Film Indonesia yang Gagal Total di Awal 2025
Sepanjang tahun 2025, dunia perfilman Indonesia mengalami perkembangan yang cukup mengejutkan. Di tengah deretan film yang sukses menyedot perhatian penonton dan mendulang keuntungan besar, ada pula sejumlah judul yang justru mengalami kerugian signifikan.
Tak hanya soal angka penonton yang rendah, faktor lain seperti kontroversi publik hingga strategi pemasaran yang kurang tepat menjadi penyebab kegagalan ini. Tiga film lokal mencuri perhatian karena hasil yang jauh dari ekspektasi, bahkan dianggap sebagai kegagalan komersial di tahun tersebut.
Salah satunya adalah A Business Proposal, sebuah film adaptasi dari drama Korea terkenal, yang sempat diyakini akan menjadi andalan box office. Sayangnya, realita berkata lain—film ini justru menduduki peringkat teratas sebagai film paling rugi tahun 2025.
Selain A Business Proposal, dua judul lain yang mengalami nasib serupa adalah Singsot dan Keajaiban Air Mata Wanita. Kedua film ini sebenarnya memiliki potensi besar secara premis cerita maupun pemain, namun performa di bioskop tidak menunjukkan hasil menggembirakan.
Artikel ini akan membahas ketiga film tersebut secara mendalam, lengkap dengan data penonton, penyebab kegagalan, dan pelajaran yang bisa diambil oleh sineas Indonesia. Mari kita lihat lebih dekat bagaimana film-film ini terjerumus dalam kerugian, serta apa yang sebenarnya terjadi di balik layar produksi hingga distribusi mereka.
Berikut ini adalah beberapa film Indonesia yang gagal total di awal tahun 2025:
A Business Proposal
Dibuka dengan ekspektasi tinggi, A Business Proposal menjadi film adaptasi lokal yang paling disorot awal tahun 2025. Mengambil inspirasi dari drama Korea populer dengan judul sama, film ini diharapkan bisa meraih pasar besar penggemar K-drama di Indonesia.
Sayangnya, antusiasme yang diharapkan tidak pernah terwujud, bahkan sejak hari pertama penayangan. Film ini hanya mampu menjaring sekitar 6.900 penonton pada hari debutnya di bioskop, sebuah angka yang sangat rendah untuk film dengan modal promosi besar.
Tingkat keterisian layar juga mengecewakan, dengan persentase di bawah 4% dari total 1.270 jadwal tayang. Minimnya keinginan penonton untuk datang ke bioskop memperlihatkan betapa buruknya penerimaan terhadap film ini.
Banyak pihak menilai kegagalan ini berasal dari eksekusi yang tidak maksimal, baik dari segi skenario maupun akting. Kekecewaan publik semakin memuncak setelah aktor utama, Abidzar Al Ghifari, mengakui hanya menonton satu episode dari drama Korea versi asli sebagai bahan riset peran.
Pernyataan tersebut memicu kemarahan penggemar dan menjadi bahan perbincangan panas di media sosial. Kampanye boikot pun bermunculan, yang makin menurunkan minat publik untuk menonton film ini.
Singsot
Singsot hadir sebagai film horor dengan tema lokal yang kuat, mengangkat kepercayaan masyarakat Jawa soal larangan bersiul di malam hari. Film ini disutradarai oleh Wahyu Agung Prasetyo dan diproduksi oleh Clock Work Films, serta dibintangi oleh talenta-talenta hebat seperti Ardhana Jovin, Landung Simatupang, dan Siti Fauziah.
Premisnya unik dan menjanjikan atmosfer horor tradisional yang otentik. Di akhir pekan pembuka, Singsot sempat mencatatkan pencapaian membanggakan dengan meraih 115.553 penonton.
Film ini bahkan sempat duduk di posisi kedua box office nasional, sebuah awal yang memberi harapan besar bagi kelanjutan performa penayangannya. Namun, grafik penonton menurun drastis di minggu-minggu berikutnya, bahkan jauh lebih cepat dari prediksi optimistis.
Hingga masa penayangan berakhir, Singsot hanya mampu meraih total 185.965 penonton dan berada di posisi ke-20 film terlaris Indonesia 2025. Angka ini tidak sebanding dengan biaya produksi dan promosi yang cukup besar, sehingga membuatnya tercatat sebagai salah satu film yang rugi secara finansial.
Keajaiban Air Mata Wanita
Dirilis pada 23 Januari 2025, Keajaiban Air Mata Wanita menyuguhkan kisah haru tentang perempuan bernama Kiki yang mencoba bangkit setelah ditinggal mati oleh suaminya. Dibantu sahabat setianya, Rahma, Kiki berjuang menata ulang kehidupannya sambil mengatasi kesedihan yang mendalam.
Cerita ini dikemas sebagai potret ketabahan perempuan dalam menghadapi tragedi hidup. Film ini sempat mendapat sambutan positif saat pemutaran khusus di 73 kota, dengan penonton mencapai lebih dari 37.000 orang.
Mayoritas penonton berasal dari kalangan ibu-ibu yang tersentuh oleh tema film yang sangat relevan dengan kehidupan nyata. Sayangnya, euforia ini tidak menular ke penayangan umum di jaringan bioskop besar.
Sampai penghujung Maret 2025, film ini telah ditonton oleh 215.156 orang dan berada di posisi ke-19 dalam daftar film Indonesia terlaris tahun tersebut. Angka ini terbilang kecil jika dibandingkan dengan harapan awal, terutama karena promosi sudah dilakukan secara masif sejak akhir 2024.
Kegagalan tiga film ini memberi gambaran jelas tentang kompleksitas industri perfilman Indonesia. Tak cukup hanya mengandalkan nama besar, cerita yang kuat, atau modal promosi besar untuk menjamin kesuksesan.
Penonton kini lebih kritis dan menuntut kualitas yang otentik, baik dari segi akting, cerita, maupun eksekusi produksi. Kesalahan riset karakter seperti yang terjadi pada A Business Proposal harus menjadi pengingat penting bagi aktor dan tim kreatif.
Untuk ke depan, sineas Indonesia disarankan untuk melakukan riset pasar lebih mendalam, mengedepankan kualitas produksi, dan menjaga integritas dalam pembuatan film. Selain itu, strategi promosi yang tepat sasaran dan keterlibatan komunitas penonton yang loyal bisa menjadi faktor pendukung penting dalam meraih kesuksesan. (dda)