Apa Itu Italian Brainrot atau Meme Anomali AI yang Lagi Viral di TikTok? Begini Asal Mulanya

Mengenal Italian Brainrot atau meme anomali AI yang sedang viral di TikTok.
Belakangan ini, media sosial ramai dengan tren aneh bernama Italian Brainrot. Meme ini menampilkan hewan-hewan hasil AI yang digabung dengan benda tak lazim.
Contohnya, seekor hiu memakai sepatu Nike atau buaya yang menjadi pesawat tempur. Fenomena ini menarik perhatian banyak pengguna TikTok.
Asal Usul Fenomena Italian Brainrot
Tren Italian Brainrot bermula pada Januari 2025 di TikTok.
Akun bernama @eZburger401 menjadi pelopornya dengan unggahan video pertama yang menampilkan karakter “Tralalero Tralala”, sebuah hiu antropomorfik yang memakai sepatu Nike dan berbicara dalam bahasa Italia melalui suara AI.
Video tersebut menjadi viral karena tampilannya yang unik dan narasinya yang aneh.
Narasi tersebut diisi dengan kalimat-kalimat absurd dalam bahasa Italia yang seolah tak memiliki arti logis, namun justru menimbulkan tawa.
Seiring waktu, karakter-karakter lain seperti “Bombardiro Crocodilo”, seekor buaya bersayap yang berperan sebagai pesawat tempur, dan “Lirili Larila” ikut bermunculan.

Brainrot Larili Larila, gajah bertubuh kaktus.
Semuanya disampaikan dalam format video pendek dengan narasi yang dibuat secara acak oleh generator AI.
Fenomena ini dianggap sebagai bentuk baru dari eksperimen seni digital di era AI generatif.
Tidak hanya menggabungkan visual surealis dengan narasi absurd, meme ini juga memperlihatkan bagaimana algoritma dapat menciptakan sesuatu yang menghibur meski tanpa makna yang jelas.
Ciri Khas dan Daya Tarik Meme Ini
Meme Italian Brainrot memiliki ciri visual yang mencolok dan sangat tidak konvensional.
Gambar-gambar hewan hasil AI dipadukan dengan objek atau atribut manusia secara berlebihan.
Tak jarang, satu karakter memiliki lebih dari dua tangan atau wajah ganda, menambah kesan aneh dan absurd.
Efek visual ini sengaja dibiarkan tidak sempurna demi menekankan kesan “glitch” atau anomali.
Narasi yang digunakan juga menjadi kunci utama daya tariknya. Suara AI dengan logat Italia yang kental mengucapkan kata-kata yang terkesan acak namun berima, seperti mantra atau nyanyian.
Beberapa narasi bahkan mengandung elemen religius, kebudayaan pop, hingga komentar sosial yang disisipkan secara sembarangan.
Perpaduan semua unsur ini menciptakan kesan yang surealis sekaligus memesona.
Fenomena Italian Brainrot pun dianggap sebagai bagian dari tren humor generasi Z yang cenderung menghargai hal-hal absurd dan tidak masuk akal.
Alih-alih logika, yang dicari adalah rasa geli karena ketidakwajaran.
Penyebaran dan Popularitas di Media Sosial
Setelah mencuat di TikTok, meme Italian Brainrot langsung menyebar ke berbagai platform sosial lainnya.
Pengguna di Instagram mulai membagikan potongan video dengan subtitle buatan sendiri.
Sementara itu, di YouTube, para kreator membuat video kompilasi atau parodi dengan gaya serupa.
Popularitasnya meluas karena para pengguna tidak hanya menonton tetapi juga ikut serta membuat versi mereka sendiri.
Beberapa pengguna mengunggah karakter baru seperti “Capybarapapalapa” dan “Pizza di Cavallo”.
Hashtag #ItalianBrainrot kini telah mencapai lebih dari 200 juta tampilan di TikTok. Ini membuktikan bahwa meme ini tidak hanya viral sementara, tetapi juga membentuk subkultur digital tersendiri.
Versi Lokal dan Adaptasi Budaya
Menariknya, tren Italian Brainrot mulai diadaptasi oleh komunitas dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Muncul varian lokal yang menggabungkan elemen budaya setempat ke dalam format yang sama.
Misalnya, muncul karakter seperti “Tung Tung Tung Sahur”, karakter berbentuk pemukul kentongan yang memiliki kata, hidung, mulut, tangan dan kaki.
Selain itu, juga muncul “Boneca Ambalabu”, karakter aneh berkepala katak, bertubuh ban, dan memiliki kaki.

Brainrot Tung Tung Tung Sahur dan Boneca Ambalabu.
Adaptasi ini menggunakan bahasa daerah atau logat lokal, dan narasi disesuaikan dengan humor masyarakat setempat.
Ini menandakan bahwa konsep brainrot sangat fleksibel dan mudah dikontekstualisasikan.
Tak hanya di Indonesia, komunitas dari Filipina, Brasil, hingga Jerman juga menciptakan versi masing-masing.
Mereka mengganti bahasa, simbol, dan elemen visual agar sesuai dengan konteks budaya mereka.
Proses adaptasi ini bukan sekadar plagiat, tetapi transformasi kreatif. Ini mencerminkan bagaimana budaya digital lintas negara bisa saling terhubung dan saling mempengaruhi dengan cepat.
Italian Brainrot adalah salah satu contoh paling nyata bagaimana teknologi AI dapat menciptakan tren budaya populer yang unik.
Dengan menggabungkan visual yang tidak masuk akal, suara narasi absurd, dan humor yang tidak logis, meme ini berhasil mencuri perhatian dunia.
Kehadiran Italian Brainrot memperlihatkan bahwa kreativitas manusia tidak lagi terbatas oleh alat tradisional.
Kini, dengan bantuan AI, ide-ide liar dan aneh sekalipun bisa menjadi hiburan yang dikonsumsi jutaan orang.
Meme ini juga memperlihatkan dinamika budaya internet di tahun 2025, di mana absurditas menjadi bagian dari arus utama.
Dalam dunia yang semakin digital, tren seperti ini menunjukkan bahwa ekspresi kreatif bisa hadir dalam bentuk paling tak terduga.
Dengan semakin berkembangnya teknologi text-to-image, text-to-voice, dan generator AI lainnya, bukan tidak mungkin Italian Brainrot hanyalah permulaan.
Tren serupa dari budaya lain kemungkinan besar akan muncul dan mewarnai lanskap media sosial dalam waktu dekat.
Dalam konteks ini, Italian Brainrot bukan sekadar meme viral. Ia adalah cerminan dari era baru, di mana kreativitas, teknologi, dan kekacauan berjalan beriringan dengan kecepatan tinggi. (fam)