5 Film Indonesia yang Dilarang Tayang di Bioskop tapi Raih Banyak Penghargaan

Film Indonesia yang Dilarang Tayang di Bioskop tapi Raih Banyak Penghargaan
Film Indonesia semakin berkembang dan menunjukkan keberagamannya dalam menghadirkan berbagai cerita yang mengangkat tema sosial, budaya, dan politik. Namun, tidak semua film ini dapat dengan mudah dinikmati oleh penonton di bioskop tanah air.
Beberapa film yang dianggap kontroversial atau menantang norma dan tradisi, malah dilarang tayang di bioskop, meski mendapatkan banyak apresiasi di dunia internasional. Pada umumnya, film-film ini dicekal atau dilarang tayang karena dianggap mengandung unsur yang dianggap sensitif atau bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut oleh sebagian besar masyarakat.
Namun, meski tidak dapat diputar di bioskop Indonesia, film-film ini tetap memperoleh pengakuan global berkat kualitas cerita dan pesan yang disampaikannya. Di artikel ini, kita akan membahas lima film Indonesia yang dilarang tayang di bioskop, namun tetap menuai banyak pujian dan apresiasi, baik di dalam maupun luar negeri.
Film Indonesia yang Dilarang Tayang di Bioskop tapi Raih Banyak Penghargaan
Berikut ini adalah beberapa film Indonesia yang dilarang tayang di bioskop tetapi raih banyak penghargaan:
1. The Act of Killing (2012)

The Act of Killing
The Act of Killing adalah sebuah film dokumenter yang disutradarai oleh Joshua Oppenheimer. Film ini mengangkat topik yang sangat sensitif di Indonesia, yaitu pembantaian massal yang terjadi pada tahun 1965-1966, yang melibatkan para anggota militer dan kelompok masyarakat sipil.
Oppenheimer mengundang para pelaku pembantaian untuk menceritakan kisah mereka, bahkan mereka diberi kebebasan untuk menggambarkan peristiwa tersebut melalui adegan dramatis. Film ini dilarang tayang di Indonesia karena dianggap menyudutkan citra negara dan melibatkan trauma sejarah yang belum selesai dihadapi oleh masyarakat Indonesia.
Meskipun demikian, The Act of Killing mendapatkan banyak penghargaan internasional, termasuk nominasi untuk Academy Awards dan penghargaan di Festival Film Cannes. Pengaruh film ini sangat besar dalam merangsang diskusi tentang sejarah kelam Indonesia, meskipun tidak pernah ditayangkan secara luas di dalam negeri.
2. The Look of Silence (2014)

The Look of Silence
Masih dalam tema yang sama dengan The Act of Killing, The Look of Silence adalah karya lanjutan Joshua Oppenheimer yang dirilis pada tahun 2014. Film ini berfokus pada kisah seorang pria bernama Adi, yang mencari kebenaran tentang pembunuhan yang menimpa saudara laki-lakinya pada peristiwa 1965.
Adi menemui para pelaku dan berusaha meminta pertanggungjawaban mereka, meskipun dia menghadapi berbagai ancaman. Seperti pendahulunya, The Look of Silence juga dilarang tayang di Indonesia karena memuat konten yang sangat sensitif tentang tragedi 1965.
Meski demikian, film ini mendapat pujian luas di dunia internasional dan berhasil memenangkan penghargaan di berbagai festival film bergengsi. Film ini tidak hanya membuka luka lama tetapi juga memberi perspektif yang mendalam mengenai dampak kekerasan politik terhadap keluarga-keluarga yang menjadi korban.
3. Kucumbu Tubuh Indahku (2018)

Kucumbu Tubuh Indahku
Kucumbu Tubuh Indahku adalah sebuah film yang disutradarai oleh Garin Nugroho dan mendapatkan banyak perhatian karena tema LGBT yang diangkat. Film ini mengikuti perjalanan seorang penari pria yang menghadapi konflik batin terkait identitas seksualnya.
Cerita yang menggugah hati ini memberikan pandangan yang jarang dilihat dalam perfilman Indonesia, yang kebanyakan menghindari tema-tema semacam itu. Pemerintah Indonesia sempat melarang film ini untuk tayang di bioskop karena dianggap tidak sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Namun, Kucumbu Tubuh Indahku tetap mendapatkan apresiasi di festival internasional, termasuk Festival Film Internasional Jakarta dan sejumlah penghargaan lainnya. Film ini membuka ruang diskusi yang penting tentang keberagaman identitas seksual, meski di Indonesia masih dianggap kontroversial.
4. Takut: Face of Fears (2008)

Takut: Face of Fears
Film horor psikologis Takut: Face of Fears disutradarai oleh Azhar Kinoi Lubis, dan menjadi bagian dari serial film Takut yang terkenal karena mengangkat cerita-cerita mengerikan dari mitos-mitos Indonesia. Namun, film ini dilarang tayang di bioskop Indonesia karena dianggap mengandung unsur mistis yang terlalu kuat dan dapat mempengaruhi mental penonton, terutama anak-anak.
Meski dilarang tayang di bioskop, Takut: Face of Fears mendapat pujian karena kualitas penyutradaraan dan penampilan para aktornya. Film ini memberikan pengalaman horor yang lebih mendalam dan menegangkan dibandingkan film horor konvensional Indonesia pada waktu itu.
Meskipun tak dapat tayang luas di tanah air, film ini mendapatkan tempat khusus di hati para penggemar film horor dan diakui dalam festival film internasional.
5. Something in the Way (2013)

Something in the Way
Something in the Way adalah sebuah film drama yang disutradarai oleh Teddy Soeriaatmadja. Film ini mengisahkan tentang hubungan yang rumit antara seorang pria dan seorang wanita yang terjebak dalam lingkaran emosional yang tak sehat.
Meskipun film ini tidak melibatkan isu politik atau sosial yang sensitif, tema cinta yang kompleks dan gelap membuatnya dianggap terlalu kontroversial untuk tayang di bioskop Indonesia. Film ini dilarang tayang karena dianggap memiliki unsur seksual yang terlalu eksplisit, yang tidak sesuai dengan norma masyarakat Indonesia.
Meskipun demikian, Something in the Way mendapatkan banyak apresiasi dari kritikus film internasional karena cara penyutradaraannya yang unik dan akting para pemain yang luar biasa. Walaupun tidak dapat menikmati tayangan film ini di bioskop lokal, para penggemar film indie Indonesia tetap dapat mengapresiasi kualitas cerita dan tema yang diusung dalam film ini.
Film-film Indonesia yang dilarang tayang di bioskop ini menunjukkan keberanian para sineas untuk mengeksplorasi tema-tema yang sering kali dianggap tabu atau sensitif oleh masyarakat. Meskipun dilarang, karya-karya ini tetap memperoleh pengakuan di tingkat internasional berkat kualitas cerita, pengambilan gambar, dan cara penyutradaraan yang inovatif.
Meskipun demikian, penting untuk selalu membuka ruang bagi diskusi yang sehat mengenai batasan antara kebebasan berekspresi dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Bagi kalian yang tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang film-film Indonesia yang mengeksplorasi tema-tema kontroversial, tentu saja kalian bisa menonton film-film ini di platform streaming tertentu atau mengikuti perkembangan dunia perfilman yang lebih terbuka di luar negeri. (dda)