Mengupas gejala gagal ginjal yang tidak boleh disepelekan.
Gagal ginjal adalah kondisi serius yang sering kali berkembang secara perlahan dan diam-diam.
Namun, gejala gagal ginjal yang muncul sebenarnya dapat dikenali sejak awal jika kita lebih waspada terhadap sinyal tubuh, seperti sering merasa haus, mudah lelah, atau mengalami pembengkakan di beberapa bagian tubuh.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, jumlah penderita penyakit ginjal kronik di Indonesia telah mencapai lebih dari 5 juta orang
Jumlah angka tersebut terus meningkat karena minimnya kesadaran masyarakat akan gejala awal serta gaya hidup yang kurang sehat.
Gagal ginjal adalah kondisi ketika ginjal kehilangan kemampuan untuk menyaring limbah dan cairan berlebih dari darah secara efisien, yang kemudian menyebabkan penumpukan zat-zat beracun di dalam tubuh.
Ginjal yang sehat seharusnya mampu menyaring sekitar 180 liter darah per hari dan menghasilkan sekitar 1,5 liter urin.
Akan tetapi, saat mengalami gangguan, fungsi vital ini menurun drastis sehingga memicu berbagai komplikasi serius.
Di Indonesia, penyakit ini masuk dalam 10 besar penyebab kematian berdasarkan riset Global Burden of Disease, menandakan betapa pentingnya memahami dan mencegah gagal ginjal sejak dini.
Gagal ginjal terbagi menjadi dua jenis utama, meliputi gagal ginjal akut yang muncul tiba-tiba dan gagal ginjal kronik yang berkembang perlahan, di mana keduanya bisa sama-sama mengancam nyawa jika tidak ditangani dengan benar.
Karena sering kali tidak menimbulkan gejala yang signifikan di tahap awal, banyak pasien yang baru menyadari masalah ginjal mereka saat kondisinya sudah sangat parah dan membutuhkan cuci darah atau transplantasi ginjal.
Beberapa gejala gagal ginjal bisa terlihat jelas bila kita jeli mengamati perubahan dalam tubuh, dan gejala-gejala ini tidak boleh dianggap sepele karena bisa jadi pertanda awal bahwa ginjal sedang tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Rasa haus yang tidak wajar meskipun sudah cukup minum air bisa menjadi tanda bahwa ginjal tidak mampu menyeimbangkan cairan tubuh secara optimal.
Dehidrasi dan mudah lelah menjadi tanda penyakit gagal ginjal.
Kondisi ini sering dialami oleh penderita gagal ginjal tahap awal.
Kelelahan berlebihan terjadi karena penurunan produksi hormon eritropoietin yang memicu anemia, dan ini umum dirasakan oleh pasien gagal ginjal kronik menurut data dari Indonesian Renal Registry (IRR).
Ginjal yang tidak berfungsi dengan baik menyebabkan retensi cairan di dalam tubuh, sehingga bagian tubuh seperti kaki, pergelangan, dan kelopak mata dapat terlihat bengkak secara tiba-tiba.
Perubahan urin menjadi lebih gelap, berbusa, atau bahkan berdarah adalah gejala klasik gagal ginjal yang tidak boleh diabaikan, apalagi jika frekuensinya jauh lebih sering atau lebih jarang dari biasanya.
Penumpukan racun dalam darah yang tidak bisa dikeluarkan oleh ginjal dapat menimbulkan rasa mual dan mengganggu sistem pencernaan, sehingga penderita sering kehilangan selera makan secara drastis.
Kadar racun dalam darah yang tinggi juga berdampak pada fungsi otak, menyebabkan pasien merasa linglung, pusing, bahkan terkadang kebingungan ringan, terutama pada lansia atau pasien dengan riwayat hipertensi.
Gangguan tidur sering dialami penderita gagal ginjal karena nyeri tubuh atau rasa gatal ekstrem akibat ketidakseimbangan elektrolit dan penumpukan urea di bawah permukaan kulit.
Jika seseorang mengalami dua atau lebih gejala di atas secara bersamaan, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter dan menjalani tes fungsi ginjal berupa uji kreatinin, BUN (Blood Urea Nitrogen), dan laju filtrasi glomerulus (GFR).
