32.000 Jutawan Bitcoin Menghilang Setelah Donald Trump Berkuasa, Tanda Pasar Kripto Bearish?

32.000 Jutawan Bitcoin Hilang Pasca Pelantikan Donald Trump Menjadi Presiden Amerika Serikat
Tanggal 6 November tahun 2024 menjadi momen yang sangat bersejarah bagi para investor Bitcoin (BTC). Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS menciptakan euforia di pasar keuangan dan aset kripto.
Seiring dengan meningkatnya kepercayaan investor, harga Bitcoin melonjak signifikan. Kenaikan harga ini menyebabkan jumlah jutawan Bitcoin bertambah drastis dalam waktu singkat.
Data menunjukkan bahwa setelah kemenangan Trump, sebanyak 11.000 alamat Bitcoin mencapai nilai lebih dari satu juta dolar. Hal ini menjadi sinyal bahwa optimisme pasar terhadap kebijakan Trump awalnya sangat tinggi.
Namun, momentum positif ini tidak berlangsung lama. Setelah pelantikannya pada Januari 2025, tren pasar berubah drastis dan jutawan Bitcoin mulai menghilang dari pasar.
Jutawan Bitcoin Menghilang dalam Waktu Singkat
Efek sebaliknya terjadi hanya dalam waktu satu bulan setelah Trump resmi kembali ke Gedung Putih. Sebanyak 22.000 alamat Bitcoin yang sebelumnya berstatus jutawan lenyap akibat tekanan di pasar kripto.
Laporan Finbold yang dirilis pada 21 Maret 2025 mengungkapkan bahwa kondisi semakin memburuk. Sejak pelantikan Trump pada 21 Januari, jumlah alamat Bitcoin bernilai jutaan dolar turun sebanyak 32.647 alamat.
Secara persentase, penurunan ini mencapai 18,51% dalam dua bulan pertama setelah Trump menjabat. Rata-rata, sekitar 544 jutawan Bitcoin kehilangan status mereka setiap hari sejak pelantikan tersebut.
Tren ini menunjukkan adanya pergeseran besar dalam dinamika pasar kripto. Investor tampaknya mulai kehilangan kepercayaan terhadap Bitcoin di tengah ketidakpastian ekonomi yang meningkat.
Penurunan Jumlah Jutawan Bitcoin dalam Dua Bulan

Jutawan Bitcoin kian menurun dalam dua bulan terakhir
Analisis data menunjukkan bahwa pada 21 Januari 2025, terdapat 157.563 alamat yang memiliki aset antara US$1 juta hingga US$9,99 juta. Selain itu, sebanyak 18.801 alamat memiliki lebih dari US$10 juta dalam bentuk Bitcoin.
Namun, data terbaru pada 21 Maret 2025 menunjukkan penurunan signifikan. Jumlah alamat dengan aset US$1 juta hingga US$9,99 juta turun menjadi 129.477 alamat, sementara yang memiliki lebih dari US$10 juta menyusut menjadi 14.240 alamat.
Secara keseluruhan, jumlah jutawan Bitcoin turun dari 176.364 alamat pada Januari menjadi 143.717 alamat pada Maret. Artinya, lebih dari 32.000 alamat Bitcoin bernilai jutaan dolar telah menghilang dalam waktu dua bulan.
Bukan hanya para jutawan yang terdampak, tetapi juga pemegang Bitcoin dalam jumlah kecil. Penurunan jumlah alamat yang menyimpan Bitcoin menunjukkan adanya aksi jual besar-besaran di seluruh segmen pasar.
Penyebab Hilangnya 32.000 Jutawan Bitcoin
Ketidakpastian yang muncul akibat kebijakan ekonomi Trump menjadi faktor utama di balik penurunan jumlah jutawan Bitcoin. Kampanye tarif yang agresif telah memicu perang dagang global yang semakin memperburuk sentimen pasar.
Investor cenderung menjauh dari aset berisiko seperti Bitcoin dan mulai beralih ke aset yang lebih aman. Hal ini terlihat dari reli harga emas yang menembus US$3.000 per ons, menunjukkan meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven.
Di sisi lain, tekanan jual yang tinggi menyebabkan Bitcoin sulit mempertahankan harga di atas US$80.000. Pergerakan harga Bitcoin terus berada di kisaran US$80.000 hingga US$82.000, bahkan beberapa kali turun di bawah level tersebut.
Bukan hanya Bitcoin yang terdampak, tetapi juga pasar saham global. Indeks utama seperti S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) menunjukkan performa negatif sepanjang tahun berjalan (year-to-date/YTD).
Tekanan Pasar Melemahkan Dampak Berita Positif
Ketidakpastian ekonomi yang tinggi menyebabkan sentimen negatif mendominasi pasar keuangan. Bahkan berita positif seperti kemenangan Ripple Labs atas gugatan SEC hanya berdampak sementara terhadap harga XRP.
Investor tampaknya lebih fokus pada kondisi makroekonomi daripada faktor individu yang memengaruhi proyek kripto tertentu. Ini menunjukkan bahwa pasar sedang berada dalam fase yang lebih defensif dan berhati-hati.
Analisis Finbold pada 20 Maret 2025 juga menunjukkan adanya aksi jual besar-besaran oleh investor institusional. Banyak pemegang modal besar yang memilih untuk mengambil keuntungan lebih awal sebelum kondisi pasar semakin memburuk.
Berdasarkan tren ini, banyak analis percaya bahwa Bitcoin telah memasuki fase bearish. Fase ini ditandai dengan meningkatnya aksi jual dan berkurangnya minat beli dari investor ritel maupun institusional.
Masa Depan Bitcoin di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Lonjakan jumlah jutawan Bitcoin setelah kemenangan Trump ternyata tidak bertahan lama. Dalam dua bulan setelah pelantikannya, lebih dari 32.000 alamat Bitcoin dengan nilai jutaan dolar menghilang dari pasar.
Faktor utama yang menyebabkan penurunan ini adalah kebijakan ekonomi yang tidak menentu serta aksi jual besar-besaran di pasar aset berisiko. Investor kini lebih berhati-hati dan cenderung memilih aset yang lebih stabil.
Bitcoin saat ini menghadapi tantangan besar untuk mempertahankan harga di atas US$80.000. Jika tekanan jual terus berlanjut, bukan tidak mungkin Bitcoin akan mengalami penurunan lebih lanjut dalam beberapa bulan ke depan.
Namun, di sisi lain, volatilitas ini juga bisa menjadi peluang bagi investor jangka panjang. Jika ekonomi global kembali stabil, Bitcoin berpotensi mengalami pemulihan yang kuat dan menarik lebih banyak investor baru ke pasar. (dda)