Alasan Xi Jinping Tidak Kunjungi RI di Tur Asia Tenggara

Kunjungan Xi Jinping
Dalam tur diplomatiknya ke beberapa negara Asia Tenggara, Presiden Tiongkok Xi Jinping tidak menyertakan Indonesia dalam daftar kunjungannya.
Padahal, Indonesia merupakan negara terbesar di kawasan ini dengan ekonomi yang kuat dan memiliki hubungan diplomatik yang erat dengan Tiongkok.
Keputusan ini menimbulkan berbagai spekulasi dan pertanyaan. Apa alasan di balik keputusan Xi Jinping tersebut? Apa pengaruhnya bagi hubungan kedua negara?
Hubungan Diplomatik Tiongkok dan Indonesia
Indonesia dan Tiongkok memiliki hubungan yang cukup baik, baik di bidang perdagangan, investasi, maupun kerjasama internasional.
Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Indonesia, dan Indonesia juga merupakan anggota penting dalam berbagai forum multilateral yang melibatkan Tiongkok, seperti APEC dan G20.
Selain itu, proyek-proyek infrastruktur besar yang melibatkan Tiongkok, seperti proyek kereta api Jakarta-Bandung, semakin mempererat hubungan kedua negara.
Namun, meskipun hubungan bilateral cukup kuat, keduanya memiliki beberapa perbedaan pandangan dalam beberapa isu, terutama terkait dengan Laut China Selatan dan kebijakan dalam negeri yang diterapkan oleh masing-masing negara.
Meskipun demikian, Indonesia tetap mempertahankan posisi netral dalam kebijakan luar negeri yang berhubungan dengan Tiongkok, yang kadang-kadang mempengaruhi tingkat kedekatan antara kedua negara tersebut.
Fokus Diplomasi Tiongkok di Asia Tenggara
Xi Jinping, dalam beberapa tahun terakhir, telah aktif memperluas pengaruh Tiongkok di kawasan Asia Tenggara.
Tiongkok semakin berfokus pada pembangunan hubungan dengan negara-negara seperti Thailand, Laos, Malaysia, dan Filipina.
Dalam kunjungan Xi ke negara-negara ini, banyak kesepakatan bisnis dan infrastruktur yang tercapai, mencakup berbagai bidang mulai dari perdagangan hingga kerjasama teknologi.
Namun, Indonesia tampaknya tidak termasuk dalam prioritas utama Xi Jinping kali ini. Mengapa? Sebagai salah satu ekonomi terbesar di Asia, Indonesia tentunya memiliki daya tarik tersendiri.
Lalu apa yang menyebabkan Xi Jinping memilih untuk tidak mengunjungi Indonesia dalam tur Asia Tenggara kali ini?
Alasan Ekonom: Fokus pada Negara Dengan Kepentingan Ekonomi Besar

Kunjungan Xi Jinping
Salah satu alasan yang dikemukakan oleh ekonom adalah bahwa Indonesia mungkin dianggap sudah memiliki hubungan yang cukup stabil dengan Tiongkok.
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah memperoleh berbagai keuntungan dari kerjasama dengan Tiongkok, seperti peningkatan ekspor dan investasi langsung.
Kunjungan Xi Jinping ke negara-negara lain mungkin lebih difokuskan pada negara-negara yang sedang mengembangkan hubungan ekonomi mereka dengan Tiongkok, atau yang memiliki kepentingan ekonomi yang lebih signifikan.
Negara-negara seperti Malaysia dan Thailand, misalnya, mungkin mendapatkan lebih banyak perhatian karena mereka lebih aktif dalam proyek-proyek Belt and Road Initiative (BRI) yang digagas Tiongkok.
Tiongkok melihat proyek-proyek infrastruktur yang melibatkan negara-negara ini sebagai investasi jangka panjang yang dapat menguntungkan kedua belah pihak, baik dalam bentuk kerjasama transportasi, energi, maupun konektivitas digital.
Selain itu, beberapa negara Asia Tenggara yang lebih kecil mungkin merasa lebih membutuhkan dukungan ekonomi langsung dari Tiongkok, mengingat tingginya ketergantungan mereka pada perdagangan dan investasi asing.