Gagal ginjal bisa disebabkan oleh berbagai faktor risiko, mulai dari penyakit bawaan hingga kebiasaan hidup yang tidak sehat.
Penyebab utama gagal ginjal kronis di Indonesia adalah diabetes melitus tipe 2, yang menyumbang hampir 45% dari total kasus gagal ginjal menurut laporan Pernefri dan IRR, lalu disusul oleh hipertensi kronik yang menyumbang sekitar 30%.
Selain itu, penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) seperti ibuprofen dalam jangka panjang tanpa pengawasan medis juga turut meningkatkan risiko kerusakan ginjal secara perlahan.
Infeksi ginjal berulang, batu ginjal yang tidak diobati, serta kondisi autoimun seperti lupus nefritis juga dapat memperburuk kondisi ginjal jika tidak segera dikendalikan dengan pengobatan yang tepat.
Pada beberapa kasus, konsumsi suplemen atau jamu tradisional yang mengandung zat nefrotoksik juga menjadi penyebab gagal ginjal yang sering tidak disadari oleh masyarakat.
Kebiasaan minum air putih yang kurang, sering menahan kencing, dan pola makan tinggi garam atau protein hewani berlebihan juga memberi beban berat pada ginjal dan mempercepat kerusakan sel nefron.
Pengobatan gagal ginjal tergantung pada tingkat keparahan dan penyebab dasarnya.
Pengobatan gagal ginjal yang harus diketahui.
Pada tahap awal, dokter biasanya akan meresepkan obat untuk mengendalikan tekanan darah, mengatur kadar gula darah, serta diet rendah protein untuk meringankan kerja ginjal dan mencegah perburukan fungsi filtrasi.
Jika kondisi pasien masuk dalam stadium akhir (CKD stage 5), maka pilihan pengobatan yang tersedia biasanya terbatas pada cuci darah (hemodialisis), dialisis peritoneal, atau transplantasi ginjal yang membutuhkan donor kompatibel.
Di tahun 2025, teknologi pengobatan gagal ginjal terus berkembang, termasuk penggunaan filter darah portabel dan bioengineered kidney dalam tahap uji klinis, yang diharapkan bisa menjadi alternatif lebih praktis dari cuci darah rutin.
Selain itu, peran nutrisi semakin ditonjolkan dalam terapi gagal ginjal, di mana pasien diwajibkan mengikuti pola makan yang diawasi ahli gizi klinis, seperti diet DASH rendah sodium atau pola makan renal-friendly yang seimbang.
Beberapa rumah sakit di Indonesia kini juga telah mengadopsi sistem telemedisin khusus ginjal yang memungkinkan pasien berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis nefrologi tanpa harus datang ke rumah sakit setiap minggu.
Namun, sebagaimana diungkapkan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI), kunci utama dalam mengatasi gejala gagal ginjal tetap ada pada deteksi dini dan gaya hidup yang disiplin, bukan hanya bergantung pada teknologi atau pengobatan medis semata.
Mengetahui gejala gagal ginjal sedini mungkin bisa menjadi penyelamat nyawa karena semakin cepat diketahui, semakin besar peluang untuk mencegah kerusakan permanen dan komplikasi serius lainnya.
Dengan meningkatnya jumlah penderita penyakit ginjal di Indonesia setiap tahun, edukasi masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan ginjal harus dimulai dari hal-hal kecil seperti mencukupi asupan air, menghindari makanan tinggi garam, dan rajin melakukan medical check-up.
Tubuh selalu memberi sinyal jika ada yang tidak beres, rasa haus berlebihan, kelelahan yang tidak kunjung reda, atau perubahan warna urin bukanlah hal sepele yang bisa ditunda untuk diperiksakan.
Jika sudah mengenali gejala-gejala tersebut, jangan menunggu hingga ginjal benar-benar berhenti berfungsi, karena pencegahan selalu lebih murah dan mudah daripada pengobatan.
Dengan gaya hidup sehat, pemeriksaan rutin, dan kesadaran tinggi terhadap gejala gagal ginjal, kita bisa menjaga ginjal tetap kuat dan tubuh tetap bertenaga sampai usia lanjut. (fam)