Amankah Diet Intermittent Fasting? Dokter Gizi Jelaskan Batasan dan Tipsnya

Diet intermmitent fasting menurut dokter

KLIKBERITA24.COM - Metode diet intermittent fasting kini menjadi salah satu tren yang populer di kalangan banyak orang. Diet ini dianggap efektif menurunkan berat badan tanpa harus mengorbankan makanan favorit sehari-hari.

Namun, tidak sedikit yang menjalankan pola makan ini tanpa pemahaman yang tepat, sehingga hasilnya bisa kurang maksimal bahkan berisiko bagi kesehatan.

Dokter spesialis gizi dari Himpunan Studi Obesitas Indonesia, Gaga Irawan Nugraha, menekankan pentingnya kehati-hatian dalam menjalankan intermittent fasting.

Menurutnya, salah satu kunci keberhasilan diet ini adalah memperhatikan durasi jendela makan, agar tidak terlalu pendek atau ketat sehingga tubuh tetap mendapat asupan nutrisi yang cukup.

“Kalau masih 8 jam itu tidak masalah, 6 jam ya tidak apa-apa sih tapi tetap harus dipantau. Nah kalau sudah sampai 20 jam puasa, lalu 4 jam untuk makan ini sudah ekstrim sebaiknya tidak boleh,” jelas Gaga.

Intermittent fasting sebenarnya adalah teknik mengurangi asupan makanan dengan berpuasa dalam rentang waktu tertentu.

Namun, kebanyakan orang cenderung keliru dalam praktiknya, terutama saat waktu makan tiba. Sering kali, mereka justru makan berlebihan sebagai kompensasi setelah berpuasa selama belasan bahkan 20 jam.

Kebiasaan makan secara berlebihan ini berpotensi membuat berat badan tetap naik karena asupan kalori tidak dikontrol dengan baik.

Selain itu, pola makan yang tidak seimbang juga menjadi persoalan serius. Gaga mengingatkan, kualitas makanan saat berbuka puasa sangat berpengaruh pada keberhasilan diet.

“Ini buka dengan mi instan, makanan cepat saji, ya sama saja. Lebih baik defisit kalori daripada intermittent fasting,” tegasnya.

Jadi, sekadar menjalani puasa panjang tanpa memperhatikan asupan nutrisi sama saja dengan sia-sia, bahkan bisa memperburuk kondisi tubuh.

Diet intermmitent fasting

Diet Intermmitent Fasting

Alih-alih melakukan puasa ekstrem, dokter Gaga menyarankan agar diet tetap disertai sarapan dengan menu lengkap yang mencakup karbohidrat, protein, dan sayuran.

Sarapan yang tepat akan membantu tubuh merasa kenyang lebih lama, sekaligus menahan keinginan ngemil berlebihan di siang hari.

“Sarapan ada karbohidrat, protein, dan sayuran. Ini sudah bagus sekali,” ungkapnya. Sarapan lengkap memberikan energi yang cukup sehingga pikiran bisa lebih fokus dan perut tidak cepat lapar.

Menurut Gaga, tidak sarapan lalu makan berlebihan di siang hari justru membuat tubuh tidak nyaman dan berdampak negatif pada kesehatan.

Dengan sarapan yang cukup dan bergizi, proses diet akan lebih efektif dan tubuh tetap mendapatkan asupan penting yang dibutuhkan.

“Perut kenyang, pikiran juga nyaman dan bisa lebih konsentrasi. Jadi saran saya lebih baik sarapan berat dengan menu lengkap, alih-alih tidak sarapan dan siangnya makan berlebihan,” imbuhnya.

Diet intermittent fasting memang memiliki potensi manfaat untuk penurunan berat badan, asal dijalankan dengan benar dan seimbang.

Tidak hanya soal waktu makan, tetapi juga kualitas dan jumlah kalori yang dikonsumsi selama jendela makan harus diperhatikan secara seksama.

Keseimbangan ini penting agar diet tidak hanya menurunkan berat badan, tetapi juga menjaga kesehatan secara menyeluruh.

Jangan sampai diet malah mengganggu metabolisme atau menyebabkan masalah kesehatan lain akibat kekurangan nutrisi.

Sebagai penutup, bagi Anda yang ingin mencoba intermittent fasting , perhatikan waktu dan porsi makan, serta pilih makanan yang sehat dan bergizi.

Jangan terpaku pada durasi puasa yang panjang tanpa memperhatikan kualitas asupan makanan. Selalu konsultasikan dengan ahli gizi atau dokter sebelum memulai pola diet ini, terutama jika memiliki kondisi kesehatan tertentu.

Diet yang aman dan sehat adalah diet yang mampu memberikan hasil tanpa mengorbankan fungsi tubuh dan keseimbangan nutrisi.

Dengan pola makan yang benar, intermittent fasting bisa menjadi salah satu solusi gaya hidup sehat yang efektif dan berkelanjutan. (ctr)