Dengan pendekatan ini, Tiongkok bisa memperluas pengaruhnya dengan cara yang lebih strategis, terutama dalam memperkuat hubungan ekonomi.
Politik dan Diplomasi: Pertimbangan Strategis
Selain faktor ekonomi, alasan politik juga turut mempengaruhi keputusan Xi Jinping untuk tidak mengunjungi Indonesia.
Meskipun Indonesia adalah negara besar dengan pengaruh politik yang signifikan di Asia Tenggara, ada beberapa pertimbangan diplomatik yang perlu diperhitungkan.
Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, sering kali mengedepankan kebijakan luar negeri yang lebih independen dan menghindari keterlibatan dalam persaingan antara kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan Tiongkok.
Indonesia juga memiliki kebijakan luar negeri yang sangat menjaga netralitasnya dalam konflik Laut China Selatan.
Sebagai negara yang terletak di sepanjang jalur perairan yang sangat strategis ini, Indonesia tidak selalu sepakat dengan posisi Tiongkok terkait klaim di wilayah tersebut.
Meskipun tidak terlibat langsung dalam sengketa Laut China Selatan, Indonesia tetap berhati-hati dalam merespons kebijakan-kebijakan Tiongkok yang lebih agresif di kawasan tersebut.
Selain itu, Indonesia juga aktif di forum-forum internasional seperti ASEAN dan G20, yang kadang-kadang mempertemukan Indonesia dengan negara-negara yang memiliki pandangan berbeda dengan Tiongkok.
Keputusan untuk tidak mengunjungi Indonesia bisa jadi merupakan langkah diplomatik untuk menghindari ketegangan lebih lanjut atau untuk menjaga jarak dari potensi perbedaan pandangan di tingkat internasional.
Pandangan Ekonom Terkait Dampaknya bagi Indonesia
Dari sudut pandang ekonom, ketidakhadiran Xi Jinping di Indonesia dalam tur Asia Tenggara tidak serta merta menandakan adanya ketegangan antara kedua negara.
Sebaliknya, beberapa ekonom berpendapat bahwa hubungan bilateral yang kuat antara Indonesia dan Tiongkok dapat tetap terjaga meskipun tanpa kunjungan langsung dari pemimpin Tiongkok.
Indonesia memiliki hubungan yang sangat penting dengan Tiongkok di bidang perdagangan, investasi, dan juga kerjasama multilateral.
Namun, tidak adanya kunjungan tersebut bisa menjadi sinyal bahwa Indonesia perlu lebih proaktif dalam meningkatkan kerjasama dengan Tiongkok, terutama di sektor-sektor strategis seperti teknologi, infrastruktur, dan energi terbarukan.
Indonesia juga dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkuat posisi tawarnya dalam kerjasama ekonomi dengan negara-negara besar lainnya, termasuk Amerika Serikat dan Jepang.
Keputusan Xi Jinping untuk tidak mengunjungi Indonesia dalam tur Asia Tenggara kali ini dapat dipahami dari berbagai sudut pandang.
Dari sisi ekonomi, Indonesia sudah memiliki hubungan yang stabil dengan Tiongkok, sementara negara-negara lain di kawasan ini mungkin memerlukan perhatian lebih dalam pembangunan hubungan ekonomi mereka.
Di sisi lain, faktor politik dan diplomatik juga memainkan peran penting dalam keputusan ini, dengan mempertimbangkan posisi Indonesia yang lebih independen dalam kebijakan luar negeri.
Namun, meskipun tidak ada kunjungan resmi dari Xi Jinping, hubungan antara Indonesia dan Tiongkok diperkirakan akan tetap kuat.
Kedua negara akan terus berfokus pada pengembangan kerjasama di berbagai bidang, sambil mengatasi tantangan diplomatik yang mungkin muncul.
Dengan kebijakan luar negeri yang terus adaptif, Indonesia tetap menjadi pemain kunci di Asia Tenggara yang tidak bisa diabaikan oleh Tiongkok. (ctr)