan dan perspektif yang lebih rasional dalam menghadapi situasi tersebut.

Ia mengingatkan masyarakat agar tidak terlalu khawatir bahkan menganggap kebijakan ini sebagai bencana besar bagi perekonomian Indonesia.

Pernyataan ini dikeluarkan seiring dengan kabar bahwa Indonesia bersama dengan beberapa negara lain terkena tarif resiprokal sebesar 32% yang diberlakukan oleh AS.

Meskipun demikian, kebijakan tarif impor ini belum sepenuhnya berlaku, karena Presiden AS Donald Trump menunda pemberlakuannya selama tiga bulan, memberikan sedikit ruang bagi Indonesia untuk melakukan penyesuaian strategi.

Pada saat ini, AS hanya memberlakukan tarif impor sebesar 10%. Namun, ketegangan yang muncul akibat kebijakan ini tetap mempengaruhi hubungan ekonomi kedua negara.

Tanggapan Bahlil Soal Perang Tarif Impor AS

Bahlil meminta masyarakat untuk tidak menanggapi serius perihal perang tarif impor yang kini tengah memanas.

“Menurut saya ini hal yang biasa saja, jangan juga ditanggapi serius seperti dunia ini sudah mau berakhir,” kata Bahlil dengan tegas.

Bahlil menjelaskan bahwa kebijakan tarif yang diberlakukan oleh AS merupakan bagian dari strategi negosiasi internasional.

Ia melihat hal tersebut sebagai langkah yang biasa dalam diplomasi perdagangan.

Dari keterangannya, kebijakan tarif impor hanyalah gebrakan tambahan agar negara lain datang untuk bernegosiasi.

Menurut Bahlil, negara-negara yang dihadapkan pada tarif tinggi sering kali enggan datang untuk bernegosiasi jika tidak ada dorongan tambahan.

Tarif impor yang lebih tinggi ini, menurutnya, berfungsi sebagai pemicu untuk memulai pembicaraan yang lebih serius tentang hubungan perdagangan.

Pengalaman Bahlil selama menjadi Pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) memberi pemahaman mengenai taktik perdagangan semacam ini.

Bahlil menyatakan jika perang tarif impor AS tidak perlu ditanggapi serius dan panik.

“Karena kalau disuruh datang baik-baik, nggak mau datang. Buat dulu gerakan tambahan, habis itu orang datang,” tuturnya.

Meskipun Bahlil menyatakan bahwa perang tarif tidak perlu ditanggapi dengan panik, ia tidak menutup mata terhadap dampak negatif jika tarif impor AS diterapkan secara penuh.

Dalam situasi ini, Indonesia berisiko mengalami defisit neraca perdagangan dengan AS, yang dapat menekan perekonomian domestik.

Untuk menghadapi kemungkinan tersebut, Bahlil menegaskan pentingnya hilirisasi industri sebagai solusi jangka panjang.

Hilirisasi adalah proses pengolahan bahan mentah menjadi produk jadi yang memiliki nilai tambah lebih tinggi, yang pada gilirannya dapat meningkatkan ekspor dan mendatangkan pemasukan yang signifikan.

Ia memproyeksikan bahwa melalui hilirisasi industri, Indonesia bisa mendapatkan pemasukan tambahan sekitar $10 hingga $14 miliar, yang dapat membantu menyeimbangkan neraca perdagangan dengan AS.

Adapun Golkar sebagai bagian dari pemerintah memiliki peran besar dalam mendorong kebijakan ini.

“Nah di sinilah Golkar memainkan peran sebagai bagian dari pemerintah untuk bisa mengimplementasikan,” paparnya.

Proses Negosiasi dengan AS Kini Sedang Berlangsung

Di tengah ketegangan yang melanda hubungan dagang Indonesia-AS, proses diplomasi dan negosiasi tetap berjalan dengan intens.

Indonesia, yang diwakili oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, tengah melakukan perundingan dengan Pemerintah AS.

Negosiasi ini berlangsung dari 16-23 April 2025, dengan harapan dapat mencapai kesepakatan yang lebih menguntungkan bagi Indonesia.

Pemerintah Indonesia telah mengajukan serangkaian tawaran strategis dalam perundingan ini untuk mengurangi dampak tarif impor yang diberlakukan AS.

Ada empat poin utama yang disampaikan dalam tawaran tersebut, di antarnya sebagai berikut.

  • Indonesia mengusulkan kerangka Investment Agreement yang bertujuan untuk meningkatkan investasi AS di Indonesia.
  • Indonesia mengajukan proposal untuk deregulasi Non-Tariff Measures (NTM) yang berfungsi untuk menyederhanakan aturan dan prosedur yang ada agar lebih memudahkan perdagangan antara kedua negara.
  • Indonesia menawarkan untuk meningkatkan impor dan investasi dari AS melalui pembelian migas (minyak dan gas).
  • Indonesia menawarkan insentif fiskal maupun non-fiskal untuk menarik lebih banyak investasi AS ke Indonesia.

Dengan tawaran tersebut, Indonesia berharap dapat meredakan ketegangan yang muncul akibat kebijakan tarif impor dan membuka peluang bagi AS untuk mengurangi tarif yang diberlakukan terhadap produk Indonesia.

Menunggu Hasil Negosiasi

Saat ini, hasil dari negosiasi antara Indonesia dan AS masih dalam proses dan belum ada keputusan akhir.

Namun, dengan tawaran yang telah diajukan, Indonesia berharap dapat menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan bagi ekonomi nasional.

Pemerintah juga berharap agar negosiasi ini dapat menghasilkan kesepakatan yang tidak hanya mengurangi tarif impor, tetapi juga meningkatkan hubungan ekonomi jangka panjang antara kedua negara.

Sebagai negara yang terus berusaha memperkuat posisi ekonominya di panggung internasional, Indonesia tidak hanya bergantung pada satu pasar atau satu negara mitra dagang.

Oleh karena itu, selain bernegosiasi dengan AS, Indonesia juga aktif mencari pasar baru untuk produk-produk ekspor, serta mendorong relokasi industri dari negara-negara yang terkena tarif tinggi, seperti halnya Cina.

Perang tarif impor AS hingga saat ini masih memanas. Bahkan, akibat kebijakan yang diberlakukan Donald Trump, negara China dengan tarif resiprokal paling tinggi kini mendapat ancaman tarif hingga 245 persen. (fam)