Apa Itu BlackRock? Fakta, Sejarah, dan Peranannya di Indonesia Bersama Danantara
CEO Danantara, Rosan Roeslani, baru-baru ini melakukan kunjungan ke BlackRock, perusahaan investasi dan manajemen aset terkemuka asal Amerika Serikat.
Dalam pertemuannya, Rosan menjelaskan bahwa kemitraan antara Danantara dan BlackRock ini sangat strategis.
Kolaborasi tersebut akan menjadi sinergi yang kuat antara prioritas pembangunan Indonesia dan kapabilitas global yang dimiliki oleh BlackRock, khususnya dalam pengelolaan aset, pembiayaan transisi energi, serta pengembangan infrastruktur digital di Tanah Air.
BlackRock didirikan pada tahun 1988 oleh delapan tokoh terkemuka dalam industri keuangan, termasuk Larry Fink, Barbara Novick, dan Robert S. Kapito.
Mereka memiliki visi bersama untuk menawarkan layanan manajemen aset yang berfokus pada manajemen risiko kepada klien-klien mereka. Sejak awal, BlackRock berkomitmen untuk mengintegrasikan inovasi dan teknologi dalam setiap layanan yang mereka tawarkan.
Pada tahun 1999, BlackRock meluncurkan Aladdin, sebuah platform manajemen investasi yang menggabungkan analisis risiko, perdagangan, manajemen portofolio, dan berbagai alat operasional dalam satu sistem terpadu.
Keberhasilan Aladdin turut membawa BlackRock ke pasar publik pada tahun yang sama melalui penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek New York dengan harga saham sebesar US$ 14. Pada saat itu, BlackRock telah mengelola aset senilai US$ 165 miliar.
Tidak berhenti di situ, BlackRock melanjutkan ekspansinya dengan mengakuisisi perusahaan-perusahaan besar, termasuk Merrill Lynch Investment Management pada tahun 2006, dan Barclays Global Investors (BGI) pada 2009.
Langkah-langkah ini memperkuat posisi BlackRock sebagai pengelola aset terbesar di dunia. Perusahaan ini kini memiliki karyawan yang tersebar di 24 negara di seluruh dunia.
Apa Itu BlackRock? Fakta, Sejarah, dan Peranannya di Indonesia Bersama Danantara
Pada tahun 2012, BlackRock meluncurkan iShares Core, yang memberikan akses kepada investor ke pasar saham dan obligasi secara lebih efisien.
Seiring dengan perkembangan teknologi, pada tahun 2018 BlackRock membuka Lab AI di Palo Alto, California, dan setahun setelahnya mengakuisisi eFront, sebuah perusahaan penyedia perangkat lunak manajemen investasi.
Pada tahun 2024, BlackRock berhasil mencatatkan pencapaian keuangan yang luar biasa. Perusahaan ini melaporkan total aset kelolaan (AUM) yang mencapai US$ 11,6 triliun, atau sekitar Rp 190.414 triliun, berdasarkan kurs Rp 16.000 per dolar AS.
Angka ini didorong oleh arus masuk bersih yang mencapai rekor sebesar US$ 641 miliar sepanjang tahun tersebut. Pendapatan tahunan BlackRock juga mencatatkan rekor, melampaui angka US$ 20 miliar, yang mencerminkan kenaikan sebesar 14 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Selain itu, BlackRock mencatatkan pertumbuhan pendapatan operasional yang disesuaikan sebesar 23 persen dengan margin industri yang mencapai 44,5 persen.
Kepemimpinan BlackRock saat ini dipimpin oleh Laurence D. Fink sebagai Chairman dan CEO, yang didampingi oleh sejumlah eksekutif senior di berbagai bidang. Beberapa di antaranya adalah Rob Kapito (Presiden), Joud Abdel Majeid (Kepala Global Pengelolaan Investasi), Susan Chan (Kepala Asia Pasifik), serta beberapa nama besar lainnya.
Dengan jejak sejarah yang panjang dan pencapaian yang mengesankan dalam industri manajemen aset global, BlackRock kini telah menjalin kemitraan strategis dengan Danantara. Kemitraan ini bertujuan untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan transisi energi di Indonesia, yang saat ini menjadi prioritas utama bagi negara berkembang ini.
Selain itu, pengembangan infrastruktur digital yang semakin mendesak akan mendapat dukungan kuat dari BlackRock berkat keahliannya dalam pengelolaan aset dan investasi global.
Langkah ini diharapkan tidak hanya mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan berkelanjutan di sektor energi dan teknologi digital yang semakin berkembang.(amp)